NovelToon NovelToon
AKU MENYERAH

AKU MENYERAH

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / CEO / Playboy / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rahma AR

Renata menatap dingin dua sejoli yang berdansa mesra di depannya sambil meneguk minuman dinginnya.

Joandra, tunangannya seakan ngga mempedulikannya dan terus saja berdansa dengan Saraswati, model di perussahaan mereka.

Renata dan Joandra dijodohkan kedua orang tua mereka demi perjanjian bisnis keluarga. Tepatnya orang tua Renata berhutang cukup besar pada keluarga Joandra.

Tapi jauh sebelum itu Renata dan Joandra sudah saling mengenal. Joandra bahkan sempat menyatakan sukanya pada Renata lewat teman dekat Renata. Tapi karena sesuatu hal, Renata teepaksa menolak.

Tapi takdir mempermainkan mereka. Mereka kembali disatukan lewat perjodohan bisnis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diikat dengan Kuat

"Kemana sekertarisnya Joandra, Bu Inggrid?" tanya Silvia heran ketika mendapati meja Renata masih kosong sejak dia datang tadi.

"Ngga tau, nona. Dari tuan muda ngamuk ngamuk, Renata udah ngga ada di tempat," lapor Bu Inggrid sedikit kesal.

Harusnya Renata tau apa yang sudah terjadi dan mengatasinya dengan cepat. Bukan membuatnya malah mendapat kemarahan dari putra bos besarnya. Bu Inggrid terus mengomel dalam hati.

Tapi dia bersyukur karena calon istri Joandra sudah datang dan bisa meredamkan kemarahan Joandra.

Bu Inggrid mengenal Silvia enam bulan yang lalu. Nyonya besarnya sendiri yang membawanya ke kantor. Beliau langsung mengatakan padanya kalo Silvia adalah calon potensial menantunya. Harap dilayani dengan baik.

Karena itulah Bu Inggrid lebih memprioritaskan Silvia dari pada perempuan perempuan cantik dan seksi lainnya yang selalu berganti ganti menemani tuan mudanya.

"Ini kotak obatnya, nona," kata seorang office boy laki laki yang umurnya sekitar belasan tahun sambil menyerahkan kotak obat itu padanya.

"Terima kasih," sahut Silvia sambil menerima uluran kotak obat dari ob itu.

"Sama sama, nona," jawab obnya sangat sopan.

"Bu, saya akan membawanya ke dalam."

Kini Silvia mengalihkan perhatiannya pada Bu Inggrid lagi.

"Terima kasih banyak, ya, nona Silvia."

"Sama sama, bu," balas Silvia sambil menutup pintu ruangan Joandra.

Bu Inggrid menghela nafas lega. Berkali kali dia bersyukur karena kedatangan Silvia yang tepat waktu.

"Kamu tau di mana nona Renata, si sekertaris?" tanyanya kesal.

"Ngga tau bu," dustanya. Tadi dia melihat punggung Renata yang berguncang seperti menahan tangis saat dia akan memasuki pantry. Karena itu dia berbalik oergi membiarkan sekertaris bosnya itu menumpahkan tangisnya sendirian. Bahkan dia menaruh tanda kaki tiga kalo lantai licin barusan dipel di depan pintu pantry agar ngga ada yang masuk.

Sebenarnya ada yang terjadi?

Ob itu pun keheranan melihat keadaan bosnya yang juga sepertinya nampak kacau di ruangannya.

Apa bos setelah memarahi nona Renata jadi menyesal? batinnya menebak.

Sepertinya begitu, putusnya setelah menarik kesimpulan sendiri.

Walaupun ngga meihat secara langsung, tapi kepanikan Bu Inggrid dan nona muda ini sudah memberikannya jawaban atas tanda tanya besar yang ada di pikirannya.

Apalagi dia juga mendengar suara bantingan pintu yang sangat keras.

Bosnya kah yang melakukannya? hatinya sibuk menduga duga.

Ngga mungkin nona Renata berani melakukannya, sangkalnya dalam hati.

Setelah hanya tinggal berdua saja dengan ob muda ini, Bu Inggrid menatapnya tajam sampai sang ob salah tingkah.

"Rahasiakan ini jika kamu masih ingin bekerja di sini," ucap Bu Inggrid setengah mengancam.

Dia ngga mau ada rumor yang bisa dengan mudahnya menjadi konsumsi publik. Apalagi sampai nyonya besarnya yang perfeksionis itu mendengar. Dirinya akan mendapatkan kesan buruk setelah pengabdiannya yang bertahun tahun tanpa cela.

DEG

Jantung ob itu berdegup keras. Dia tau apa yang seharusnya dia lakukan jika ingin tetap bertahan kerja di perusahaan ini.

"I i iya bu," jawabnya sangat gugup.

Tanpa menanggapi, Bu Inggrid bergegas pergi meninggalkan ob yang masih berdiri termangu.

*

*

*

"Kamu kenapa sampai luka begini?" tanya Silvia lembut sambil membersihkan luka di jari jari Joandra dengan kapas yang sudah dibaluri alkohol.

Joandra ngga menyahut. Dia hanya diam saja. Membiarkan Silvia mengobatinya. Pikirannya masih menyalahkan sikap dan mulutnya yang out of control terhadap Renata.

Dengan telaten gadis cantik itu mengoleskan obat merah di lukanya satu persatu. Dia tau Joandra mengijinkannya. Karena jika tidak, laki laki ini sudah dari tadi akan menepiskan tangannya dan mengusir keberadaannya dari sisinya.

Silvai merasa bahagia akhirnya Joandra yang kaku dan sangat mandiri membutuhkan pertolongannya juga.

"Sakit, ya?" tanya Silvia lembut karena melihat ringisan sesaat di wajah Joandra waktu kapas yang dibasahi alkohol itu menekan nekan luka di pangkal jarinya.

"Hemm."

"Kamu kenapa sampai luka begini, sih. Sekertaris kamu ngilang kemana. Ngga ada di mejanya. Bu Inggrid sampai kebingungan nyari dia."

Joandra masih diam.

Dia pergi kemana? batin Joandra bertanya.

Apa dia akan mengundurkan diri?

Senyum sinis menyeruak sedikit di bibirnya tanpa setahu Silvia yang sedang berkonsentrasi mengobati luka di pangkal jari jarinya.

Masih ada waktu perpanjangan tempo enam bulan peetunangan mereka. Itu pun kalo keluarga Renata berhasil membayar semua hutang hutang. Dan itu pasti ngga akan mungkin terjadi.

Tanpa setau siapa pun, Joandra meminta orang kepercayaannya untuk menghambat pihak pihak yang akan membeli perkebunan perkebunan keluarga Renata.

Dia ngga akan membiarkan Renata semudah itu untuk pergi darinya. Gadis itu harus membayar empat tahun yang telah menyakiti harga dirinya sampai lunas. Kalo perlu ditambah dengan bunganya.

*

*

*

Renata kini duduk di meja pantry setelah keadaannya mulai tenang.

Tapi dia tau, ngga mungkin akan kembali bekerja dalam keadaan mata bengkak seperti ini.

Satu panggilan telpon masuk yang ternyata dari mamanya membuatnya meraih ponselnya.

Ups, mamanya memintanya video call.

Renata langsung panik. Mamanya ngga boleh keadaannya saat ini.

Dia segera mereject panggilan itu, dan mulai mengetikkan pesan.

Maaf ma. Lagi meeting.

Untunglah mamanya ngga menelpon lagi.

Syukurlah, mama percaya, batinnya lega.

Satu balasan pesan dari mamanya membuat Renata berucap syukur kembali ngga terkira dalam hatinya. Dalam kesedihannya ternyata ada kabar yang membahagiakan hatinya.

Papa kamu udah pulang sama Shiren. Sekarang di rumah. Kamu cepat pulang, ya.

Senyumnya langsung terkembang di wajahnya. Ada perasaan bahagia menyusup dalam relung hatinya.

Kabar ini sedikit banyak mengobati perasaan terlukanya yang amat sangat parah.

Kata kata Joandra sudah menjatuhkan harga dirinya sampai ke dasar hatinya yang terdalam.

Syukurlah ma.

Balasnya lagi. Renata memejamkan mata.

Terima kasih Tuhan. Terima kasih untuk segalanya, batinnya mulai merasakan sedikit kelegaan.

Adiknya sudah mulai sembuh. Setidaknya mereka akan lebih berusaha agar adiknya bisa sehat kembali seperti dulu.

"Teh, nona," ucap seorang ob muda sambil meletakkan segelas teh di depannya.

Renata agak terkejut dan menatap ob itu dengan rikuh. Pasti ob ini menyadari kalo dia habis menangis dengan hebatnya. Matanya saja sangat bengkak.

"Terima kasih," ucapnya pelan.

"Sama sama, nona."

Kemudian ob itu berbalik pergi, meninggalkannya lagi sendiri di pantry.

Setelah meneguk teh pamas itu perlahan hingga habis, Renata membawa cangkir kotor itu ke wastafel dan mencucinya.

Kembali dia membasuh wajahnya dengan air kran di wastafel.

Kemudian menatap wajah kusutnya di cermin kecil.yang ada di situ.

Hidungnya masih memerah, matanya terlihat menyipit. Dandanannya terlihat berantakan.

Renata melupakan bedak dan lipstiknya yang berada dalam tas yang ada di atas mejanya.

Dia ngga bisa bekerja hari ini. Mungkin selamanya. Dja mau pulang. Terserah mau di pecat. Dia malah menginginkannya.

Renata berjalan pelan ke arah mejanya. Matanya melirik ruangan bosnya yang masih tertutup rapat.

Setelah mengambil kaca mata hitam dalam tasnya, dia pun berjalan pergi.

"Renata, kamu mau kemana?" suara Bu Inggris menyapanya dengan penuh tekanan.

"Saya mau resign bu," jawab Renata langsung.

"Haah? Kamu jangan bercanda," seru Bu Inggris kaget campur kesal.

Beliau bosan harus mengajari dan mengawasi setiap ada sekertaris baru yang akan menggantikan sekertaris lamanya.

Renata ngga menjawab. Masih berdiri mematung.

Bu Inggrid baru tersadar melihat wajahnya yang kusut. Dia melihat tajam pada kaca mata hitan uang dipake Renata.

"Bos memarahi kamu?"

Renata ngga mrnjawab. Masih diam menunggu kelanjutan omongan Bu Inggrid.

"Bos juga kelihatan kacau," gumamnya pelan.

Renata mendengarnya, tapi bersikap seolah ngga peduli.

"Kamu bisa tenangkan diri kamu di ruangan saya. Dua jam lagi kamu harus menemani Pak Joandra meeting."

"Maaf bu, saya beneran mau resign," jawab Renata bersikukuh dengan pendiriannya.

"Kamu ngga bisa resign sembarangan, Renata. Kamu telah menandatangani kontrak. Apa kamu mau membayar uang pinalty yang besarnya setara dengan gaji kamu selama setahun bekerja?" tanya Bu Inggrid dengan nada mengancam.

Renata kembali dibuat ngga berkutik. Dia mati langkah.

Kenapa Renata merasa Kak Joandra mengikatnya dengan kuat di sisinya tapi hanya untuk menyakitinya....

Bu Inggrid menatap Renata dengan tajam dan penuh selidik karena melihat reaksi gadis itu yang terlihat shock mendengar kata katanya.

Tapi bukan shock karena harus membayar pinalty. Tapi gadis iti sepertinya tertekan untuk hal yang lain.

Sebenarnya drama apa yang dimainkan bos besarnya, anak bosnya dan Renata? Mereka seperti mempunyai ikatan yang kuat.

1
Nanik Lestyawati
keren
Simba Berry
sayang sekali dicerita ini tdk diceritan sudah berapa tahun berlalu.tahu2 sudah renata sudah befubah aja wajahnya.bingung kita bacanya.
Siti Suhaenah
Luar biasa
Anita Choirun Nisa
good
Uba Muhammad Al-varo
Renata punya sahabat penghianat begitu juga papa joandra penghianat,hadeuh ........
Uba Muhammad Al-varo
kasian kamu Renata karena kesalah pahaman membuat kamu dibenci oleh joandra,begitu pun mamanya joandra karena kamu miskin.
Uba Muhammad Al-varo
huh joandra lain dimulut lain dihati
bunda DF 💞
bagus bgt ceritanyaa,, lanjut aku baca cerita yg lainnya yaaa
RithaMartinE
luar biasa
Lenni Namora
😘
sansan
mampir kesini sambil nunggu novel nya kaysar sama gista up lagi... udah maraton pokok nya ini.. dr nathan sama zoya .. early sama edna.. fazza vanda... skrg lanjut kesini dulu ..
💗vanilla💗🎶
yg bikin suka itu ceritanya gak panjang2 , tp gak pendek jg , pas lah .. ada plot twist nya jg , semangat berkarya trs thor
💗vanilla💗🎶
cerita susan sm bisma lucuk jg , gak ada lapaknya ni
Rahma AR: blm ada ....
total 1 replies
like
Kecewa
like
Buruk
💗vanilla💗🎶
pengertian sekali ob nya
💗vanilla💗🎶
lho bukannya udh kenal ya , wkt kena bola basket itu
💗vanilla💗🎶
brarti si diana nih biang kerok nya .. np jg msh pake kurir2 , gak komunikasi lsg hp ada 😁
💗vanilla💗🎶
br mampir di sini thor /Smile/
Lailatul Ella
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!