Suamiku Mantan Mafia
Emma Sheren yang biasa di panggil Emma, merupakan gadis tangguh yang selalu ceria di depan semua orang, ia berumur 25th merupakan anak dari pasangan Aditya Bagaskara dan Azkia Agustina.
Pada saat Emma memasuki usia 10th, Azkia ibu kandung Emma meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal di jalan raya. setelah kejadian itu Emma hanya di asuh oleh ayahnya saja. Sedangkan kakek nenek dari pihak ayahnya sudah meninggal lama.
Kalau orang tua mamanya, Emma sampai sekarang belum pernah bertemu dengannya.
Tiga tahun setelah kematian ibunya, Ayah Emma menikah lagi dengan seorang janda beranak satu yang bernama Eva Kristanti dia mempunyai satu putri yang bernama Clasrissa Adeline.
Hadirnya Eva di kehidupan ayahnya membuat Emma merasakan kembali sosok ibu pada diri Eva.
Namun semuanya berubah ketika Emma memasuki umur 21th, pada saat itu Aditya yang sudah mulai sakit-sakitan pun memutuskan untuk menyerahkan sepenuhnya perusahaan kepada Emma putrinya, dia ingin fokus dengan kesembuhan penyakitnya.
Seminggu yang lalu dokter memvonis Aditya menderita gagal ginjal, sejak saat itu Aditya sering bolak balik ke rumah sakit untuk melakukan cuci darah.
"Kenapa kamu menyerahkan perusahaan hanya kepada Emma mas, bukankah kamu sudah janji akan menganggap Clarissa seperti putri kandungmu sendiri hah" sentak Eva tak terima dengan keputusan suaminya.
"Karena itu sudah menjadi hak Emma, aku dan Azkia lah yang sudah mendirikan perusahaan itu dulu. jadi semua aset dari hasil pernikahanku dengan Azkia akan jatuh sepenuhnya ke tangan Emma, karena itu memang haknya.
"Meskipun Clarissa bukan putri kandungku, aku juga menyiapkan bagian untuk Clarissa, tapi tentu bukan perusahaan, karena Clarissa tidak mempunyai kapasitas di bidang itu, dan seperti yang kamu tahu, kalau anak kesayanganmu itu hanya bisa foya-foya, tidak seperti Emma yang selalu membantuku di perusahaan." kata Aditya panjang lebar, membuat Eva bungkam.
Harusnya Eva berterima kasih, meskipun Clarissa bukan anak kandung suaminya, tapi dengan baik hati suaminya itu masih mau memberikan asetnya kepada putrinya itu.
Tapi dasarnya dia serakah, jadi dia ingin lebih dari apa yang di berikan suaminya kepada Emma.
Sudah empat tahun Aditya berjuang melawan penyakitnya, semakin hari kondisi Aditya bukannya membaik justru semakin memperihatinkan.
Hari ini ketika Emma masih sibuk di kantor tiba-tiba mendapat kabar buruk dari ART nya di rumah, dia bilang kalau kondisi ayahnya drop.
Tanpa banyak pikir Emma langsung bergegas pulang ke rumah, lalu segera membawa ayahnya ke rumah sakit.
"Tolong.. dokter tolong ayah saya dok" teriak Emma memenuhi lorong rumah sakit. sambil mendorong kursi roda ayahnya yang sudah tak sadarkan diri.
"Tolong sus" teriak Emma.
Suster pun langsung berlari menghampiri Emma, lalu mengambil alih kursi roda tersebut.
Suster membawa Aditya masuk ke ruang IGD.
"Nona hanya boleh sampai sini saja, tidak boleh masuk kedalam ruangan" ucap suster ketika Emma mau ikut masuk ke dalam.
"Tolong selamatkan ayah saya sus" pinta Emma dengan wajah penuh harap.
"Berdoalah nona, dokter sedang menangani ayah anda di dalam, kami akan berusaha semampu kami." ucap Suster, setelah itu masuk dan menutup pintu ruangan.
Suster meninggalkan Emma yang masih berdiri di luar ruangan sambil mondar mandir.
"Tuhan, tolong selamatkan ayah hamba, hanya dia yang aku miliki di dunia ini, sembuhkanlah dia tuhan dan angkatlah penyakitnya. Amin" ucap Emma berdoa dalam hati.
Emma mendudukan bokong di kursi tunggu sambil bersandar ke dinding dengan tatapan yang lurus ke depan, Emma tak pernah sedikitpun memalingkan penglihatannya dari pintu ruangan ayahnya.
Hampir satu jam lebih akhirnya dokter keluar dari ruangan tersebut.
Emma langsung berdiri lalu menghampiri sang dokter yang menangani ayahnya.
"Bagaimana kondisi ayah saya dok" tanya Emma dengan nada khawatir.
"Ada yang ingin ayah anda katakan nona" kata sang dokter.
Emma masuk menemui ayahnya, terlihat banyak alat yang menempel di tubuh ayahnya.
"Ayah, ini Emma ayah" panggil Emma sambil duduk di kursi yang ada di dekat ranjang, Emma menggenggam tangan ayahnya yang terpasang infus. Sebisa mungkin Emma menahan tangisnya di depan sang ayahnya.
Emma tak mau ayahnya melihat sisi rapuh dirinya, ia takut akan menjadi beban ayahnya.
"Em-ma pu-tri ku, ma-afkan ayah nak, maafkan ayah mungkin sampai di sini saja ayah menemanimu di dunia ini, jika terjadi sesuatu dengan ayah datanglah ke uncle Dion.
"Ayah bahagia, karena sebentar lagi ayah akan bertemu dengan mama mu. jaga dirimu baik-baik nak, ayah sudah lelah ingin istirahat. " ucap Aditya dengan terputus putus. Setelah mengucapkan itu tak mata Aditya terpejam.
Tittttt_____
Tak lama monitor jantung pun berbunyi, dan garis yang berubah jadi lurus.
Emma menangis histeris sambil menggoyang tubuh ayahnya.
"Ayah bangun ayah, Emma janji kalau ayah sembuh Emma akan menjadi anak yang baik dan akan menurut sama ayah, hikks... hiksss.. Ayah bangun" ucap Emma histeris.
Emma keluar ruangan memanggil sang dokter.
"Dokter....dokter... cepat tolong ayah saya dok" teriak Emma memanggil dokter yang menangani ayahnya.
"Ada apa nona" tanya Dokter sambil berlari tergopoh gopor.
"Tolong dok tolong" ucap Emma gagap.
Suster langsung menyuruh Emma keluar dari ruangan terlebih dahulu.
Dokter yang tahu situasinya langsung saja masuk, mengecek keadaan aditya. Dokter memeriksa denyut nadi lalu mengarahkan senter ke pupil mata pasien, namun tidak ada tanda-tanda kalau pasien masih hidup.
Dokter menghela nafas berat. lalu keluar menemui Emma.
"Maaf, kami sudah berusaha semampu kami, tapi tuhan berkehendak lain nona" sahut Sang dokter.
"Maksud dokter apa?" tanya Emma dengan bibir bergetar.
Dokter menggelengkan kepalanya.
"Ayah anda tidak bisa tertolong" lirih sang dokter.
"Jangan bercanda dok, katakan kalau ini hanya bercanda kan dok, katakan dok" sentak Emma sambil menggoyang kedua bahu dokter.
"Maaf nona, tapi memang itulah kenyataannya" ujat sang dokter.
Air mata Emma langsung menetes tanpa di suruh, dia lari ke dalam menuju ke ruangan ayahnya.
Terlihat tubuh ayahnya yang sudah terbaring kaku di brankar, dokter melepas alat yang menempel di tubuh ayahnya.
Bahkan di saat kondisi ayahnya sekarat seperti ini, ibu sambungnya itu tak ada di samping ayahnya, bahkan untuk sekedar bertanya bagaimana kondisinya pun tidak.
"Ayah...hiks...hiks.. , kenapa ayah pergi secepat ini, Emma sama siapa ayah, hikss" lirih Emma menangis sambil memeluk tubuh kaku ayahnya.
Bibi yang di tugaskan Emma untuk membawa baju ganti pun tiba di rumah sakit, dan langsung ke ruangan majikannya itu.
Dia kaget melihat Emma yang menangis histeris sambil memeluk tubuh tuannya.
Bersambung
Happy reading guys🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Nunik Wahyuni
hadir thorrr 😍😍
2024-06-20
0
Wy Ky
keren
2024-05-30
0
Anonymous
keren
2024-05-25
0