Tidak ada seorang pun yang tidak ingin sukses dalam hidupnya. Oleh sebab itu, dengan berbagai cara orang berusaha untuk mencapai kesuksesan. Salah satu cara adalah memiliki partner yang baik.
Partner adalah pasangan yang dapat saling melengkapi dalam sebuah hubungan. Bisa dalam hubungan apa saja, baik usaha, pekerjaan, asmara dan lain sebagainya.
Jadi jika kalian terlibat dalam suatu hubungan yang mengharuskan untuk saling melengkapi, kalian merupakan partner seorang terhadap yang lain.
Ini adalah kisah bagaimana seseorang yang menjalin hubungan dan manjadi partner terhadap pasangannya untuk membangun usaha, asmara dan keluarga.
Selamat membaca.
❤️🙏🏻🩵
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02. Andreas 2.
...~•Happy Reading•~...
Ibu kantin terus memperhatikan mereka sampai keluar dari kantin. 'Ini namanya cinta gak kesampain, mulut bertindak.' Ucap Ibu kantin dalam hati sambil menggelengkan kepala, sebab tahu yang terjadi lewat pembicaraan siswa siswi yang datang makan di kantin.
'Semuanya karena Andreas sering tidak menanggapi sinyal-sinyal suka yang dikirimkan oleh para siswi dan sinyal-sinyal tidak suka yang diperlihatkan para siswa.' Ibu kantin membatin.
"Ayoo, bubar. Kita lanjutkan di kelas." Ucap salah seorang siswi dan disahuti oleh teman-temannya. Ibu kantin hanya bisa geleng kepala melihat sikap mereka yang tidak sesuai dengan latar belakang keluarganya yang kaya raya.
Tanpa disadari oleh Ibu kantin dan juga Andreas, di sudut kantin ada yang memperhatikan semua yang Andreas lakukan di kantin. Juga sikapnya kepada Ibu kantin. "Ayo, sudah cukup. Kita balik juga." Ucap salah seorang yang sedang mengamati dan sudah selesai makan.
...~°°°~...
Setelah pulang sekolah, Andreas menjinjing ransel lalu berjalan cepat ke mobil yang sudah menunggunya. "Ndre, tunggu. Lu jalannya cepat banget. Kaya karyawan mau ambil gaji aja." Ucap teman Andreas yang lari mengejarnya di koridor sekolah menuju tempat parkir, sebab mereka berbeda kelas walau sama-sama kelas tiga.
"Emang lu pernah liat karyawan jalan cepat buat ambil gaji?" Andreas berhenti lalu melihat ke arah teman yang lagi berlari kecil ke arahnya, sambil memicingkan mata coklat muda, bening.
"Pernah. Di pabrik bokap gue." Jawabnya dengan nafas yang terengah-engah, lalu berdiri di depan Andreas.
"Makanya oleh raga yang benar, biar gak seperti orang butuh oksigen." Ucap Andreas sambil menepuk pundak temannya.
"Aah...." Teman Andreas tidak meneruskan keluhannya, kesal.
"Andreee... Ikut yuuukk." Tiba-tiba terdengar beberapa siswi berteriak memanggil namanya dari jauh sambil melambai, membuat Andreas yang hendak ngeledek temannya jadi lihat ke arah para siswi yang memanggil.
"No. Thanks." Ucap Andreas sambil mengangkat tangan. Sontak para siswi itu berhenti di tempat dan tidak jadi melangkah ke arah Andreas untuk menjelaskan tujuan mereka memanggil dia.
"No thanks? Lu, gak nanya mau diajak ke mana, malah main no thanks aja." Ucap temannya kesal, padahal dia ingin ikut, jika Andreas mau ikut.
"Ngapain nanya mau ke mana, kalau memang gak mau ikut?" Andreas ingin towel dahi temannya.
"Oh, iya, ya. Jadi kesannya basa basi, ya."
"Basiii..." Ucap Andreas sambil menyikut temannya.
"Eh, Ndre, gak nyapa yang baru lewat?" Tanya temannya sambil menahan sikutan Andreas, agar tidak kena rusuknya.
"Siapa?"
"Ah, kura-kura lu." Ucap temannya sambil menunjuk dengan mata ke siswi cantik, sang primadona sekolah yang baru melewati mereka.
^^^Andreas sudah melihat, tapi sikap siswi tersebut seakan tidak melihat mereka, jadi dia abaikan saja.^^^
"Eh, napa dia lewat sini, kalau mau ikut mobil 'peti'?" Ucap temannya heran karena siswi itu berjalan agak jauh memutar, kalau mau ke tempat parkir mobil 'peti' (sebutan untuk anak PEjabat TInggi).
"Sana, nanya ama dia. Gitu aja, diheranin." Ucap Andreas sambil menyikut temannya yang masih melihat ke arah siswi yang hendak masuk mobil.
"Jangan diliat terus, benjoolll. Nanti dikira peti, lu lagi ngincar ceweknya. Cari perkara aja, lu." Protes Andreas yang tidak suka ribut.
"Dia tadi sengaja lewat sini buat panasin kita, ya. Eh, maksud gue, panasin lu, ya."
"Gak usah mikir aneh-aneh. Ini cuaca lagi panas, ngapain dipanasin lagi."
"Tapi heran aja, eh, aneh bin ajaib."
"Sudah gue bilang jangan mikirin yang aneh-aneh. Seharian dia duduk di kelas, jadi engselnya perlu dilonggarin. Ayo, jalan." Ucap Andreas sambil poles kepala temannya.
"Lu kira dengkulnya, pintu? Engsel." Ucap temannya sambil mengusap bagian kepala yang kena poles.
"Eh, lu normal kan?" Temannya tiba-tiba bertanya, sebab dia tahu siswi itu sebenarnya naksir Andreas, tapi selalu dicuekin Andreas.
"Maksud lo?"
"Lu bukan jeruk makan jeruk kan?" Ucap temannya sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"Lu yang pisang makan pisang. Sana pulang sebelum gue datangin nyemot." Ucap Andreas sambil mendorong bahu temannya untuk menjauh darinya.
Temannya tidak melepaskan kedua tangan dari dada, lalu berlari kecil menjauh dari Andreas.
"Benjiii, lu benaran santapan nyemot?" Teriak Andreas melihat temannya Benji berlari ke mobil jemputannya dengan gaya kemayu, melambai.
"Yooiii..." Balas Benji sambil mengangkat sebelah tangan dan membuat jarinya lentik. Hal itu membuat Andreas mau menimpuknya dengan batu.
"Ddaaaa... muaaah muaaah muaaahhh..." Benji mengirimkan ciuman dengan kedua tangannya bergantian mengikuti gaya para siswi-siswi yang berpamitan saat mau naik mobil ke arah Andreas.
"Amit amit, amit amiiiittt... Jijaiiii." Ucap Andreas sambil mengetuk telapak dan dahinya berkali kali melihat tingkah Benji, lalu berlari mengejarnya hendak memukulnya.
"Yuhuuuiiii..." Ucap Benji sambil membuat jari telunjuk dan jempol di dagunya, saat sudah berada dalam mobil, membuat sopirnya senyam-senyum.
"Ckckckck... Makin paraaah." Ucap Andreas yang berhenti menunggu mobil jemputannya.
"Makanya, jangan suka seperti kanebo kering. Tuuh, jadi disamar si peti. By." Ucap Benji sambil melambai meninggalkan Andreas yang hanya bisa geleng kepala.
"Ndre, ntar malam mau ikut party, gak" Tiba-tiba suara wanita menyapa dan bertanya sambil memegang sikutnya, membuat Andreas mengangkat tangannya yang sedang pegang ransel.
"Ah, lu. Kalau nanya, bisa gak, gak pake pegangan? Bikin kaget aja. Gue gak ikut." Jawab Andreas cepat saat melihat siapa yang menyapanya.
"Ah lu. Begitu aja, kaget. Gak pake nanya party siapa, uda main gak ikut aja." Jawab siswi itu pura-pura kesal dan mau bergelayut di lengan Andreas.
"Party siapa pun, gue gak bisa ikut. Jadi buat apa nanya, sorry." Andreas coba berbicara baik dan sabar menjelaskan, agar tidak terjadi perdebatan atau desakan yang tidak perlu.
Kejadian seperti itu, sering terjadi saat pulang sekolah di hari Sabtu. Sehingga dia harus memikirkan berbagai alasan untuk menolak undangan teman-temannya yang mengadakan party atau mengajaknya pergi party.
...~°°°~...
Di sisi yang lain ; Sebuah mobil yang lumayan mewah untuk berada di tempat parkir sekolah sedang parkir, menunggu. "Gimana, bisa? Tanya pria yang sedang duduk di balik stir, melihat yang ditunggu masuk ke mobil.
"Kita liat, deh." Jawab wanitanya, singkat.
"Liat apa? Katanya, si bule naksir lu. Padahal yang jelalatan malah si benjol." Ucap yang pria protes.
"Masa, sih. Mungkin penyambung mata bule yang gengsian." Ucap wanita itu, menghindari emosi temannya. Khawatir diturunkan dari mobil, karena banyak siswa siswi sudah melihat dia naik mobil tersebut.
"Gak usah emosi. Kita punya bala bantuan untuk seret dia ke tempat party." Ucap wanita itu, yakin.
"Siapa? Bebek-bebek itu? Udah ditolak ama bule." Protes pria yang masih kesal, karena belum ada kepastian.
"Gue udah minta Greta. Pasti bisa. Lu tau dia, kan. Gak akan lepas." Ucap sang wanita, yakin.
"Tapi lain kali gak usah nyuruh gue jalan muter. Kaki gue pegal, tau." Ucap wanita sambil mengurut betisnya.
"Segitu aja, pegal. Tuh, liat Greta. Malah berlari untuk ngejar si bule. Eeh, napa lu nyuruh dia kejar bule?" Tanya pria yang sedang melihat ke arah Andreas.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...