Tak disangka, Alfano Yudhistira seorang CEO angkuh terkena jebakan musuhnya yang memiliki dendam karena lelaki itu telah menghancurkan bisnisnya dengan memberikan obat yg menyebabkan Alfano bermalam bersama gadis yang tidak ia kenal.
Disisi lain, gadis itu merupakan karyawan swasta yang baru saja dipecat dari perusahan besar yang tak lain adalah perusahaan Alfano karena dikhianati oleh pacar sekaligus partner kerja. Ia bernama Asmara Raniata, gadis desa yg berhasil merantau di ibukota tapi naas, kegadisannya diambil oleh CEO mantan perusahaan tempat dia bekerja.
Apakah dari hubungan semalam itu menumbuhkan benih kehidupan dan membuat ikatan antara kedua manusia tak saling kenal menjadi takdir hidup bersama ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tantangan baru
Setelah urusan kerjasama antara perusahaan Batu Bara yang diwakili oleh Jaka sebagai juru bicaranya dengan restauran Enak Kabeh bersama Bunga disepakati, mereka berdua berjabat tangan. Beda dengan Alfano yang masih duduk dan terdiam. Pikirannya jelas masih memikirkan Asmara.
Bunga yang sudah berjabat tangan dengan Jaka mengulurkan tangannya kepada Alfano yg sedang melamun. Sebenarnya Bunga penasaran dengan bos perusahaan satu ini terlihat angkuh, tidak antuisias dalam kerjasama, dan mencurigakan terkait ada hubungan apa dengan Asmara sebagai sahabat sekaligus rekan kerjanya. Namun, karena ini adalah kerjasama besar maka Bunga juga tidak ingin menyia - nyiakan kesempatan ini.
"Bos! Jabat tangan, Bu Bunga. Kerjasama kita udah disepakati!" seru Jaka sambil menyenggol kursi Alfano agar bosnya itu berdiri. Jaka terpaksa berperan jadi asisten CEO perusahaan Batu Bara di hari liburnya, mau gimana lagi soal kerjasama bisnis.
Alfano pun sadar dari lamunannya dan langsung berdiri kemudian menjabat tangan Bunga.
"Terima kasih atas kerjasamanya" kata Alfano dengan memaksakan senyuman di bibirnya yg sedang tidak mood untuk menebar pesona.
"Sama sama, Pak Alfano. Terima kasih juga atas kerjasamanya" balas Bunga dengan senyum senang, berbeda dengan lelaki baru saja melepas jabatan tangannya itu.
Jaka sampek geleng - geleng kepala, Alfano sungguh tidak bisa memisahkan urusan pribadi dan bisnis jika menyangkut Asmara. Asisten itu hanya bisa tersenyum canggung kepada Bunga, merasa tidak enak tapi Bunga sepertinya tidak keberatan dengan sikap Alfano.
"Ya sudah, Bu Bunga. Kamu izin undur diri dulu ya, masih ada urusan yg harus kami selesaikan di Bandung" sela Jaka pamit mengingat setengah jam lagi, Alfano ada meeting penting sehingga harus segera ke hotel.
"Oh iya, silahkan Pak Jaka. Untuk membicarakan bisnis, nanti bisa menghubungi nomor saya saja" sahut Bunga sambil menyerahkan kartu nama yg telah ia ambil dari dompet disakunya.
"Baik, nanti akan saya informasikan terkait surat perjanjiannya" ucap Jaka sambil menerima kartu nama Bunga.
Alfano berusaha melihat ruangan dibelakang Bunga yang tertutup, berharap ada wanita yg ia cari keluar dari situ. Bunga yang sudah mencurigai sesuatu antara Alfano dan Asmara sejak pertama kali bertemu mencoba menghalangi pandangan Alfano, tapi malah lelaki itu berani mengungkapkan alasannya menatap ke arah ruangan dibelakang Bunga.
"Mohon maaf, Bu Bunga. Apakah saya bisa bertemu dengan wanita yang sedang hamil tadi ya? Saya ada urusan dengannya" minta Alfano dengan lembut.
Bunga makin menyakini bahwa Alfano lah lelaki yang telah menghamili Asmara, karena menganalisis sikap Asmara kepada pria ini yg enggan untuk bertemu. Seketika raut wajah Bunga tidak ramah lagi kepada bos perusahaan Batu Bara itu.
"Pak Alfano, seperti yang saya bilang tadi diawal kita bertemu, jika kepala dapur Enak Kabeh sedang istirahat, mungkin saat ini dia sedang tidur siang. Pak Alfano dan Pak Jaka bisa menyelesaikan urusan yang lain karena sepertinya tidak ada hal yg perlu di diskusikan lagi saat ini" tolak Bunga dengan tegas tapi masih terkesan sopan.
Jaka yang menyadari sikap Bunga yang menghalangi Alfano bertemu dengan Asmara paham dengan situasi itu. Ia mencoba membujuk Alfano dengan membisikkan sesuatu.
"Kita pergi dari sini dulu saja. Kita ada meeting segera. Nanti kalau udah beres meetingnya, kita coba temuin Asmara lagi. Sekarang kan udah tau dimana wanita yg kita cari berada, so jangan bikin rumit deh" bisik Jaka pelan hingga Bunga pun tak bisa mendengarnya.
Alfano pun menghela nafas lalu memutar badannya untuk berjalan keluar, meninggalkan restauran Enak Kabeh. Jaka pun hanya bisa memberikan senyuman canggung kepada Bunga yang memperhatikan kepergian mereka.
Alfano masuk ke mobilnya terlebih dahulu lalu disusul oleh Jaka di kursi pengemudi.
"Sabar, Bro! Kita udah nemuin dia tapi aku yakin kamu gak mudah buat dimaafkan olehnya" kata Jaka dengan senyuman smirk menatap Alfano.
"Kita lihat saja nanti. Dia pasti akan memaafkanku" sahut Alfano dengan senyuman smirk juga, sangat percaya diri padahal dia tidak tau tantangan seperti apa untuk mendapatkan maaf dari Asmara. Namun karena mendengar omongan Jaka yang seperti meremehkannya , ia merasa tertantang dan bersemangat untuk menaklukan Asmara.
Pada dasarnya, Alfano memang suka tantangan dan tak suka diremehkan. Tapi siapa sangka jika tantangan yg ia terima ini berbeda dengan tantangan bisnis lainnya. Alfano akan menyadari bahwa hati tak bisa dibuat main main atau 1 kesalahan besar tidak semudah itu untuk dimaafkan tanpa ketulusan hati.
