FOLLOW IG AUTHOR: @Thalindalena
“Aku ingin kau menjaga mereka 24 jam!” ucap Ricko dengan nada datar pada babysitter baru kedua anak kembarnya.
“Raisa mempunyai penyakit kelainan genetik, dia membutuhkan donor sumsum tulang belakang dari ibunya, tapi masalahnya aku tidak tahu keberadaan ibunya saat ini. Ibu si kembar adalah ibu pengganti, yang saat ini tidak tahu di mana keberadaannya. Kata dokter, Raisa bertahan hidup sampai 3 bulan lagi, jika aku tidak segera menemukan ibunya, maka nyawa Raisa tidak akan terselamatkan.” Ricko mengatakan itu semua dengan perasaan yang tidak karuan. Sebagai seorang ayah dia merasa sangat terpukul saat melihat kondisi putrinya.
Akankah, Ricko dapat menemukan ibu dari kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Traveloka dot kom
Raisa terbangun dari tidurnya. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, ternyata di kamarnya tidak ada siapa pun. Ia teringat dengan Rayan yang di culik. Gadis kecil itu menangis seraya turun dari tempat tidur, keluar dari kamar menuju lantai bawah. Ia sangat mencemaskan saudara kembarnya itu.
Ricko dan Rayan yang duduk di ruang makan menoleh ke arah anak tangga ketika mendengar suara Raisa menangis. Rayan segera turun dari kursinya dan berlari menghampiri saudara kembarnya yang masih berada di tengah tangga.
“Ra, kamu kenapa?” tanya Rayan saat sudah berada di dekat Raisa.
Raisa mengucek kedua matanya bersamaan, lalu mengusap pipinya yang basah karena air mata. Dia tidak menjawab pertanyaan Rayan, akan tetapi ia langsung memeluk saudara kembarnya itu dengan sangat erat. Keduanya itu saling menyayangi antara satu sama lain.
“Aku pikir kamu belum di temukan. Aku sangat takut,” ucap Raisa setelah pelukannya itu terurai.
Ricko penasaran dengan kedua anaknya yang masih berada di tangga.
Ia segera beranjak dari duduknya, menghampiri mereka. Hati Ricko menghangat dan terharu ketika melihat si kembar berpelukan dengan erat. Ia pun segera kembali ke ruang makan, memberikan kedua anaknya itu waktu untuk melepaskan kerinduan.
“Tenang saja, aku ini adalah anak yang cerdas. Aku bisa kabur dari para penculik itu dengan cara berteriak minta tolong kepada para pengguna jalan raya.” Rayan berkata sambil menepuk dadanya dengan penuh rasa bangga. Kemudian ia menceritakan semua kronologinya kepada Raisa dengan semangat.
“Wah! Benarkah? Rayan kamu sangat hebat.” Raisa mengacungkan jempol tangannya pada saudara kembarnya.
“Tentu saja, aku ‘kan anak genius,” jawab Rayan sombong.
“Ish! Mulai lagi keluar sombongnya!” Raisa menjadi sebal, tapi tidak berselang lama gadis kecil itu tertawa riang. “Tapi, aku senang karena kamu bisa lolos dari penjahat itu,” lanjut Raisa.
“Iya. Dan ternyata kamu benar kalau di Mall banyak penculik. Ra, aku tidak mau ke Mall lagi.” Rayan masih trauma dengan kejadian yang menimpanya.
“Bukan kataku, tapi kata Oma Jeje, aku juga tidak mau ke Mall,” jawab Raisa, di culiknya Rayan menjadi pelajaran untuk kedua anak kembar itu.
“He-em ... ayo ke ruang makan, kita makan bubur buatan Kak Jas.” Rayan langsung menggandeng tangan saudari kembarnya sambil tersenyum senang.
“Yeiiii!!!” Raisa berseru riang karena ia juga sangat menyukai bubur buatan Jasmine.
*
*
Jasmine sudah selesai membuatkan bubur untuk anak asuhnya. Dia segera menuangkan bubur yang sudah jadi itu ke dalam wadah, lalu segera membawanya ke ruang makan yang tidak jauh dari dapur. Ia terkejut melihat Raisa duduk di ruang makan bersebelahan dengan Rayan.
“Raisa sudah bangun?” tanya Jasmine sambil meletakkan bubur yang ada di dalam wadah itu ke atas meja.
Aroma bubur ayam sangat menggugah selera, membuat ketiga orang yang ada di ruang makan sampai menelan ludah dengan kasar, tidak sabar mencicipinya.
Raisa tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban, kemudian menunjuk bubur ayam bertanda jika dia sudah tidak sabar untuk memakannya.
“Sebentar ya. Kakak ambil mangkuk.” Jasmine menuju dapur lagi, untung saja dia memasak bubur yang banyak, jadi semua orang bisa kebagian. Tidak berselang lama dia kembali ke ruang makan dan duduk di samping kedua anak kembar itu. Lalu mengambil bubur ke dalam mangkuk.
“Kak Jas akan menyuapi kalian, karena buburnya masih panas.” Jasmine tersenyum sambil mengambil sendok.
Jasmine meniup bubur yang sudah ia sendokkan itu sampai dingin, lalu menyuapkan kepada Rayan, dan begitu terus bergantian menyuapi Raisa.
Jasmine sangat telaten dan menyayangi si kembar.
Rayan dan Raisa juga sangat menikmati bubur buatan Jasmine.
Mereka makan sambil bercanda dan tertawa. Terlihat jelas jika kedua anak itu merasa bahagia dan nyaman bersama Jasmine, membuat hati Ricko merasa tercubit, ternyata benar kalau kedua anaknya sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Tapi, Ricko tidak mau fokus ke sana dulu, dia sedang dalam masa pencarian ibu kandung kedua anaknya. Karena hanya wanita itu yang bisa menyelamatkan nyawa Raisa.
Diam-diam Ricko memperhatikan Jasmine yang sedang meniup bubur disendok yang di pegangnya. Apa lagi saat bibir ranum Jasmine menempel di bubur yang masih panas itu. Otak Ricko menjadi traveloka dot kom, rasanya ia ingin menjadi bubur yang sedang ditiup oleh Jasmine.
GLEK
Tanpa sadar Ricko menelan ludahnya dengan kasar saat membayangkan betapa kenyalnya bibir itu jika menempel di bibirnya.
“Pak!” Jasmine memanggil majikannya berulang kali tapi tidak ada jawaban.
“Daddy!!” seru si kembar bersamaan, dan berhasil membuat Ricko terkejut bukan kepalang sampai mengelus dadanya berulang kali.
“Kalian ini kenapa membuat Daddy terkejut?!” omel Ricko dengan nada jengkel.
“Itu karena Daddy melamun sambil memandang wajah cantik Kak Jas!” Raisa yang menjawab sambil berkacak pinggang dan melotot lucu ke arah ayahnya.
“Hah? Ha ha ha.” Ricko tertawa canggung karena ketahuan memperhatikan Jasmine dalam diam.
Tapi, bukan Ricko namanya kalau mengakui perbuatannya, ia tentu saja langsung mengelak.
“Daddy memandang Kak Jasmine karena sedang kesal. Kak Jasmine tidak menyiapkan makan malam untuk Daddy!” Bohong Ricko sambil berdecih sebal menatap Jasmine.
“Pak, Anda punya tangan ‘kan? Itu nasi, lauk dan sayurnya sudah ada di atas meja,” ucap Jasmine sambil menunjuk menu makan malam yang tersaji di atas meja.
“Iya, Daddy manja sekali seperti anak bayi,” cibir Rayan sambil geleng-geleng kepala.
“Tapi, Daddy tidak mau tahu! Kak Jasmine harus mengambilkan makan malam untuk Daddy, karena dia yang sudah membuat Rayan di culik! Anggap saja ini hukuman untuknya!” Banyak sekali alasan Ricko untuk mendapatkan perhatian dari Jasmine.
Dasar licik!
Jasmine meletakkan mangkuk yang ia pegang ke atas meja. Ia segera beranjak dari duduknya, sambil berkata pada kedua anak asuhnya, “sebentar ya anak-anak. Kak Jas harus melayani bayi besar dulu.”
Ricko melotot lebar saat mendengar ucapan Jasmine, lalu tatapannya beralih pada kedua anaknya yang menertawakannya. Hancur sudah harga dirinya yang selama ini dia jaga, karena kecerobohannya sendiri. Lagi pula kenapa sih dirinya belakangan ini menjadi salah tingkah kalau berada di dekat Jasmine.
“Hemm ... sepertinya gadis ini memang memakai pelet!” batin Ricko sambil menatap Jasmine yang sedang mengambilkan makan malam untuknya.
***
Biar jempolnya nggak cantengan jangan lupa tekan like (👍🏼)