Elang Dan Eliza

Saat itu Elang tengah duduk di samping kolam renang sembari memegang gelas berisi minuman bersoda. Entah kenapa ia merasa kesal dengan ucapan Eliza tadi. ia di kelilingi banyak gadis cantik yang menggodanya, namun ia sama sekali tidak tertarik.

Ekor matanya menangkap bayangan sosok yang sedang berkeliaran di pikirannya. Ia menatap dengan tatapan sinis dan tidak sukanya. Saat itu Eliza tengah berjalan bersama seorang pria tampan tinggi, panggil saja Bintang.

Mereka terlihat begitu akrab bahkan terlihat sekali jika Eliza begitu senang. Mereka saling tertawa dan bercanda ringan sebelum akhirnya adalah seorang gadis yang menghampiri Eliza dan tiba-tiba saja menamparnya dengan keras.

"Ellyn!!!!! Lo apaan sih!!" seru Bintang dengan terkejutnya.

"Lo yang ngapain hah!!!! Gue nungguin Lo di sini, dan Lo malah seneng seneng jalan sama cewe lain? Lo sebenarnya masih sayang nggak sih sama gue?" kata Ellyn.

"Gua ada perlu sama Eliza sebentar. Lagian Lo juga si sibuk sama temen-temen Lo kan." kata Bintang.

Eliza hanya diam sambil memegangi pipinya terasa panas karena tamparan gadis itu benar-benar keras. Ia tidak tahu letak kesalahannya dimana. Hanya saja keduanya masih saling adu mulut dengan Eliza yang ada di tengah-tengah mereka.

Entah karena kesal atau apa, tapi dengan Eliza diam, justru membuat Ellyn bertambah marah dan mendorong Eliza hingga gadis itu terhuyung dan terjatuh di kolam.

Sontak saja hal itu membuat semuanya terkejut. Elang yang terkejut pun langsung berlari dan ikut melompat begitupun Bintang. Eliza yang memang tidak bisa berenang hanya berusaha dengan cara apapun agar tetap di permukaan tapi entah kenapa kakinya seperti ada yang menarik dan ia juga sudah meminum air lumayan banyak.

Bintang berhasil meraih Eliza lebih dulu dan membawanya naik. Sementara Elang juga ikut naik dan menatap Eliza dengan khawatirnya walaupun wajahnya terlihat cuek dan biasa saja.

Eliza terbatuk beberapa kali untuk mengeluarkan air yang barusan ia telan. Ia sudah basah kuyup dan merasa kedinginan karena hari juga sudah malam. Elang mengambil handuk dan menyelimuti Eliza kemudian menggendong Eliza pergi dari sana.

"Minggir sialan!!!" kata Elang dengan menekankan kata-katanya pada Bintang yang menghalanginya.

Eliza mendongak menatap wajah tegas milik Elang yang tengah menatap lurus ke depan tanpa memperdulikan sekitarnya. Emma yang melihat itupun juga ikut berlari menyusul Elang begitupun yang lainnya tak terkecuali Bintang.

Baby juga merasa terkejut dengan kejadian tersebut dan ia dengan sigap membawakan baju ganti untuk Eliza karena gadis itu basah kuyup.

"El, Lo nggak papa?" kata Bintang yang ingin menghampiri Eliza tapi di hentikan oleh Elang.

"Lo ada masalah apa sama dia hah?" kata Elang dengan nada tak bersahabat.

"Gue cuma bicara biasa sama dia nggak lebih. Lo nggak papa kan, gue minta maaf buat yang tadi." kata Bintang yang terus berusaha untuk mendekati Eliza tapi Elang selalu menghalanginya.

"Lo bisa minggir nggak? Gue mau tau keadaan Eliza. Gue khawatir." kata Bintang yang sudah merasa kesal.

"Lo pikir semua ini terjadi karena siapa? pergi Lo!!"

Keduanya pun terjadi perdebatan hingga pada akhirnya Elang yang sudah kehilangan kesabarannya memukul Bintang lebih dulu. Mereka pun saling memukul yang membuat semuanya panik. Teman-teman Elang berusaha memisahkan keduanya dengan begitu keras hingga pada akhirnya Eliza sendiri yang memisahkan mereka.

Gadis itu juga marah kenapa kedua pria itu malah bertengkar di depannya. Ia menatap Elang dengan tatapan kesalnya karena bagaimana pun pria itu yang memulai duluan. akhirnya ia pun pergi dengan meninggalkan handuknya.

"Mereka apaan sih!!! Kesel banget gue." gerutu Eliza dengan kesalnya.

"Ya karena khawatir lah. Lo nggak tau apa pas Lo kecemplung mereka juga langsung loncat nolongin Lo. Lo sebenarnya ngerasa nggak sih El." kata Emma.

"Ahh nggak tau gue. Gue mau pulang." kata Eliza.

"El!! Tunggu bentar." teriak Elang dengan mengejar Eliza.

"Ngapain sih Lo kesini. Nggak puas udah bikin kacau pesta orang, nggak malu Lo!" kata Eliza dengan kesalnya dan berlalu pergi

"Lo mau kemana?" tanya Elang.

"Bukan urusan Lo.'' jawab Eliza.

"Gue anterin Lo pulang." kata Elang

"Ghava!!! Anterin gue pulang ya please." kata Eliza ketika melihat kedatangan Ghava.

Ghava hanya mengangguk saja karena ia juga merasa kasihan pada Eliza yang sudah basah kuyup. Elang menahan tangan Eliza namun gadis itu menepisnya dengan kasar. ia pun masuk mobil Ghava dan berlalu pergi.

Elang hanya menatap kepergian Eliza bersama sahabatnya dengan tatapan datar saja. Sementara Alan dan Laksa menepuk pundaknya seperti memberi sebuah support pada pria itu karena mereka tahu jika sebenarnya Elang memang sudah menyukai Eliza.

"Makasih ya udah nganterin gue sama Emma." kata Eliza.

"Santai aja El. jangan lupa langsung ganti baju nanti Lo bisa sakit." kata Ghava dengan tersenyum

Eliza melihat jika Emma dan Laksa masih berada di samping mobil dan entah ada perdebatan apalagi antara keduanya. terlihat jika Laksa melepaskan kemejanya dan menyelimuti Emma supaya tidak kedinginan. Hal itu juga hanya membuat Ghava hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Udah sih ahhh, lagian cuman segini doang." kata Emma dengan kesalnya.

''Aku nggak mau kamu kena angin malam nanti sakit." kata Laksa dengan raut wajah melemaskan membuat Ghava langsung memukulnya dengan keras.

pria itu pun menyeret paksa Laksa sebelum pria bucin itu akan membuat malu dirinya.

Sementara di lain sisi, ada Elang yang diam-diam mengikuti Eliza sampai rumahnya. Sebenarnya Ghava menyadarinya sedari awal tapi ia tidak memberitahu Eliza maupun Emma dan ia pura-pura tidak mengetahuinya.

Ia ingin agar Elang menyadari perasaannya sendiri karena Elang tipe orang yang sangat keras kepala jika soal perasaannya. Bahkan ketika hatinya saja mengatakan iya tapi mulutnya tetap akan keras kepala mengatakan tidak.

Sebenarnya dulu Elang tidak seperti itu, tapi karena suatu kejadian, pria itu benar-benar menutup hatinya bahkan ia tidak membiarkan siapapun berada di dekatnya. Hanya teman-temannya saja yang tahu soal itu karena Elang tidak pernah menceritakan pada siapapun.

"Napa Lo?" tanya Laksa yang membuat Ghava memberikan isyarat jika Elang mengikutinya

"terus?" tanya Laksa bingung.

"Gue cuma mau kalau tuh anak sadar sama perasaannya sendiri. Gue kasian sama Elang bertahun tahun lamanya masih dengan luka yang sama. gue mau dia bisa buka hati lagi Lak." kata Ghava.

"Maksudnya?? Gue justru khawatir kalau Elang masih belum bisa ngelupain tuh cewe. Yang bakal sakit bulan cuma dia doang, tapi Eliza juga sama." kata Laksa yang membuat Ghava hanya menghela nafasnya saja.

"Seenggaknya dia tahu kalau dunianya bukan hanya di cewe itu. Lo mau kan bantuin gue?" kata Ghava yang membuat Laksa hanya menatap saja dengan tatapan sulit di artikan.