Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25 Bagaikan burung dalam sangkar
Zahra mendelik saat melihat kertas hasil pemeriksaan miliknya yang ikut jatuh ke lantai. Dia segera meraih kertas tersebut tetapi naas Evan sudah melihatnya terlebih dahulu dan pria itu sangat penasaran.
"Tunggu!" perintah Evan dengan cepat berjongkok di depan Zahra, pria itu memungut kertas yang berhasil membuatnya penasaran.
Evan membaca hasil pemeriksaan kandungan milik Zahra, mulutnya seperti sulit untuk berbicara. Bagaimana mungkin, dua wanita yang saat ini ada dihadapannya sama-sama sedang hamil buah hatinya.
Evan menatap Zahra yang hanya menundukkan kepalanya. "Milik siapa ini?" tanyanya bernada dingin.
"I-itu—"
"Milik siapa!" bentak Evan, matanya memerah saat menatap Zahra.
"Itu milikku, Mas." jawab Zahra jujur, sudah kepalang basah jadi lebih baik nyebur sekalian.
Evan tersenyum miring. "Kau merahasiakan hal sebesar ini dariku? Oh, atau jangan-jangan, dia bukan darah dagingku?"
Plak!
Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Evan, ucapan pria itu keterlaluan hingga membuat Zahra murka. Wanita itu menatap suaminya dengan tajam, napasnya tidak beraturan menandakan dia sedang marah besar.
"Setega itu kau menuduhku, Mas? Aku bukan dia—" Zahra menunjuk Anna yang masih tidak tahu akar permasalahan. "Aku bukan wanita murahan yang mau tidur dengan siapa saja! Jadi jaga ucapanmu itu." lanjutnya sambil meraih kasar kertas yang ada ditangan Evan, dia pun berdiri dan hendak pergi dari kamar.
"Zahra tunggu! Kau belum menjawab pertanyaanku!" teriak Evan mengikuti langkah istrinya yang sudah berada di luar kamar.
Evan berhasil mencekal lengan Zahra, mau tidak mau wanita itu menghentikan langkahnya. Mata mereka saling tatap sebelum Zahra menjawab pertanyaan dari Evan.
"Aku sedang hamil dan ini adalah darah dagingmu, Mas! Sejujurnya aku datang untuk menyampaikan hal bahagia ini karena aku baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan keadaanku. Tapi apa yang ku dapatkan?" Zahra melirik Anna sejenak. "Aku malah mendapatkan kebenaran tentang perselingkuhan suamiku dan adik tiriku." tuturnya lemah.
Evan merasa bersalah, dia tidak tahu harus mengambil keputusan apa. Tidak mungkin dirinya menceraikan Zahra sementara di dalam perut wanita itu ada benihnya begitu pula dengan Anna.
"Aku sudah mengambil keputusan." ujar Evan membuat Zahra dan Anna menatap bersamaan ke arah pria itu. "Aku tidak akan menceraikanmu, Zahra." sambungnya dengan enteng.
"Apa!" Anna seakan tidak terima, gadis itu berjalan mendekat.
"Enggak, Mas! Bagaimana mungkin kau mempertahankan pernikahanmu dengan Kak Zahra, lalu aku?"
"Kita akan menikah sirih." sahut Evan yakin.
"Nikah sirih? Mas, kau—"
"Lebih baik nikah sirih atau tidak sama sekali?" tanya Evan dan keputusannya tidak bisa di ganggu gugat.
Anna mencebikkan bibirnya, dia menatap Zahra dengan tajam seperti ingin menguliti. Dendamnya pada Zahra seakan makin bertambah setelah kejadian ini.
'Awas saja kau, Zahra!' batin Anna marah.
"Aku tidak setuju, Mas!" bantah Zahra yang tak Sudi dimadu.
"Aku tidak meminta pendapatmu, Zahra! Aku juga tidak menerima penolakan, intinya kau harus tetap bersamaku karena kau telah mengandung buah hatiku."
Zahra memicing tajam. "Kau egois, Mas."
"Terserah! Besok aku akan mengatur pernikahanku dan Anna, kau tidak boleh melakukan hal bodoh dalam bentuk apa pun itu."
Zahra menggeleng. Dia hendak pergi tetapi lagi-lagi Evan mencekalnya.
"Kau tidak akan bisa pergi dariku, Zahra." ujar Evan tegas.
"Lepaskan tanganku, Mas! Lihat saja, aku pasti akan keluar dari rumah ini. Terserah kau mengizinkan atau tidak, intinya aku tidak Sudi untuk dimadu!" titah Zahra memberontak.
Evan menggendong tubuh Zahra menuju kamar mereka.
"Lepaskan aku! Mas Evan, kau sudah gila!" teriak Zahra jijik.
Setelah memasukkan Zahra ke dalam kamar, Evan mengunci pintu. Pria itu menghubungi seseorang dan tak lama kemudian datanglah dua orang berbadan besar ke hadapan Evan.
"Apa ada tugas untuk kami, Tuan?"
"Kalian harus menjaga istriku! Jangan lalai dan jangan biarkan dia pergi dari rumah ini. Jika kerja kalian tidak becus, maka aku akan membuat perhitungan pada kalian. Paham?" mata elang Evan menatap tajam ke arah dua bodyguardnya.
"Siap, Tuan!" jawab bodyguard itu tegas.
Anna yang melihat sikap posesif Evan pada Zahra tentu saja tidak suka. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dia pasti akan membuat janin yang ada di dalam kandungan Zahra tidak bisa lahir ke dunia ini.
Evan mengabaikan Anna, pria itu langsung turun ke lantai bawah karena dia juga memerintahkan pada beberapa bodyguard untuk berjaga diluar. Semua itu dia lakukan agar Zahra tidak bisa kabur dari rumah.
Di dalam kamar, Zahra terus saja menggedor pintu sampai dia kelelahan.
"Mas, buka pintunya, Mas! Kenapa kau mengurungku? Aku ini bukan tahanan, Mas! Mas Evan!" Zahra berhenti berteriak karena sepertinya akan sia-sia.
Tubuhnya luruh ke lantai, dia menangis di dalam sana.
"Ma, Zahra kangen sama Mama. Zahra pengen keluar dari rumah ini," isaknya lalu kemudian bangkit dari lantai dan berjalan pelan ke arah ranjang.
Zahra menatap pintu balkon, dia memiliki ide. Jika Evan tidak mau membiarkannya pergi, maka dia akan pergi dengan sendirinya.
"Aku harus kabur! Iya, ini jalan satu-satunya supaya aku bisa lepas dari poligami yang Mas Evan lakukan." ucap Zahra berjalan ke arah pintu balkon.
Saat dia membuka dan melihat ke bawah, dirinya kaget karena di bawah sana banyak pria berbadan besar sedang berjaga di sekeliling rumah. Zahra yakin semua ini adalah ulah Evan agar dirinya tidak kabur.
"Argh!" Zahra memukul dinding, dia frustasi karena tidak menemukan celah untuk kabur.
Bersambung
ibarat ular walau kau pelihara dng baik ttp saja dia akn matuk pemiliknya.
km sih yg buat anakmu gk selamat, yo wes nikmati saja jd lah pinter rugi sekolah tp ttp bodoh mudah di perdaya musuh.
kcuali zahra pinter ku do'akan gk keguguran wong dia bodoh kok yo bene keguguran ben ngge pelajaran wong wedok berpendidikan jng terlalu bodoh 😁😂