Kisah seorang mahasiswi tingkat akhir yang cantik, pintar dan cuek dengan CEO tampan, dingin dan tegas namun prilakunya yang Absurd.
Alexandra Rose berusia 23 tahun merupakan anak yatim piatu yang berstatus sebagai mahasiswi tingkat akhir di Universitas ternama melalui jalur beasiswa dengan kepintarannya dan bekerja sebagai kasir di minimarket untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Dean Anderson berusia 30 tahun menjadi pria dingin setelah ditinggal menikah kekasih masa kecilnya Angela Cruz. Dean bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarga. Ayahnya memaksa Dean untuk segera menikah dan memberikan cucu sebagai generasi penerus keluarganya. Namun Dean tidak berkeinginan untuk menikah karena tidak mudah baginya dekat dengan wanita dan kebanyakan wanita yang mendekatinya hanya menginginkan kekayaannya.
Bagaimana serunya pertemuan antara Alex dan Dean, serta orang-orang baru yang membuat hidupnya berwarna. ikuti kisah selanjutnya. Happy reading... v(°∆°)v
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Autumn Sakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Buah Bibir
POV Alex
Alex sangat senang melihat Bosnya terpilih menjadi Best young Businessman. Setiap kata yang diucapkan Dean didengarkan dengan baik, apalagi saat namaku disebut dan sebagai special woman.
Setelah pidato Dean selesai, Aku bertepuk tangan dan tersenyum karena Dean selalu melihat ke arah tempatku berdiri. Dean turun dari panggung, dan berjalan dengan mata yang tetap mengunci melihatku. Dia berjalan sambil tersenyum, namun lama-lama gerakan langkahnya semakin cepat, matanya seperti mengunci tubuhku agar tidak bergerak.
Seketika seluruh ruangan ini tampak gelap di mataku. Sesuatu benda yang kenyal dan hangat menyentuh bibirku, ya itu bibir Dean yang sedang mengecup bibirku, lama-lama dia meraup seluruh bibirku dan membuatku melayang. Tiba-tiba refleks aku membalasnya, 'Ah...mengapa aku sungguh tidak tau malu?! Aku sekarang sedang berada di tempat umum, aku yakin semua pasti sedang melihat ke arah kami' batin Alex.
Tiba-tiba terdengar suara riuh yang menyoraki layaknya kami sepasang pengantin yang sedang meresmikan pernikahan.
'Ya Tuhan, mau di kemana kan muka ku setelah ini. Ingin rasanya membuat lubang dan masuk kedalamnya. Semoga ini hanyalah mimpi.' batin Alex berkecamuk.
...----------------...
Dean menghentikan aktivitasnya, Alex yang merasa malu karena melakukan hal yang absurd di depan khalayak ramai gara-gara CEO absurd nya ini pun langsung terduduk dan menutup mukanya dengan kedua tangannya karena pasti semua orang sedang menatapnya.
Dean tersenyum dan langsung duduk di sampingku. Tangannya yang jahil masih bisa mencandai Alex dengan menggelitik pinggangnya. Dean berharap Alex membuka tangan yang sedang menutupi wajahnya.
"Sorry...kamu pasti malu ya? Maaf..." ucap Dean berbisik, tangannya mengusap kepalaku.
Alex berbalik dan memberi celah agar matanya bisa melihat Dean. Kuberi tatapan tajam, agar dia paham jika Alex sedang marah. Perlahan Alex membuka tangan yang menutupi wajahnya.
"Apakah mereka masih melihat ke arah kita? Tanya Alex berbisik.
"Haha, lihat saja. Mereka sekarang sedang menikmati pertunjukan piano di atas panggung. Kamu ini, seperti anak kecil yang baru ketahuan mencuri." jawab Dean malah membuat Alex semakin marah.
Dicubit lah paha Dean sampai dia meringis kesakitan. Keduanya tersenyum dengan perilaku aneh mereka. Tanpa mereka sadari ada tatapan seseorang yang melihat tidak suka ke arah mereka berdua.
Acara penghargaan selesai, semua tamu undangan dipersilakan untuk pulang. Dean mengantarkan Alex hingga ke depan pintu apartemennya. Saat Alex masuk, Dean mendorong pintu apartemennya dan memaksa ikut masuk.
"Apa yang kamu lakukan, Dean?" tanya Alex karena bosnya ini selalu melakukan sesuatu yang tidak bisa diduga.
"Aku lelah, sepertinya menyetir sendiri adalah hal yang berbahaya karena aku sangat mengantuk." Jawab Dean dan langsung masuk ke dalam tanpa rasa malu.
"Ah sudahlah, dia memang pemilik apartemen ini." gumam Alex namin masih bisa terdengar oleh Dean
"Kamu keberatan aku bermalam di sini?" tanya Dean
"Mmh, tidak. Tentu saja tidak, ini kan apartemen anda. Saya tidak berhak untuk melarang anda bermalam di sini." jawab Alex
"Kamar anda sudah saya rapikan anda bisa langsung menggunakan nya." ucap Alex dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Alex ingin membersihkan dirinya namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamarnya.
Tok tok tok
Alex membukakan pintu kamarnya.
"Yes sir, ada yang bisa saya bantu?" tanya Alex.
"Sorry, kejadian di pesta tadi. Aku mencium mu tanpa persetujuan mu. Maaf jika besok perbuatan ku itu pasti akan menjadi buah bibir di berbagai media berita. Dan hal tersebut pasti akan mempengaruhi hidupmu juga." ucap Dean merasa bersalah
"It's Ok. Semua sudah terjadi, Kita tidak bisa mengulang waktu dan memperbaiki hal yang sudah lewat. Kita hanya bisa menghadapi konsekuensi dari apa yang sudah kita lakukan." ucap Alex karena dia sudah merasa lelah dengan acara hari ini dan ingin segera membersihkan diri serta lanjut tidur.
"Jadi, kamu tidak marah?" tanya Dean kembali memastikan.
"Tidak, untuk apa aku marah. Yang lalu biarlah berlalu, Kita jalani waktu yang akan datang." jawab Alex
"Syukurlah jika kamu tidak marah, lalu apakah kita akan melanjutkan adegan romantis tadi dan lanjut ke sesi yang lebih panas lagi di atas ranjang?!" tanya Dean dengan menaik-naikan alisnya.
Alex mencubit kedua pipi Dean dan mendorongnya agar menjauh dari pintu, lalu menutup pintunya dengan keras lalu menguncinya.
"Dasar Absurd...!!!" teriak Alex dari dalam kamar.
...****************...
Pagi harinya, Dean terbangun karena mendengar suara dari arah dapur. Biasanya, Maid dari mansion nya yang setiap akhir pekan datang membereskan apartemennya.
Dean melihat pemandangan indah, seorang wanita yang sedang menyiapkan sarapan sambil menggunakan headset dan bersenandung.
Tidak tahan melihat hal yang menggoda, Dean memeluk wanita itu dari arah belakang dan mencium ceruk lehernya yang tampak karena rambutnya diikat cepol ke atas.
Tentu saja, apa yang dilakukan Dean membuat Alex terkejut. Untung saja, tidak membuat masakannya berantakan.
Alex membuka headset nya dan berbalik.
"Duduklah, aku sedang menyiapkan sarapan sebentar lagi selesai. Kamu mau kopi atau teh?" tanya Alex
"Aku mau susu, tapi langsung menghisap darimu boleh?" jawab Dean
Sontak perkataannya itu mendapatkan pukulan dari Alex dan buka pukulan biasa tapi pukulan menggunakan spatula.
"Awww, Alex kamu kejam...! Masa pria tampan sepertiku kamu pukul dengan spatula. Memangnya aku ayam?" ucap Dean terkejut dengan balasan Alex.
Dean merasa senang dan gemas melihat Alex yang sedang marah, membuat Alex Marah menjadi hobi baru nya, sampai dia melupakan hobi lamanya, yaitu main games.
Mereka pun makan dengan tenang, selesai makan Dean mengambil alih piring kotor untuk dicucinya.
"Biar aku saja yang mencucinya, kamu sudah lelah menyiapkan sarapan lezat untuk kita." Dean langsung mengambil piring kotor dan mencucinya di wastafel.
"Terima kasih." ucap Alex
"Dean karena sekarang sedang libur, aku minta izin untuk pergi ke rumah temanku."
"Mau ku antar?"
"Tidak perlu, aku naik taksi saja. Kamu istirahatlah."
"Kalau begitu, aku suruh Josh mengantarkan mu."
"Ya Tuhan, tidak perlu. Kasihan Josh pasti sedang istirahat ini kan hari liburnya."
"Okey, tapi teman kamu itu laki-laki atau perempuan?"
"Kamu ingat Adele? Temanku saat di kampus, dia baru menyelesaikan sidangnya dan mengajakku untuk jalan-jalan ke mall."
"Oh okey, pergilah. Kamu pun perlu refreshing, bayaran semalam sudah aku kirimkan ke rekening mu. Have fun honey!"
Dengan mata berbinar dan senyum merekah, "Thank you sir!"
"Sebegitu suka kah kamu dengan uang, kamu terlihat sangat cantik saat mendengar uang di rekeningmu bertambah."
"Tentu saja, uang hasil bekerja keras akan sangat menyenangkan saat kita peroleh."
"Menikahlah denganku, maka uang di rekeningmu akan beratus kali lipat jumlahnya."
"Terimakasih Tuan, tapi aku lebih bahagia dengan uang yang kumiliki sekarang."
"Hei, kamu panggil apa tadi?" Dean merasa ini waktunya mengerjai Alex lagi.
"Ups, maksudku Dean."
"Kemari, terima hukumanmu!"
"Sorry Dean aku belum sikat gigi!"
"No problem, aku pun belum sikat gigi."
Mereka pun menjadi bermain kejar-kejaran, mengelilingi meja dapur sampai akhirnya Alex berlari ke kamarnya dan mengunci pintu.