Perjalanan kisah seorang wanita, jatuh bangun dalam membangun karir dalam hidupnya, hingga akhirnya menjadi sosok wanita kuat dengan dukungan dari seorang laki-laki yang sangat berkuasanya.
Kehidupan yang penuh dengan luka, bahkan kepingan layar hidupnya ada yang hilang dari ingatan.
Sebuah Rahasia yang tak terduga akan ditemukan, bersama dengan sosok anggota keluarga Klan Nugraha yang tak lain adalah Aftan Brian Nugraha.
Misteri apa apa yang akan terkuak pada akhirnya?, yuk ikuti semua kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang Berdua
Aftan segera menenangkan dirinya, lalu menyambar baju dan membawa pergi dari area, sementara Andin menatap aneh, seketika hasratnya telah tiada dan merapikan diri dengan menatap terkejut beberapa tanda kemerahan di lehernya.
"Sial, apa-apaan ini, aku malu sekali!" Andin langsung berlari masuk menuju kamar mandi.
Aftan menjawab panggilan, berbicara perlahan penuh hormat dan menyetujui sesuatu, lalu kembali berjalan mendekati ranjang, tak didapati Andin lagi, hingga matanya beralih ke secangkir coklat yang sepertinya sangat nikmat.
Meminum perlahan, dan duduk di sofa, menunggu sejenak pintu kamar mandi terbuka.
Andin perlahan muncul dari sana, dengan muka merah, menghindari tatapan Aftan saat ini, dan itu tak biarkan sama sekali.
Tangan Aftan menariknya, lalu mengecup keningnya dan membawa Andin duduk disampingnya.
"Bersiaplah, besok aku akan membawa mu bertemu Grand Pa"
"Apa?!" Andin terkejut dan tak sengaja menyenggol gelas coklat hangat di sampingnya.
"Akh!" Andin berteriak takut dan terkejut.
Dan sesuatu yang tak biasa kini dilihatnya, bukannya terlempar, justru air coklat kembali ke tempatnya, dan gelas itu melayang kembali pada posisi semula.
"Persiapkan saja dirimu" Aftan membelai rambut Andin, lalu pergi keluar dari kamarnya.
Sementara Andin masih diam mematung menyaksikan semua yang ada diluar nalar terpampang nyata, bukannya sebuah penjelasan, justru Aftan malah meninggalkan seolah tidak terjadi apapun.
"Aku pasti mimpi, atau halusinasi, aku_ Akh!"
Andin lalu membungkam mulutnya sendiri, menyadari sesuatu yang lebih membuatnya cemas setengah mati, yaitu bertemu dengan sang Kakek yang di panggil Grand Pa oleh suaminya.
*
*
Andin kini bersiap dengan wajah yang terlihat tegang dalam kecemasan, namun tidak bagi Aftan, dirinya terlihat santai dan biasa saja.
"Kita akan bertemu dengan Tuan ABRAHAM bukan?" Tanya Andin dengan wajah menegang.
"Hem, kenapa?"
"Aku merasa keluargamu tidak ada yang menyukai ku"
"Jangan tertipu dengan penampilan luar, kita lihat saja nanti" Aftan tersenyum tipis dan melangkahkan kaki.
"Tunggu Af, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Andin merasa tidak percaya diri.
"Bawa saja dirimu dengan baik, Ayo" ucap Aftan lalu mengajak Andin keluar kamar bersama.
Sebenarnya ada juga yang di khawatir kan oleh Aftan, tapi percuma saja dipikirkan, apa yang terjadi nanti, cukup di nikmati dan akan mengawasi Andin saat bersama dengan sosok yang bernama Abraham.
Hampir satu jam perjalanan membawa mereka ke sebuah Mansion mewah nan megah, dua kali lipat dari yang ditempati, Andin takjub dengan apa yang dilihatnya.
"Ayo Turun" Aftan membawa Andin berjalan di sampingnya, berjalan menuju pintu utama yang sudah terbuka lebar dengan beberapa pelayan disana.
Semua menunduk dengan penuh hormat deretan orang-orang yang lama bekerja di Mansion utama, senyuman ramah dan sapaan pun di lontarkan dengan sopan.
"Selamat datang Tuan Aftan, Nona" ucap mereka menyapa.
Aftan mengangguk, lalu melanjutkan langkah bersama dengan Andin yang tak pernah lepas dari sampingnya.
Hingga berada di sebuah ruang tengah dengan aksesoris yang tak kalah mewah, pilihan ornamen elegan menghiasi setiap sisi ruangan dengan apik.
Andin kini duduk disamping Aftan yang masih sibuk dengan beberapa pekerjaan di kirim lewat email.
"Dimana Grand Pa?" Tanya Aftan saat sosok laki-laki setengah tua mendekati dan memberi hormat padanya.
"Akan saya panggilkan" ucap laki-laki yang tak lain adalah kepala pelayan yang bertahun-tahun bekerja.
Aftan kembali mengamati ponselnya, dan duduk dengan tenang kembali, tapi tidak dengan Andin yang semakin merasakan jantungnya tak henti berdetak dengan kencang.
Gerakan tangan Andin bahkan mengganggu konsentrasi Aftan, hingga kemudian_
"Grand pa sangat menyayangiku, dan kau adalah istriku, jadi tenanglah, tidak akan terjadi apapun dengan mu"
Aftan berbicara dengan memegang tangan Andin dan mengusapnya lembut, lalu satu senyuman dan tatapan teduh di berikan, Andin pun terdiam, merasa lebih tenang.
"Terimakasih" ucapnya lirih.
"Hem"
Aftan menjawab dan kembali melihat isi email dalam ponselnya, namun tak melepas lagi genggaman tangannya.
Sementara Andin merasa hatinya begitu hangat, melihat genggaman tangan Aftan, lalu tersenyum lembut membiarkan.
Langkah kaki membuat keduanya melihat hampir bersamaan.
"Mari Tuan, akan saya antar anda ke ruangan baca, Tuan Abraham menanti anda dan Nona disana.
Keduanya melangkah dan menuju ke lift yang ada di mansion itu, masuk dan melanjutkan perjalanan dan akhirnya kini sudah berada tepat di sebuah pintu bergaya klasik.
"Silahkan"
Pintu terbuka oleh pelayan, Aftan mengangguk dan masuk bersama Andin.
Salam keluar dari keduanya, memberikan sapaan dengan hormat pada laki-laki tua penuh Kharisma yang sedang membaca sebuah buku tebal di tangannya.
"Aku datang memenuhi keinginan Grand Pa, dan aku membawa istri ku seperti yang di perintahkan" ucap Aftan yang masih berdiri dan menggandeng Andin.
"Halo Grand Pa, bagaimana kabar anda?" Andin memberikan salam pribadinya.
Abraham meletakkan bukunya, lalu kembali ke tempat semula dan melihat ke arah Aftan dan Andin berada.
"Duduklah kalian" ucapnya.
Aftan dan Andin segera duduk, dan Abraham memulai bicaranya.
"Andin Praharini, hampir semua media masa memuat berita tentangmu, wanita dengan kesuksesan yang cepat, dengan menjual dirinya"
Deg!
Andin terdiam membeku, seolah lidahnya kelu dan tubuhnya terasa terhimpit benda berat yang membuatnya sesak.
Tangan hangat menyentuh jari jemarinya, sesaat Andin terhenyak dan tatapan Aftan mengambil alih konsentrasinya saat ini juga.
"Apa yang keluarga Nugraha ajarkan sudah aku lakukan, dan wanita ini adalah pilihanku, apa Grand Pa meragukan?"
Aftan menatap tak kalah tajam ke arah Abraham, bukan niat menantang, namun bentuk protes perkataan yang seolah menusuk tajam hati Andin secara langsung.
Abraham berdiri dan mengambil beberapa lembar arsip yang sepertinya sudah di siapkan, lalu memberikan ke Aftan untuk dilihat dan di baca didepannya.
Benar saja, semua berita tentang Andin ada disana, dan Aftan memejamkan mata menahan sesuatu yang membuat hatinya tidak terima.
"Grand Pa, aku bisa mencari seribu wanita dengan hanya tunjuk jari saja, tapi menemukan wanita sesuai keinginan ku, itu sangat langka" ucap Aftan.
Abraham kini beralih menatap Andin, mulai dari ujung kaki sampai kepala, lalu ada senyuman yang di sembunyikan.
"Terlalu banyak sampah yang di buang ke dirinya, keluarga Nugraha bisa terkena imbasnya"
"Aku akan membersihkannya" sahut Aftan cepat.
"Hem, bagus, kau harus bekerja keras untuk itu Aftan"
"Bukan masalah bagiku Grand Pa"
"Jangan terlalu bodoh untuk mengulur waktu, yakinkan hatimu dan lakukan dengan cepat"
Aftan mengangguk, sementara Andin dibuat makin bingung dengan perkataan dua orang yang tidak bisa dimengerti sama sekali olehnya.
Abraham tersenyum, kini muka keduanya nampak berbeda, Andin pun terkejut akan hal itu, lalu nafasnya seolah ingin berhenti disaat Abraham tiba-tiba mendekat kearahnya.
"Berikan tangan mu" ucap Abraham.
"Grand pa, tolong, jangan lakukan itu" Aftan segera mencegahnya, dan Andin semakin takut hingga tanpa terasa beralih mendekati suaminya.
Bersambung.
Apa maksud dari Abraham sebenarnya, di episode berikutnya akan terkuak sebuah misteri, biar Author makin semangat, jangan lupa KOMENNYA, LIKE, VOTE dan HADIAH dikirim segera.
babang aftan cepat hafir andin dlm bahaya
mana aftan.....
klu Regan yg berbuat tidak akan berani karena melawan keluarga Nugraha..
pasti Erga yang mau main2 ini...