"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Salah Paham!
"Loh, Bapak enggak sarapan dulu? Mbak Tina sudah membuatkan nasi kucing lengkap dengan telur balado, kesukaan Bapak. " Queensha segera menyusul suaminya yang sedang berjalan dengan langkah panjang menuju teras rumah.
"Saya buru-buru, enggak sempat sarapan. Oh ya, kalau Aurora bangun, tolong sampaikan padanya saya enggak bisa temani dia ke museum. Semalam saya lupa kasih tahu kalau pagi ini ada operasi penting yang harus dilakukan. Misalkan dia merajuk, kamu temani dia pergi dan minta Mang Aceng mengantarkan," pesan Ghani sebelum masuk ke mobil.
"Tapi, Pak-"
Ghani menghentikan langkahnya secara mendadak hingga membuat Queensha yang berjalan tepat di belakang pria itu menabrak punggung kokoh sang suami.
Kebiasaan deh, kalau mau berhenti tuh enggak bilang-bilang, keluh Queensha dalam hati sambil mengusap ujung hidungnya yang baru saja terbenam sempurna di punggung sang suami. Beruntungnya hidung wanita itu asli ciptaan Tuhan, bukan hasil karya dokter bedah dengan cara dioperasi agar terlihat lebih mancung sehingga ia tak perlu risau jika hidungnya itu menabrak punggung sang suami.
Ghani membalikan badan dan menatap tajam bagai seekor elang yang tengah bersiap menerkam mangsanya. "Saya enggak mau dengar apa pun, Sha. Laksanakan apa yang saya perintahkan. Mengerti?" ujarnya tegas.
Astaga, sensi banget sih jadi orang. Cuma mau nawarin bekal makanan doang, udah ditegur. Hu ... dasar, Beruang Kutub. Queensha hanya mampu menggerutu di hati karena ia tahu, Ghani pasti akan marah besar jika mendengar perkataannya barusan.
"Baik, Pak. Saya enggak akan melawan lagi, " jawab Queensha pasrah. Biarlah semua cepat berlalu daripada hari yang indah dirusak oleh perdebatan di antara mereka.
Ghani meraba saku celana dan mengeluarkan dompet miliknya. Sebuah kartu ATM ia keluarkan dari dalam sana kemudian memberikannya kepada Queensha. "Kamu bisa gunakan semua uang di ATM ini untuk memenuhi kebutuhanmu sehari-hari. Terserah mau digunakan untuk apa saja, itu hakmu. Setiap bulan, akan kukirim uang ke rekeningmu jadi kamu enggak perlu takut uang di kartu itu habis. Satu lagi, PIN-nya adalah tanggal pernikahan kita."
Detik itu juga mata Queensha memincing tajam. Ghani yang sadar akan sesuatu segera meralat ucapannya.
"Jangan salah paham dulu! Alasan saya menggunakan tanggal pernikahan kita hanya untuk memudahkanmu mengingatnya. Ya, siapa tahu kamu punya penyakit demensia atau alzheimer hingga membuatmu kesulitan mengingat sesuatu. Jadi, alangkah baiknya jika saya menggunakan tanggal pernikahan kita sebagai PIN ATM itu."
Queensha memutar bola mata dengan malas. Dikira aku lansia apa? Lah wong usiaku saja baru dua puluh lima tahun. Enggak mungkin, 'kan di usiaku yang masih muda ini bisa terkena dua penyakit itu? batin wanita itu.
"Baik, Pak Ghani. Terima kasih," jawab Queensha seraya menerima kartu ATM pemberian suaminya.
***
"Mama!"
Teriakan bocah perempuan sukses membuat Queensha menoleh ke sumber suara. Ia mengulas senyuman amat lebar saat melihat putri kesayangannya berhambur ke arahnya.
"Tumben banget sih anak mama jam segini udah bangun. Mana wangi lagi badannya. Udah mandi, ya?" tanya Queensha seraya menghidu wangi tubuh Aurora. Campuran minyak telon dan minyak wangi anak-anak.
"Iih ... Mama, geli." Aurora bergelak tawa, mencoba menghindar dari serangan ciuman yang diberikan Queensha secara bertubi-tubi.
Queensha ikut terkekeh mengiringi tawa Aurora yang ceria. Rasanya beban hidup wanita itu hilang saat melihat betapa cerianya putri sambungnya itu. Setelah puas, barulah ia menyapa Arumi dan Rayyan yang berdiri di belakang Aurora.
"Selamat pagi, Ayah, Bunda. Maaf, kalau sudah merepotkan kalian. Saya tidak tahu kalau Aurora sudah bangun." Jemari lentik Queensha saling meremas satu sama lain. Rasa takut menghampiri tatkala melihat sorot mata tajam bagai sebilah pisau tajam terpancar di iris coklat Rayyan.
Menyadari menantu perempuannya ketakutan setengah mati, Arumi segera menyentuh tangan Queensha dan berkata, "Enggak perlu meminta maaf segala. Kebetulan tadi bunda ke kamar Aurora, mengambil buku bacaan yang tertinggal di sana. Melihat Aurora terbangun, sekalian aja bunda ajak dia mandi agar bisa sarapan bersama. Udah, enggak usah ngerasa sungkan segala. Lagi pula Aurora juga cucu bunda, jadi bunda pun berhak untuk merawatnya."
Keringat dingin yang sempat bercucuran kembali terhenti. Merdunya suara Arumi serta kelembutan sikap wanita paruh baya itu membuat Queensha yang sempat gugup kini kembali tenang. Berada di dekat ibu mertuanya, membangkitkan kenangan Queensha saat mendiang ibu tercinta masih hidup di dunia.
Arumi mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari keberadaan anak sulungnya. "Ghani ke mana, Sha? Kok enggak kelihatan."
"Mungkin Ghani sudah berangkat. Maklum, sebentar lagi pergantian pemimpin jadi dia harus berangkat ke rumah sakit lebih pagi." Kali ini Rayyan yang menyahut pertanyaan sang istri.
"Itu benar, Bun. Pak Ghani memang sudah berangkat lima belas menit lalu. Katanya sih ada jadwal operasi hingga dia harus tiba di rumah sakit secepat mungkin," timpal Queensha ikut membenarkan jawaban Rayyan, ayah mertuanya.
Arumi membulatkan bibirnya membentuk huruf O, sedangkan Aurora cemberut dengan kedua tangan berada di depan dada.
"Jadi Papa ingkar janji lagi? Papa enggak jadi ajak aku pergi ke museum?" kata Aurora. Setiap kalimat yang terucap sarat akan kekecewaan. Wajar saja jika gadis kecil itu kecewa sebab Ghani sudah berjanji akan mengajak putri kecilnya jalan-jalan saat liburan sekolah. Akan tetapi, janji itu tinggalah janji karena rupanya Ghani mengingkarinya.
Rayyan sudah membuka mulut, siap membujuk cucu kesayangan agar tidak lagi merajuk. Tapi suara lembut Queensha sudah lebih dulu terdengar membuat pria berdarah Tionghoa mengatupkan kembali bibirnya.
"Sayang, tadi Papa minta Mama menyampaikan permintaan maaf karena enggak bisa temani kamu pergi ke museum. Papa buru-buru pergi ke rumah sakit karena ada urusan mendadak. Kan kasihan kalau misalkan Papa pergi sedangkan di rumah sakit ada Om Dokter, Tante Perawat dan pasien Papa nungguin." Queensha belai rambut Aurora yang dikepang dua dengan lembut, menyalurkan kasih sayang pada sosok kecil bermata bulat. "Rora harus ngerti pekerjaan, Papa ya, karena sewaktu-waktu harus pergi ke rumah sakit untuk obatin orang yang sakit."
"Tapi Rora enggak perlu sedih karena ada mama Queensha yang akan gantiin Papa, nemenin kamu pergi ke museum."
Tatapan Aurora berubah seketika. "Oh ya? Apa kita juga akan beli es krim di mall, Ma?"
"Tentu saja! Mama akan temanin kamu ke mana pun kamu pergi."
"Yeay ... asyik, bisa makan es krim berdua sama Mama." Aurora meloncat-loncat kegirangan hingga membuat poninya ikutan bergerak turun dan naik.
Arumi dan Rayyan saling berpandangan, kemudian tersenyum lebar karena merasa bahagia karena kini Aurora bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Mereka pun tidak perlu pusing mendengar pertanyaan gadis kecil itu tentang sang mama yang bekerja di luar negeri.
Aurora berhenti melompat kegirangan. Gadis itu mendongakan kepala demi menatap wajah sang mama. "Ma, gimana kalau kita kasih kejutan untuk Papa? Kita temuin Papa di rumah sakit sambil bawain minuman kesukaan Papa. Papa suka sekali minuman boba, Ma."
Queensha tampak sedang berpikir keras, apakah tidak masalah jika ia dan Aurora datang berkunjung ke rumah sakit? Ia takut kehadirannya di sana justru menimbulkan masalah bagi sang suami. Walaupun atas permintaan Aurora, tetap saja dia bertanggung jawab apabila ternyata kehadiran mereka malah mengganggu pekerjaan Ghani. Namun, untuk menolak permintaan Aurora, rasanya sulit.
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔