Merindukan Cinta Suami

“Emm Lin..” panggil Raka memecah keheningan. Sejak tadi adik nya itu hanya diam saja. Pandangan nya masih jauh entah kemana. Meskipun Dery brengsek, tetap saja Raka merasa kalau adik nya itu masih mencintai nya.

“Iya mas?”

“Kita beli mainan dulu buat si kembar ya.. ini pertama kalinya mas ketemu mereka,” sambung Raka, selain memang ia berniat untuk menyenangkan keponakan nya yang selama ini ia abaikan, ia juga ingin agar pikiran Alin bisa teralihkan dari Dery.

“Boleh.. Kita berhenti di Mall depan aja mas..” tunjuk Alin ke arah jalan yang ia maksud.

“Oke.. ngomong-ngomong mereka udah tahu kalau kamu sama Dery berpisah?”

Alin menghela nafas nya berat.

“Sudah mas, sudah berapa bulan ini aku dan anak-anak tinggal dirumah papa..”

“Mereka gak apa-apa?” tanya Raka lagi, setiap anak pasti akan sedih dengan perpisahan orangtua nya. Dan sikembar juga pasti merasakan semua itu.

“Di hadapan ku mereka seperti nya kuat, tapi aku tahu mereka juga sedih.. apalagi waktu mereka bertemu mas Dery di disekolahan dengan anak nya Renata!” jawab Alin sendu dan dengan air mata yang sudah dipelupuk mata. Tidak dipungkiri kalau saat ini Alin bersedih. Sudah 15 tahun mereka menikah. Siapa yang ingin bercerai, siapa yang ingin memberikan kehidupan dengan orang tua yang bercerai pada anak nya. Jika ditanya begitu tentu saja Alin tidak menginginkan nya. Sebelum perceraian ini terjadi, Alin sudah berusaha mempertahankan nya, ia pergi dari rumah berharap agar Dery bisa menyadari kesalahannya. Setidaknya Dery memikirkan perasaan anak-anak nya. Tapi nyata nya tidak, laki-laki yang egois hanya memikirkan kesenangan nya saja.

“Renata?” Raka mengulangi ucapan Alin. Ia agak tersentak begitu nama Renata disebut.

“Istri kedua mas Dery namanya Renata!” jawab Alin lagi, Raka mengambil nafas dalam-dalam, semoga dugaan nya salah, batinnya dalam hati.

“Kenapa mas?” melihat raut cemas kakak nya , Alin pun bertanya.

“Enggak apa-apa, kita udah sampai.. Mall yang ini kan?” Raka mengganti topik pembicaraan agar Alin tak lagi bertanya terlalu jauh. Rasanya hatinya masih begitu sesak jika mengingat nama itu.

“Iya, ya udah ayo..”

Setelah membeli mainan yang Alin rasa kedua anak nya akan menyukai nya, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan kerumah orangtua mereka. Tempat dimana Alin dan anak-anak nya tinggal.

Mobil Alin berhenti, Raka memandang ke sekeliling, suasana nya masih begitu sama.. Ia kembali teringat sewaktu dulu dirinya bermain dengan Ayah serta Ibu nyaa, pun memori tentang kematian Ibu dan Ayah nya juga berputar. Dan juga Hari dimana ia memutuskan untuk meninggalkan semua nya disini dan lebih memilih pergi bersama dengan wanita yang begitu ia cintai.

Ia menentang pernikahan Dery dan Renata, tapi ia juga melakukan hal yang sama. Saat Ayah nya juga menentang hubungannya. Raka yang buta akan cinta bahkan meminta warisan sebelum waktunya. Saat itu pak Ibrahim masih hidup dan sehat.

“Jangan nekat Raka! Kamu lebih gila dari Alin, kenapa kalian tidak mendengarkan ucapan papa!” Ibrahim menggebrak meja begitu ia tahu Raka meminta hak waris nya padahal saat ini ia masih segar bugar. Semua karena ulah wanita yang bernama Renata itu. Alin sendiri tak pernah tahu siapa wanita yang kakak nya cintai, karena kejadian itu terjadi setelah pernikahan nya dengan Dery baru saja dilangsungkan.

“Harta papa banyak, gak akan rugi kalau salah satunya beralih atas nama ku! Papa mengizinkan Alin memilih pria yang ia cintai, tapi kenapa papa melarang ku?”

“Karena dia bukan wanita baik-baik! Papa sering melihat dia keluar masuk hotel bersama laki-laki yang berbeda-beda!” Renata ketar-ketir. Ia takut belang nya terbongkar di hadapan calon suami nya.

Sudah payah Renata membujuk agar Raka mau mengikuti kemauannya, tapi semua hampir luluh lantah karena calon mertua yang menyebalkan ini. Batin Renata dalam hati.

“Dia wanita baik-baik pa! Jangan sekali-kali papa menyebutnya seperti itu!” jawab Raka dengan kata-kata penuh penekanan. Ibrahim memijit kepala nya. Jika ia terus berdebat dengan Raka maka semua nya akan semakin parah.

“Baiklah.. Papa akan menuruti semua kemauan mu! Tapi ingat, jika sampai suatu hari nanti ucapan papa benar, jangan pernah kau menangis dihadapan ku!” Ibrahim melempar sebuah berkas yang sudah ia tanda tangani, berkas itu berisi pengalihan perusahaan nya yang ada di Singapura. Bisnis yang ia rintis bersama istrinya dulu.

Raka mengambil surat itu dengan binar bahagia, lalu pergi dari sana tanpa sepatah kata pun. Setelah itu ia dan Renata menikah. Tentu saja tanpa dihadiri Ayah serta adik nya.

Tiba saat nya malam pengantin, malam yang diimpikan oleh setiap insan di dunia, ia pikir setelah ini hidup nya akan bahagia karena sudah menikahi wanita yang ia cintai.

Tapi pengkhianatan justru ia dapatkan. Wanita yang begitu ia cintai ternyata sudah lebih dulu mengandung benih orang lain saat menikah dengan nya. Raka terpuruk, dan langsung menceraikan Renata begitu saja, ia menyesal karena karma datang padanya sesaat setelah ijab Qabul ia ucapkan.

Ia kembali ke Indonesia dengan harapan mendapat kan maaf dari sang Ayah. Namun takdir berkata lain, Ayah nya meninggal tepat saat ia kembali.

Tubuh yang semula kokoh dan kuat, kini ambruk dilantai mendapati jenazah ayah nya yang sudah terbujur kaku.

Setelah kejadian itu, Raka tak pernah sekalipun kembali ke Indonesia, ia bekerja keras untuk memajukan usaha nya di Singapura. Ia tak mau tahu kabar adik semata wayang nya. Hingga setelah 10 tahun berlalu. Setiap malam ia selalu dihantui bayang-bayang kedua orang tua nya. Setiap malam kedua orang tua nya menyapa nya dalam mimpi, Mereka menangis di hadapan Raka dan meminta tolong agar Raka bisa memegang tangan Alin yang kesusahan berjalan.

Semula ia tak paham apa maksud nya, hingga akhirnya Raka mengirimkan seseorang untuk mengawasi gerak gerik adik nya yang ternyata suami nya Dery sudah menikah lagi dengan orang lain.

Kakak mana yang tidak sakit mendengar kabar adiknya diduakan seperti itu. Hingga setelah ia mendengar kabar perceraian Alin, Raka langsung buru-buru pulang untuk melihat langsung keadaan adik serta kedua keponakannya itu.

“Mas! Kok malah melamun sih!” Alin menepuk pundak sang kakak, karena sejak tadi ia panjang lebar bercerita dan mengajak kakak nya untuk masuk, tapi sang kakak malah diam membisu saja disana. Raka tersentak dan kembali sadar dari ingatan masa lalu nya.

“Heh.. maaf... Mas cuma teringat sama masa lalu aja!” jawab Raka cepat, ia dan Alin masuk beringan kerumah orang tua mereka. Raka mengusap air mata yang mulai mengembun disana.

‘Papa.. Maafkan aku, akan kujaga amanah kalian sepenuh hati, aku yang akan melindungi Alin dan kedua anak nya.. Sampai ia kembali menemukan pendamping yang tepat.’ Raka berujar dalam hati.