Sebelum baca novel ini, othor sarankan baca novel othor dulu yang berjudul "Baby Girl".
Emma Sheren, gadis yatim piatu yang tega di jual oleh ibu tirinya, tapi dia berhasil melarikan diri dan bertemu seseorang di jalan.
Joven Max Owen, Mantan mafia yang beralih profesi menjadi bodyguard. Pertemuannya dengan seorang gadis membuat dia akhirnya menikahinya.
Yuk simak kelanjutan ceritanya.....
Novel ini di buat hanya untuk hiburan semata. Jika anda ingin mencari novel yang mendidik bukan di sini tempatnya. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Jam kerja pun habis, Max merapihkan berkasnya di atas meja supaya tak berantakan.
Dia mematikan laptopnya dan menutupnya.
"Pekerjaan tuan sudah selesai" tanya Emma yang melihat Max merapihkan mejanya.
"Iya, ayo kita pulang" sahut Max mengajak Emma pulang, ia bangkit dari tempat duduknya.
Emma juga ikut bangkit, mereka berdua keluar dari ruangan Max.
Tak sengaja di depan ruangan mereka berdua berpapasan dengan Arsen yang juga hendak pulang.
"Aunty Emma mau pulang ya?" tanya Reva menyapa mereka.
"Iya sayang" Sahut sambil tersenyum melihat gadis kecil itu.
"Sama, Reva juga mau pulang sama papa" ujar Reva sambil bergelayut manja di lengan sang papa.
Emma tersenyum sambil megelus rambut panjang Reva.
"Kalau begitu saya pulang dulu Max" pamit Arsen lalu berjalan mendahului mereka berdua.
Sesekali Reva menoleh kebelakang sambil melambaikan tangannya kepada Emma dan Max.
"Apa kamu mengetahui alamat rumah pengacara orang tuamu itu" tanya Max sambil berjalan menuju ke parkiran mobilnya bersama Emma.
"Saya tahu tuan, saya pernah di ajak kesana oleh almarhum ayah saya dulu" Sahut Emma seraya mengikuti langkah lebar Max.
"Kalau begitu kita kesana sekarang" ucap Max lalu masuk kedalam mobilnya.
Emma juga ikut masuk kedalam mobil Max, kemudian memberitahu alamat tuan Dion kepada Max.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lebih, mobil Max berhenti di depan rumah Dion.
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Max ragu, pasalnya rumah Dion terlihat sepi dan tak berpenghuni.
"Saya yakin tuan, saya pernah kesini sama ayah saya" Sahut Emma yakin.
Ema sangat yakin kalau rumah yang mereka datangi itu rumah Dion pengacara ayahnya.
"Kalau begitu kita turun" ucap Max dan keluar dari mobilnya.
Max dan Emma berjalan mendekati pintu rumah Dion lantas mengetuknya.
Tok
Tok
Tok
"Om Dion.. Ini Emma" ucap Emma dengan mengeraskan suaranya sambil terus mengetuk pintu rumah Dion.
Emma terus mengetuk rumah Dion dan terus memanggilnya, namun dari tadi tidak ada satupun orang yang menyahut.
"Sepertinya rumahnya kosong tuan" ucap Emma dengan nada putus asa.
"Tenanglah, kita coba tanya sama tetangga rumah ini" kata Max menenangkan Emma. Karena dari awal Max sudah mengira kalau rumah ini memang kosong.
Emma menoleh kesana kemari berharap ada seseorang yang bisa ia tanya.
Tak sengaja ada seorang ibu-ibu yang merupakan tetangga samping rumah Dion melintas dengan berjalan kaki lewat didepan rumah Dion, lantas Emma pun menghentikannya.
"Permisi bu" sapa Emma menghentikan orang tersebut.
"Iya ada apa neng" sahut ibu itu.
"Saya mau numpang tanya bu, pak Dion yang tinggal di rumah ini kemana ya bu" tanya Emma dengan sopan.
"Maksud neng pengacara Dion ya" tanya sang ibu memastikan.
Emma mengangguk membenarkan.
"Pengacara Dion beserta keluarganya sudah pindah sekitar satu bulan yang lalu neng"
Emma shock mendengar penuturan tetangga Dion. Tubuh Emma hampir saja limbung jika Max tidak segera memeganginya.
Kini satu-satunya orang yang bisa Emma harapkan malah pergi entah kemana.
Dan kini Emma bingung bagaimana caranya bisa kembali merebut perusahaan orang tuannya dari tangan Eva.
"Ibu tahu tidka pak Dion pindah kemana?" tanya Max sambil merangkul bahu Emma.
"Dia hanya bilang mau pindah ke kota kelahirannya di Kota S, tapi saya tidak tahu benar atau tidak" jawab tetangga Dion.
"Tidak apa bu, saya terima kasih karena informasi dari ibu sedikit bisa membantu saya" ucap ucap Max.
"Sebenarnya kalian ini siapanya pak Dion, apa kalian ada hubungannya dengan wanita yang dulu datang kemari, karena satu hari sebelum pak Dion pindah wanita itu datang kemari sambil membawa orang-orang tinggi dan berbadan tegap" ucap tetangga Dion penasaran.
Max mengeryitkan dahinya mendengar ucapan ibu tersebut, ia merasa ada yang janggal dengan kepindahan Dion beserta keluarganya.
"Apa wanita yang datang kesini itu merupakan wanita paruh baya yang sudah berumur sekitar 50th dan berkulit putih serta rambut berwarna agak kecoklatan bu" tanya Emma menyebutkan ciri-ciri Eva kepada tetangga Dion.
"Iya neng, ciri-ciri orang itu mirip sama yang tadi neng sebutkan" sahut Tetangga Diona.
Emma mengepalkan tangannya karena marah, ia sangat yakin kalau kepergian Dion itu ada kaitannya dengan Eva.
"Terima kasih , kalau begitu kami pamit dulu bu" ucap Max pamit kepada tetangga Dion.
"Iya neng" ucap tetangga Dion sambil tersenyum.
Setelah itu Max membawa Emma masuk kedalam mobilnya, ia tahu kalau kondisi Emma sudah mulai emosi.
"Bagaimana ini tuan, pengacara ayah malah pergi entah kemana, padahal dialah satu-satunya orang yang bisa saya harapkan" tanya Emma sambil menunduk menahan tangis.
"Tenanglah, kamu tidak sendiri masih ada aku yang akan membantumu" ucap Max sambil mengangkat wajah Emma supaya tidak menunduk.
Kini mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Bagaimana caranya anda membantu saya" tanya Emma penasaran.
"Menikahlah denganku maka segala sesuatunya akan menjadi mudah" tawar Max sambil menatap dalam kedua bola mata Emma.
Emma menelan salivanya mendengar tawaran menikah dengan Max, Emma berpikir kalau Max bukan orang waras yang tiba-tiba mengajaknya menikah.
Emma tak kunjung menjawab penawaran Max, pasalnya selama ini Emma belum mencintai Max, di hati Emma hanya ada rasa kagum terhadap Max yang mau menolongnya.
Max tahu keterdiaman Emma, ia juga tak mau memaksa Emma untuk menjawabnya sekarang juga.
"Kau tak perlu menjawabnya sekarang, kau bisa memikirkannya terlebih dahulu" ucap Max.
Emma mengangguk kecil, ia akan memikirkan penawaran Max nanti.
Max membenarkan posisi duduknya begitu pula dengan Emma.
Mobil yang di kemudikan Max mulai meluncur menuju ke apartemennya.
*
Setibanya di apartemen Max, Emma langsung pergi kedapur untuk memasak menu makanan untuk makan malam mereka berdua.
Sedangkan Max naik ke lantai atas menuju ke kamarnya dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Lima belas menit kemudian Max keluar dari dalam kamar mandi, lalu pergi ruang ganti untuk memakai pakaian.
Usai berpakaian Max keluar menuju ke bawah menghampiri Emma yang sedang sibuk memasak.
"Kau masak apa" tanyaax sambil memeluk tubuh Emma dari belakang.
"Saya masak oseng sayur sama ayam goreng tuan" sahut Emma gugup.
"Baiklah lanjutkan, aku akan menunggumu di meja makan" ucap Max sambil mencium pipi Emma lantas pergi menuju ke meja makan.
Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke anak buahnya.
~ Max.
"Cari tahu tentang pengacara Dion di kota S"
~ anak buah Max.
"Baik tuan"
Setelah itu Max meletakkan ponselnya di atas meja., dia memangku wajahnya dengan menggunakan kedua tanganya sambil melihat Emma yang sedang sibuk memasak.
Bersambung
Jangan lupa like, koment, vote, gift 🙏
Happy reading guys 🙏
nanggung banget
ada romantisnya ada lucu nya ada action nya keren banget
bintang 10/10
suamiku mantan mafia
cerita seruuuu thorrr 👍🙏😍💪