NovelToon NovelToon
Inspace

Inspace

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: camey smith

Dalam keheningan hidup yang terasa hampa, Thomas menemukan pelariannya dalam pekerjaan. Setiap hari menjadi serangkaian tugas yang harus diselesaikan, sebuah upaya untuk mengisi kekosongan yang menganga dalam dirinya. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Tanpa peringatan, ia dihadapkan pada sebuah perubahan yang tak terduga: pernikahan dengan Cecilia, seorang wanita misterius yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon camey smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Intervention

Sinar matahari menyelinap masuk menandakan awal hari baru, Thomas terbangun dengan sebuah ide cemerlang di benaknya. Cecilia masih terlelap di sampingnya, napasnya teratur dan damai. Dengan hati-hati, agar tidak membangunkannya, Thomas bangkit dari sofa dan mulai menyiapkan kejutan yang akan membuat mereka melanjutkan pertukaran cerita yang belum usai tadi malam—pikirnya.

Detik pertama ia pergi ke balkon untuk menyambut pagi sembari memikirkan kejutan apa yang paling tepat untuk Cecilia—mengingat bahwa Thomas bukanlah pria yang mahir dalam menyenangkan hati wanita. Thomas yang gila kerja sudah pasti bukanlah tipe pria yang romantis.

Thomas melangkah keluar menuju balkon, ia menyandarkan tangan di railing, membiarkan pikirannya terbuka untuk ide-ide yang mungkin datang bersama angin pagi.

Di sana, di antara semilir angin dan deburan ombak yang saling bersahutan Thomas merenung. Ia ingin menciptakan sesuatu yang spesial, sesuatu yang mungkin membuat Cecilia terpesona—mungkin lebih tepatnya agar mereka semakin akrab—untuk memudahkan dirinya melakukan hal-hal yang seharusnya terjadi sebagai suami istri. Ia menatap langit yang luas, mencari tanda atau simbol yang bisa menjadi petunjuk.

Matahari yang mulai terbit menyinari wajahnya dengan hangat dan sebuah ide terlintas. "Matahari terbit," gumamnya. "Simbol harapan dan awal yang baru." Thomas membayangkan sebuah pagi yang sempurna di balkon ini, dengan meja kecil yang diatur cantik, sarapan lezat, dan bunga-bunga segar yang menjadi saksi bisu dari kejutan yang akan ia berikan kepada Cecilia.

Dengan ide yang kini terpatri di benaknya, Thomas bergegas kembali ke dalam, untuk mengambil ponselnya dengan hati-hati. Berusaha bergerak sesunyi mungkin—tidak ingin membangunkan putri tidur yang masih terlelap.

Thomas segera kembali ke balkon dan menelpon pihak resort agar membantunya menghias balkon dengan bunga-bunga segar, menentukan beberapa pilihan menu sarapan yang tidak hanya lezat tetapi juga sempurna untuk dinikmati di suasana pagi yang indah ini.

Semua ini ia lakukan dengan senyuman, membayangkan ekspresi keheranan yang akan terpancar dari wajah Cecilia.

Ketika Cecilia akhirnya terbangun, aroma kopi yang baru diseduh dan suara musik yang menenangkan menyambutnya. Cecilia masih dalam keadaan setengah sadar, merasa seperti berada dalam mimpi. Ia membuka matanya dan menemukan Thomas berdiri dihadapannya.

“Good Morning, sayang.” Thomas memberikan senyum misterius kepada Cecilia yang baru terbangun. "Aku punya kejutan untukmu, tapi kau harus menyelesaikan teka-teki ini dulu," katanya sambil memberikan secarik kertas kepada Cecilia.

Cecilia merasakan perubahan atmosfer yang nyata mendapati Thomas dengan sikapnya yang tidak biasa. Cecilia masih yang masih merasakan kantuk, menerima kertas itu dan mulai membaca teka-teki yang tertulis.

Follow Me—bunyi tulisan pada kertas kosong berwarna putih itu. Tidak ada apapun lagi, hanya itu. Cecilia diam-diam memaki dalam hati, padahal Thomas bisa saja mengucapkan itu tanpa harus menyebutnya sebagai teka-teki, kata follow me itu lebih baik dibandingkan Good Morning sayang yang terkesan awkard.

Cecilia mengernyitkan dahi, berpikir keras. "Lalu apa Thomas?" tanyanya dengan ragu. Thomas memberikan intruksi untuk mengikutinya sementara dia masih saja berdiri dengan senyuman yang terasa aneh bagi Cecilia.

“Eh, ayok.” Ajaknya sembari berbalik badan. Berharap Cecilia menjalankan teka-teki yang amat rumit yang telah dia susun secara dadakan. Ia menunjuk ke arah balkon yang sudah dihias dengan rapi.

Cecilia berjalan mengikuti Thomas, penasaran dengan apa yang menanti. Dengan teka-teki yang akhirnya terpecahkan, Cecilia melangkah keluar ke balkon, ia terkejut melihat sebuah pemandangan yang tidak biasa. Di sana, di pinggir balkon, tersusun meja sarapan yang indah, lengkap dengan bunga dan lilin-lilin kecil.

"Thomas, ini apa?" tanya Cecilia dengan nada tak percaya, menatap suaminya yang berdiri dengan senyum lebar.

"Oh, itu? Hanya eksperimen baru. Aku baca di majalah bahwa wanita suka sarapan romantis di balkon," jawab Thomas dengan nada serius, tapi matanya berkedip-kedip menahan tawa.

Cecilia tertawa, "Sejak kapan kamu membaca majalah wanita? Dan sejak kapan kamu menjadi ahli romantis?"

Thomas menggaruk kepala, "Yah, aku pikir mungkin aku bisa mencoba sesuatu yang baru.“

"Tapi terima kasih, makanannya tampak lezat." Sarapan di balkon yang disiapkan Thomas mungkin tidak sempurna, tapi mereka berdua akhirnya menikmati momen kecil yang tak terduga ini.

Tak lama kemudian, ketukan ringan terdengar di pintu. Cecilia yang tengah asyik dengan sarapan paginya, bergegas dengan langkah ringan menuju pintu. Dengan seulas senyum, ia membuka pintu dan mendapati Helena dan Fabio berdiri dengan gaya konyol mereka yang khas.

"Wah, sepertinya ada yang baru saja terbangun dari mimpi indah bersama sang pangeran," Helena tersenyum sambil melirik ke arah Cecilia yang masih menggunakan setelan tidur dengan rambut acak-acakan.

"Kalian ini, mengganggu sarapan romantis kami," Thomas menyahut dari balkon.

"Eh, jangan salah, kami datang bukan untuk mengganggu, tapi untuk memastikan kalian berdua tidak lupa caranya tertawa. Lagipula, siapa yang bisa menolak aroma kopi yang menggoda ini?" Cecilia kemudian mengajak Fabio dan juga Helena untuk bergabung.

Helena menatap Fabio dengan mata berbinar, bibirnya mengerucut menahan rasa iri yang mulai menggebu. "Fabio, lihatlah mereka," keluhnya sambil menunjuk ke arah meja sarapan yang katanya disiapkan oleh Thomas. "Kenapa kamu tidak pernah romantis seperti Thomas? Dia bahkan menyiapkan sarapan untuk Cecilia!"

Fabio yang sedang asyik mengunyah roti, menoleh dengan ekspresi tak bersalah. "Tapi Helena, aku kan pernah memberimu kopi pagi itu," jawabnya dengan polos.

Helena menghela napas, "Itu karena kamu salah beli dan tidak mau minum kopi pahit itu sendiri!"

Fabio tertawa kecil, "Yah, setidaknya itu membuatmu terjaga sepanjang hari, kan? Itu juga bentuk perhatian, lho."

Helena tidak bisa menahan tawa mendengar logika Fabio yang konyol. "Aku ingin romantis, bukan kafein tinggi yang membuatku insomnia, Fabio!"

Fabio mengedipkan satu mata, "Baiklah, lain kali aku akan memberimu sesuatu yang lebih romantis... seperti sarapan dengan sereal hati yang bisa membuat jantung kita berdetak seirama."

Thomas menatap meja sarapan yang telah berubah fungsi menjadi stasiun keramaian pagi. "Aku pikir hari ini akan menjadi sarapan romantis berdua, tapi ternyata menjadi pesta pora." Sindirnya.

Helena dengan senyum nakal menimpali, "Oh, Thomas, jangan berpura-pura. Kita tahu kamu senang kami di sini. Siapa lagi yang akan memuji keterampilan mu menyiapkan kejutan?"

Fabio yang sudah mulai menyantap sarapan, menambahkan, "Benar sekali! Lagipula, siapa yang bisa menolak undangan tidak resmi ini?"

“Kalian berdua selalu saja muncul di saat yang tidak tepat,” ujar Thomas sambil mengibaskan tangan.

“Cecilia, bagaimana kalau kita pergi piknik? Ada bukit yang indah tidak jauh dari sini!” Helena malah semakin mengintervensi rencana yang sudah di rancang Thomas secara dadakan.

Fabio yang selalu siap untuk petualangan segera menimpali, “Iya! Ada bukit dengan pemandangan yang sempurna untuk selfie.”

“Kami sedang menikmati sarapan romantis, kalian sudah merencanakan penculikan.” Thomas menatap Helena dan Fabio dengan pandangan setengah serius.

Helena tertawa ringan, “Oh, Thomas, jangan dramatis. Ini bukan penculikan, ini penyelamatan—dari sarapan romantis yang terlalu klise.”

“Tidak ada tapi-tapian! Piknik itu lebih dari sarapan romantis dengan tambahan vitamin D gratis dari matahari! dengan bonus pemandangan alam.” Tambahnya.

Cecilia yang terhibur dengan pertukaran kata-kata mereka mencoba menengahi. “Baiklah, baiklah, mungkin piknik bukan ide yang buruk. Lagipula, aku penasaran dengan bukit yang kalian bicarakan itu. Kau tidak keberatan kan Thomas?”

“Ya sudah, jika itu yang kalian inginkan. Tapi ingat, aku yang memilih tempat duduk di bukit nanti!” Thomas menghela napas tanda menyerah. “Dan jika ada semut yang merusak momen romantis kita, aku akan menyalahkan kalian berdua.”

Thomas akhirnya menyerah meskipun merasa kesalnamun tidak berdaya dengan rencana sarapan romantis yang tiba-tiba berubah menjadi ajang kumpul-kumpul. Ia berusaha menepati janjinya yang akan mengabulkan apapun yang Cecilia inginkan.

1
Leo6urlss
Camila bener bener lu yeeee 🤣🤣
Leo6urlss
Wkwk andai menikah semudah itu pasti gw udh punya anak 5
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!