Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menarik Perhatian
Waktu libur bekerja yang dinantikan hampir semua orang akhirnya tiba, sabtu pagi hari itu, Aga nampak sudah berada di kediaman Papa Andrew. Seperti kebiasaannya sebelumnya, jika waktu libur telah tiba, Aga akan menyempatkan waktu untuk menginap di rumah orang tuanya.
Papa Andrew yang baru saja pulang dari olah raga pagi itu menghampiri Aga yang sedang duduk di ruang tengah seorang diri.
"Aga, kau baru sampai, Nak?" Tanya Papa Andrew.
Aga menatap setitik keringat yang masih tersisa di kening Papa Andrew. "Baru setengah jam yang lalu, Pah. Papah habis lari pagi?" Tanya Aga.
Papa Andrew mengangguk. Kemudian menjatuhkan bokong di sofa yang berhadapan dengan Aga. "Kemana Gatha, kenapa dia tidak menemanimu di sini?" Tanya Papa Andrew.
"Bibi bilang Gatha masih di kamar, Pah. Katanya lagi siap-siapa untuk pergi." Jawab Aga.
Papa Andrew mengangguk paham. Kemarin malam Agatha memang sudah berpamitan kepadanya untuk pergi bersama Amara pagi ini menemui teman kuliah mereka.
"Tunggulah sebentar di sini, Ga, Papa mau mandi sebentar." Ucap Papa Andrew.
Aga mengangguk saja. Ia kembali memainkan ponsel di tangannya setelah kepergian Papa Andrew.
Tak berselang lama, sosok Agtha nampak turun melalui tangga sambil melihat wajahnya di cermin kecil yang kini ia pegang.
"Kak Aga," senyuman secerah mentari pagi terbit di wajah Agatha melihat kedatangan kakaknya.
"Gatha." Aga hanya menatap datar wajah adiknya itu.
Agatha mendekat pada Aga lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Aga.
"Kakak sudah lama datang?" Tanya Agatha.
"Tidak terlalu lama." Jawab Aga sambil memperhatikan penampilan Agatha saat ini. "Kau ingin pergi kemana pagi ini?" Tanya Aga.
Agatha diam beberapa saat. "Mau pergi bersama Amara dan Zel menemui teman kuliah kami dulu. Nama teman kami itu Rendra, dulunya dia sangat mencintai Amara, namun sayang cintanya selalu ditolak oleh Amara." Agatha sedikit melebihkan cerita. Ia harap setelah mendengarkan perkataannya bisa membuat Aga menjadi resah.
Aga hanya berohria seraya menganggukkan kepalanya. Reaksi yang sangat tidak diharapkan oleh Agatha.
"Satu lagi, sampai saat ini Rendra masih mengharapkan cinta dari Amara loh Kak. Sampai-sampai dia masih berjuang untuk mendapatkan Amara walau sudah jelas Amara selalu menolak cintanya." Beri tahu Agatha lagi.
Aga tak menjawab. Ia hanya menatap adiknya itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Tin Tin
Suara klakson mobil dari arah luar rumah mengalihkan perhatian Agatha dari Aga. "Sepertinya itu Amara." Ucap Agatha sambil menatap ke arah pintu rumah. "Kak Aga, kalau begitu aku pamit pergi dulu ya." Pamit Agatha.
"Kenapa buru-buru sekali. Memangnya Amara tidak masuk ke dalam rumah?" Tanya Aga.
"Sepertinya tidak. Aku sudah mengirimkan pesan pada Amara untuk menunggu di luar saja."
Aga mengangguk paham. "Kalau begitu pergilah." Ucap Aga.
"Baik, Kak." Jawab Agatha lalu pergi dari hadapan Aga.
Melihat adiknya yang sangat tergesa-gesa keluar dari dalam rumah membuat Aga menjadi penasaran kenapa Agatha sesemangat itu untuk pergi.
Entah dorongan dari mana, Aga yang awalnya merasa tidak perduli pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela rumah. Dilihatnya dari jendela Agatha kini sedang berbicara dengan Amara yang sedang berdiri di depan mobilnya.
"Kenapa dia berdandan layaknya wanita dewasa saat ini?" Komentar Aga menatap penampilan Amara yang nampak berbeda dari biasanya.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka