Trauma karena perceraian membuat Clara jadi menutup hati pada siapapun. Tak mau lagi merasakan cinta, ataupun terlibat hubungan asmara.
Namun kehidupan Clara mulai berubah sejak kedatangan bos baru di kantornya. Pria yang lebih muda 7 tahun darinya itu, ingin memiliki Clara dengan cara apapun.
Aaron tak segan-segan menggunakan cara licik untuk menjerat Clara. Sampai-sampai si janda tak mampu lepas dari mantra cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Sa-saya..."
"Saya..." Clara ragu menjawab.
"Saat ini saya belum ingin punya pacar...." jawab Clara menunduk.
Wajah Robert langsung nampak kecewa, mendengar jawaban itu. "Oo..begitu, aku mengerti kalau kamu belum mau, pasti kamu masih butuh waktu lagi." ucapnya lirih.
Clara hanya mengangguk.
Ting!
Lift berdenting, mereka berdua pun masuk kedalam. Saat lift bergerak naik Clara dan Robert berdiri dan saling diam. Suasana sunyi inilah membuat Robert larut dalam pikirannya sendiri.
Ia pria dewasa berusia 32 tahun, hingga saat ini ia belum pernah menikah ataupun memiliki pacar. Sangking suka rajin bekerja dan selalu bersikap serius, Robert dikenal kaku. Namun walaupun begitu, tetap banyak wanita yang menyukainya, tidak hanya tampan tapi Robert sangat baik hati dan suka membantu siapa saja.
Beberapa bulan yang lalu kedua orangtua Robert, mengomel tanpa henti, mereka menuntut putra mereka untuk cepat-cepat cari calon istri dan menikah, karena adik Robert sudah memiliki calon suami dan berencana menikah 2 tahun ke depan.
Sejak itulah Robert jadi memikirkan kembali tentang masa depannya dan yang muncul dalam benaknya hanyalah Clara.
Ting!
Lift berdenting, mereka sudah sampai di lantai tempat kerja.
"Pak Robert gak turun?" tanya Clara saat menoleh ke belakang, karena Robert tak melangkah keluar dari lift.
"Iya, saya ada urusan lain." ucap Robert, berusaha tetap tersenyum.
"Oo begitu, saya duluan ya pak." ucap Clara, lalu kembali masuk ke ruangan kerjanya.
Melihat Clara berlalu begitu saja, Robert menghela nafas panjang. Sudah tiga tahun ia mengenal Clara sejak wanita itu baru bergabung bekerja di perusahaan Pharrell grup.
Sudah banyak yang Robert tahu soal Clara. Saat pertama kali bertemu Clara, Robert sangat tertarik padanya, senyumnya manis dan sangat ramah. Namun sayangnya Clara sudah menikah, sejak itu pula Robert memilih mundur dan bersikap cuek dan biasa saja pada Clara.
Namun dua tahun yang lalu, kantor di ramaikan oleh berita heboh. Clara telah resmi menjadi seorang janda, membuat beberapa karyawan pria jadi mengincar dia dan membicarakan hal-hal tak senonoh soal Clara. Robert yang tahu itu menjadi marah dan menegur mereka, membuat dirinya di benci dan ditakuti oleh banyak karyawan, hingga sekarang Clara tak pernah mengetahui pengorbanan Robert.
"Bodohnya aku..." Robert bergumam sendiri, ia merasa telah menyia-nyiakan banyak kesempatan agar bisa lebih dekat dengan Clara.
.
.
Seminggu kemudian.
"Selamat pagi pak Aaron." sapa seluruh karyawan saat melihat bos mereka sudah datang.
Namun Aaron tak menyapa balik mereka, wajahnya terlihat suram, ia berlalu begitu saja melewati semua karyawan yang sedang berdiri menghadapnya.
Jack mengikutinya dari belakang. Mereka berdua masuk kerja uangan kerja Aaron.
"Hahh..." Clara menghela nafas panjang, sudah seminggu berlalu sejak Aaron kembali bekerja di kantor, seminggu pula suasana kantor terus memegang. Bos brondong sudah tak pernah memperlihatkan senyum ramahnya lagi di kantor.
"Apakah dia sedang puber..." bisik Risa bercanda.
"Iihhss!! Umurnya sudah 25 tahun, mana mungkin masih puber." cebik Clara.
"Habis kelakuannya dari kemarin kayak ranjau, bisa meledak tiba-tiba, beberapa karyawan wanita sampai nangis dibentak dia." ucap Risa bergosip.
"Bodo amat dia mau jadi ranjau atau bom nuklir sekalipun." celetuk Clara memutar malas bola matanya.
"Idih..., lu kenapa tumben cuek, biasanya lu perhatian sama bos brondong lu, oww.. apa gara-gara bos Aaron sudah tidak menunjukmu jadi asistennya lagi." ucap Risa menebak.
"Gak masalah buatku, aku juga capek, ngadepin di yang suka tantrum." Clara tak mau lagi mempedulikan Aaron.
"Hei girls lagi gosip-in bos gua ya..." sapa Rebecca yang datang sambil membawa tiga kopi di nampan.
"Cih..., si cabek muncul." celetuk Risa, mengerutkan keningnya saat melihat Rebecca, yang sekarang menggantikan posisi Clara sebagai asisten Aaron.
Clara mendelik kan mata melihat penampilan Rebecca hari ini. Wanita itu memakan dress ketat berwarna merah, sudah gitu kerah lehernya berbentuk V memperlihatkan belahan dadanya yang cukup besar.
"Iiiih, makin hari bajunya makin tipis, gak takut masuk angin kah?" pikir Clara.
"Sudah ya Girls, aku mau antar kopi, tolong bukain pintunya dong." titah Rebecca.
Wajah Risa merah karena emosi, sudah tak tahan melihat tingkah Rebecca yang seakan-akan posisinya lebih tinggi daripada para senior di kantor.
Cekrek.
Clara membukakan pintu untuk Rebecca.
"Makasih Bu Clara." ucap Rebecca, meledek usia Clara yang sudah berkepala 3.
Rebecca pun masuk, Clara cepat-cepat menutup pintu. Hampir tiap hari ia menahan emosi menghadapi sikap menyebalkan dari Rebecca yang kerap meledeknya.
"Yang waras ngalah." ucap Risa, saat Clara kembali ke meja kerjanya.
Wanita yang lebih mudah darinya itu, jadi sering bersikap sok senior di kantor, hanya karena berhasil menggantikan posisi Clara sebagai asisten Aaron.
"Gak perlu diambil hati beb, mungkin memang seleranya pak Aaron suka cewek model cabe-cabean."
"Hahaha, udah ah, jangan bikin gua ketawa terus." Clara tertawa kecil, Risa selalu menjadi pelipur lara.
Kedua sahabatnya itu pun kembali lagi bekerja.
.
.
Disisi lain, ruangan kerja Aaron.
"Apa ini sampah..!!" teriak Aaron, melemparkan dokumen tepat di depan kaku Rebecca.
"Ma-maafkan saya pak." cicit Rebecca menunduk takut.
Jack hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan boss-nya, ia sendiri sebenarnya sudah lelah menghadapi emosi Aaron sejak putus dari Clara.
"Hal mudah seperti ini saja tidak bisa di kerjakan dengan benar!! Apa betul kamu lulusan dari Singapura, aku benar-benar ragu." cebik Aaron.
Cara kerja Clara jauh lebih rapi dan kompeten dibanding Rebecca yang memang lebih muda dan katanya lulusan Singapura, tapi kerjanya sangat berantakan tak sesuai ekspektasi awal Aaron.
"Lebih baik di tukar saja kembali dengan Clara." celetuk Jack. Membantu Rebecca mengambil kertas-kertas yang berceceran di lantai.
"Jangan..!! Saya mohon, berikan lagi saya kesempatan, saya akan kerja lebih rapi dan lebih cepat." ucap Rebecca meyakinkan.
"Hahh..!! Jangan buat aku kecewa lagi." ucap Aaron berdengus kesal.
"Baik pak." jawab Rebecca dengan lantang.
Setiap melihat Clara, hatinya masih terasa sakit, selain merindukan kehangatan tubuhnya, Aaron juga masih tak terima dirinya di putusin secara sepihak, tanpa penjelasan yang bisa ia terima.
Karena itu ia sengaja menukar Clara dengan Rebecca, tapi cara kerjanya malah kacau balau. Kepala Aaron juga dibuat makin pusing oleh sikap centil Rebecca, ditambah pula penampilan menor dan aroma parfume milik Rebecca yang sangat-sangat menyengat.
"Mulai besok tolong pakai baju yang lebih tertutup, datang ke kantor juga tidak perlu pakai parfume, aku gak suka baunya." seru Aaron menatap jijik Rebecca.
"Tapi, ini parfume mahal loh pak, saya beli di Singapore."
"Gak peduli, aku hanya gak ingin hidungku copot gara-gara mencium bau menyengat!!" pekik Aaron, menutup hidung.
"Pfftt...!!" Jack langsung menahan tawanya, justru ia berharap hidung mancung bosnya jadi pesek.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
kaget sih dgn kelanjutan kisah arron,sebenarnya apa dan siapa sih arron,msh tekateki nih 🤔🤔