NovelToon NovelToon
Sunda Manda

Sunda Manda

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Cerai / Murid Genius / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:717
Nilai: 5
Nama Author: Yourlukey

Joano dan Luna adalah dua remaja yang hidup berdampingan dengan luka dan trauma masa kecil. Mereka berusaha untuk selalu bergandengan tangan menjalani kehidupan dan berjanji untuk selalu bersama. Namun, seiring berjalannya waktu trauma yang mereka coba untuk atasi bersama itu seolah menjadi bumerang tersendiri saat mereka mulai terlibat perasaan satu sama lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourlukey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8

Helen Ayudia adalah wanita pertengahan empat puluhan yang bekerja di salah satu rumah produksi film. Dia salah satu pejabat tinggi di perusahaan itu. Tapi kehidupan pribadinya berbanding terbalik dengan kehidupan pekerjaannya. Kehidupannya sebagai seorang istri tidak berjalan mulus seperti kariernya, hingga suatu hari suaminya memilih untuk berpisah. Saat itu Helen benar-benar terpuruk, apalagi setelah mengetahui suaminya berselingkuh dengan wanita lain.

Namun, Tuhan masih berbaik hati pada Helen. Tepat surat cerai itu dikeluarkan, dia bertemu dengan anak laki-laki baik hati bernama Joano. Energi positif anak itu mampu memulihkan Helen dari masa-masa sulitnya. Hingga suatu hari Joano tidak pernah lagi datang ke taman dan mengajaknya berbincang-bincang. Setelah Helen mencari tahu dengan mendatangi panti asuhan tempat Joano dibesarkan, Halen baru mengetahui kalau anak itu ternyata sudah diadopsi oleh sepasang suami istri dari Bandung.

Saat itu Helen ikut senang karena Joano bisa menemukan orang tua baru, tapi di sisi lain dia juga bersedih karena tidak akan bisa bertemu dengan anak itu lagi sampai keajaiban itu tiba.

Kepergian Helen ke Bandung untuk keperluan pekerjaan sebenarnya tidak ada dalam agendanya, hingga ada masalah kecil di pekerjaan yang mengharuskan dia pergi ke Bandung. Setelah masalah pekerjaan itu selesai, Helen berniat untuk bersantai sebentar sambil menikmati segelas kopi, tapi peristiwa tak mengenakkan tiba-tiba terjadi di depan matanya. Melalui jendela kaca yang tembus pandang di kafe tempat Helen menikmati kopi, dia melihat seorang pria paruh baya mengejar seorang anak kecil kemudian memukulnya beberapa kali. Melihat kejadian itu, Helen pun segera keluar dari kafe dan menolong anak itu.

Namun siapa sangka kalau kejadian dramatis itu justru mempertemukan Helen dengan Joano, meski dalam situasi yang tidak mengenakkan.

Sesuatu tidak akan terjadi tanpa sebuah alasan, Helen sekarang paham apa maksud kalimat itu meski sedikit terlambat. Jika tidak ada masalah di pekerjaannya, Helen mungkin tidak akan pergi ke Bandung hari ini. Itu artinya dia tidak akan bisa menyelamatkan Joano. Tapi Tuhan punya rencana lain, kepergian Helen ke Bandung bukan tanpa alasan yang lebih berarti dari pada menyelamatkan anak itu dari kemalangan.

...***...

"Iya, Pak. Maaf. Kami akan melunasinya sesegera mungkin. Iya, sekali lagi saya minta maaf. Baik, baik. Terima kasih." Begitu menutup teleponnya, Marisa langsung menaruh ponselnya ke dalam tas. Dia mengacak-acak rambutnya frustrasi karena baru saja mendapatkan telepon dari salah satu atasannya di kantor untuk segera membayar hutang.

Marisa menghela napas kasar. Dengan rambutnya yang masih berantakan, dia menoleh ke arah Satria yang sedang duduk di kursi pengemudi dengan tatapan tajam. "Kalau saat itu kamu berhasil naik pangkat keadaan kita nggak akan seperti ini, Mas!”

Satria mendengus. "Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Memang ini belum jalannya."

"Kamu mungkin nggak bisa fokus kerja karena kamu sibuk selingkuh." Simpul Marisa.

"Stop nuduh aku selingkuh, Mar! Aku udah muak kamu nuduh orang tanpa dasar begitu."

Marisa mulai tersulut amarah mendengar perkataan suaminya. "Tanpa dasar? Wanita itu telepon kamu tengah malam bahkan di pagi buta, itu kamu bilang tanpa dasar?"

"Apa aku harus menjelaskannya lagi? Aku harus mengatakan berapa kali supaya kamu percaya sama aku?!"

"Sampai kamu bisa membuktikan kalau kamu nggak selingkuh."

"Kamu bahkan nuduh aku tanpa bukti dan aku harus memberi bukti kalau aku nggak selingkuh? Omong kosong." Nada bicara Satria mulai terdengar dingin.

"Kenapa kamu keberatan, Mas, Kalau emang nggak selingkuh?”

"Cukup!" Satria berteriak pada akhirnya. "Sudah berapa kali aku bilang? Aku nggak selingkuh!"

Luna yang sadari tadi hanya meringkuk di kursi penumpang tiba-tiba berteriak sambil menangis tersedu-sedu. Dia sepertinya sudah mulai lelah melihat kedua orang tuanya bertengkar.

"Sudah Mama bilang kamu jangan nakal kalau kita pergi ke Bandung. Kita sudah perjalanan pulang ke rumah, kamu bisa nggak jangan rewel sebentar?”

Luna tak mengindahkan perkataan Marisa, dia masih terus menangis seraya memeluk kucingnya.

"Luna, please! jangan bikin Mama tambah sakit kepala lagi." Marisa mengeluh sembari memegang pelipisnya.

"Berhentiin mobilnya. Berhentiin mobilnya." Luna merengek tiba-tiba saat mobil yang ditumpanginya melewati kafe tempat dia biasanya membeli es krim, juga tempat tinggal teman barunya bernama Joano.

Awalnya Satria tidak menghiraukan permintaan Luna, tapi begitu melihat gadis kecil itu menangis semakin histeris, Satria akhirnya menuruti kemauan anaknya.

"Luna, kamu jangan aneh-aneh, deh. Ini kita mau pulang." Marisa terlihat semakin kesal.

Bukannya mendengarkan perkataan ibunya, Luna justru keluar dari mobil dan berlari ke arah kafe itu. Tidak seperti biasanya, kali ini kafe tidak beroperasi. Semua tertutup rapat.

Luna mengingat kejadian kemarin, kejadian yang membuat temannya, Joano, dipukuli oleh seorang laki-laki paruh baya hanya karena bermain bersamanya. Luna merasa bersalah, pikiran buruk menghantuinya. Jika saja dia tidak mengajak Joano bermain, mungkin saja kejadian kemarin tidak akan pernah terjadi. Joano tidak akan dipukuli dan kafe ini tidak akan ditutup. Semua di luar kendalinya.

Marisa turun dari mobil kemudian menghampiri gadis kecil itu. "Luna, kafenya tutup. Makan es krimnya lain kali saja, ya.”

Bukannya menjawab, Luna justru menangis semakin histeris.

Marisa menghela napas kasar. Wanita itu kemudian menggendong Luna dan membawanya kembali ke mobil.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!