Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Di kamar itu, untuk pertama kalinya Aslan menjadi imam sholat Fara. Dulu Fara sempat membayangkan Asyad lah yang akan menjadi imam rumah tangganya tapi ternyata sekarang justru berbeda. Justru Aslan yang menjadi suaminya dengan sangat terpaksa.
Setelah mereka mengucap salam dan berdo'a, Aslan memutar tubuhnya dan mengulurkan tangannya.
Fara jelas tanggap dengan apa yang Aslan maksud, andai saja dia tidak menghadap kiblat, dia sudah pasti menepis tangan Aslan. Dengan terpaksa Fara mencium punggung tangan Aslan secara singkat.
Aslan tersenyum merekah. Andai saja setiap hari rumah tangganya dengan Fara bisa adem ayem seperti ini, pasti dia akan sangat bahagia. Sepertinya dia harus sering-sering menjadi imam saat sholat. Siapa tahu suatu saat nanti amin mereka menjadi sama satu tujuan.
Setelah itu, Fara melepas mukenanya dan melipatnya.
Dia enggan untuk berolahraga di pagi hari itu karena badannya terasa remuk, hingga dia kini hanya duduk di dekat meja belajarnya sambil memainkan ponselnya.
"Gak olahraga?" tanya Aslan yang kini sudah berganti pakaian.
Fara hanya menggelengkan kepalanya. Dia justru menyandarkan kepalanya di atas meja.
Aslan akhirnya keluar dari kamar karena Fara tak mengajaknya bicara sama sekali.
Fara menghela napas panjang. Dia kembali meregangkan otot-ototnya. "Pasti badan aku sakit semua gara-gara tidur di bawah nih." Dia berdiri lalu berganti seragam.
Setelah menyisir rambutnya dan bersolek tipis, dia keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang makan.
Terlihat Aslan sudah rapi dengan kemeja yang dia pinjam pada Ayah Fara. Dia duduk bersama Pak Ridwan dengan obrolan kecil.
"Fara, barang yang mau dibawa ke rumah sudah disiapkan?" tanya Aslan yang hanya mendapat satu anggukan dari Fara.
Fara duduk dengan lesu lalu mengambil segelas susu dan meminumnya sedikit.
"Fara kenapa, Nak?" tanya Pak Ridwan yang melihat Fara sangat lesu pagi hari itu.
Aslan kini juga menatap Fara. Ya, Fara memang terlihat pucat. Apa dia masuk angin karena tidur di bawah?
"Gak papa Ayah. Fara cuma kecapekan aja."
Pak Ridwan justru tersenyum kecil. "Kecapekan adalah hal biasa saat pengantin baru."
Aslan yang saat itu sedang minum seketika tersedak mendengar kalimat mertuanya itu.
Fara hanya berdecak. Orang di sebelahnya itu memang merepotkan saja. Terpaksa dia mengambilkan air putih untuk Aslan.
Pak Ridwan lagi-lagi tersenyum melihat putri dan menantunya yang akur. "Ayah senang sekali melihat kalian berdua akur seperti ini. Semoga kalian cepat diberi momongan ya, karena Ayah udah gak sabar mau gendong cucu."
"Ih, Ayah. Fara masih sekolah terus kuliah."
Aslan hanya menyembunyikan senyumnya. Andai dia diizinkan Fara, pasti dengan semangat dia akan membuat cucu untuk mereka.
"Sekolah kamu kan tinggal 4 bulan lagi. Kalau kuliah masih bisa meskipun sudah menikah."
Fara akhirnya hanya terdiam sambil memakan sarapannya.
Udahlah, diam aja daripada aku salah ngomong.
Setelah selesai sarapan, Aslan memasukkan barang-barang yang dibawa Fara ke rumahnya ke dalam bagasi mobilnya.
"Ayah, Fara berangkat dulu. Kalau ada apa-apa telepon Fara ya." Fara mencium punggung tangan Ayahnya, setelah itu dia berjalan menuju mobil Aslan.
Aslan juga berpamitan pada mertuanya.
"Kamu jaga Fara ya."
"Iya Ayah."
Setelah itu Fara dan Aslan segera masuk ke dalam mobil dan beberapa saat kemudian mobil Aslan sudah melaju menuju sekolah.
Sesekali Aslan melirik Fara yang nampak lesu itu. "Kalau gak enak badan, gak usah ikut pelajaran olahraga," katanya
Fara hanya menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah. Kalau nanti merasa gak enak badan langsung ke UKS saja, takutnya kamu pingsan."
Fara mencibir, "Makasih perhatiannya."
Aslan justru tertawa. Fara terlihat semakin menggemaskan. Sejak bertemu dengan Fara rasa sakit hatinya tiba-tiba lenyap tak berbekas, berganti dengan rasa penasaran terhadap Fara. Dia seolah tertantang untuk melunakkn hati Fara, dan melepas Fara dari Arsyad.
Beberapa saat kemudian mobil Aslan berhenti beberapa meter dari sekolah. Fara akan turun dari mobil tapi saat memegang pintu, dia urung membukanya. Dia kini melepas cincin kawinnya lalu diberikan pada Aslan.
"Simpan dulu. Saat berada di sekolah, saya masih single."
Aslan tak berkata apa-apa lagi. Dia hanya menatap cincin yang sekarang dia genggam. Dia kira Fara akan mencium punggung tangannya sebelum dia keluar dari mobil tapi ternyata Fara justru melepas cincin itu.
Fara kini berjalan masuk melewati gerbang sekolah. Ada Arsyad sudah menunggunya di sana.
"Diantar siapa?" tanya Arsyad.
"Sopir. Sejak Ayah sering sakit udah ada sopir di rumah," kata Fara dengan entengnya.
Durhaka sekali Fara menyebut suaminya sopir.
Mereka berdua kini berjalan melewati lorong kelas.
"Fara!" panggil si cerewet Ayla. Dia menyusul langkah Fara dan Arsyad. "Kirain lo gak masuk lagi. Bokap lo gak papa kan?" tanya Ayla.
"Iya, gak papa. Udah semakin membaik kok."
Kemudian mereka bertiga berjalan bersama menuju kelas.
"Ayla, kita ganti seragam olahraga dulu yuk, daripada antri. Bentar lagi kan udah bel masuk," ajak Fara sambil mengambil seragamnya yang berada di tas.
"Oke." Ayla dan kedua temannya kini mengikuti Fara keluar dari kelas sambil membawa seragam olahraganya.
Saat mereka melewati lorong kelas, lagi-lagi Fara berpapasan dengan si suami. Pandangan mereka bersirobok beberapa saat.
"Pagi, Pak." sapa Ayla.
Baru kali ini Aslan menjawab sapaan Ayla. "Iya, pagi," dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya. Kemudian Aslan berlalu melewati Fara.
Ayla tertawa kegirangan. "Ya ampun, baru kali ini Pak Aslan jawab dengan lembut gitu. Jangan-jangan hati Pak Aslan sudah meleleh."
Fara hanya mencibir.
Mereka berempat masuk ke dalam toilet dengan suara Ayla yang masih saja mengagumi Pak Aslan.
Setelah selesai berganti seragam olahraga, mereka kembali ke kelas untuk menaruh seragam putih abu nya. Setelah bel masuk berbunyi, mereka semua berkumpul di lapangan olahraga. Memulai pemanasan yang di pimpim oleh Pak Widi, guru olahraga mereka.
Setelah melakukan pemanasan mereka berlari memutari lapangan basket sebanyak tiga kali.
Di ujung sana, ada Aslan yang terus mengawasi Fara. Bahkan dia sengaja memberi tugas pada muridnya agar dia bisa berdiri di ambang pintu dan bersandar sambil melipat tangannya menghadap ke lapangan olahraga.
Setelah lari putar lapangan selesai, mereka lanjut bermain basket.
"Gesit juga dia bermain basket." guman Aslan dalam hatinya sambil tersenyum kecil.
Tiba-tiba saja Fara terjatuh, dengan cepat Aslan berlari menghampirinya. "Fara!"
Fara yang sudah dibantu Arsyad untuk berdiri seketika menatap Aslan yang diikuti tatapan aneh dari teman-teman Fara.
"Pak Aslan kenapa?" tanya salah satu dari mereka.
💞💞💞
.
Tindakan spontan seorang suami.. 😆
Like dan komen ya...
sayang ama papa aslan