NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:260.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 22.

Setelah meneguk kopi yang dibuatkan Inara hingga tandas, Aksa berjalan memasuki kamar adiknya itu dan memilih berbaring di atas kasur. Aksa bisa mengendus wangi tubuh Inara yang masih menempel di bantal dan permukaan kasur.

Pikiran Aksa tiba-tiba melayang mengingat kebersamaan yang sudah mereka lalui selama tiga bulan lebih ini. Keduanya bisa dikatakan sebagai sepasang suami istri meski tidak pernah melakukan hubungan itu. Tapi di luar itu hubungan keduanya sudah melebihi pasangan suami istri.

Inara menyiapkan segala keperluannya selama ini, Inara memasak untuknya, mencucikan bajunya dan menyetrika nya. Semua pekerjaan rumah Inara sendiri yang melakukannya. Rasanya sedikit canggung ketika harus berpura-pura dingin di hadapan gadis itu.

Lama bergelut dengan pemikirannya sendiri, Aksa akhirnya tertidur sambil memeluk bantal guling yang wanginya mampu menenangkan hati Aksa. Kegundahan hatinya sedikit mereda untuk sejenak tapi tidak tau entah sampai kapan dia mampu bertahan.

Di rumah sakit, keceriaan Inara sedikit luntur setelah kejadian kemarin. Dia masih belum bisa mempercayai ini sepenuhnya, rasanya seperti mimpi saat harus kehilangan pria yang sudah membuatnya nyaman selama beberapa bulan terakhir ini.

Padahal magang Inara sudah hampir selesai, dia sudah berniat untuk pulang membawa Akbar bersamanya. Dia ingin mengenalkan pria itu pada keluarganya.

Namun harapan tinggal harapan dan hanya menyisakan kenakan indah di hatinya. Inara tak bisa membohongi perasaannya, dia sangat merindukan pria itu. Sehari tak melihatnya sudah seperti kehilangan bertahun-tahun lamanya. Apa Inara sanggup melupakannya?

Dalam lamunan yang menghilangkan konsentrasinya itu, dokter Melia datang dan menepuk pundaknya. Inara tersentak, bongkahan bening itu akhirnya tumpah setelah tergenang cukup lama.

"Inara, kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya dokter Melia dengan tatapan penasaran. Matanya menyipit seperti mencari sesuatu yang tersimpan di mata Inara.

Segera Inara menyapu pipinya, menghalau jejak air mata yang jatuh seiring luka yang datang mengiris jantungnya. "Tidak apa-apa Dok, cuma sedikit lelah. Tadi baru menangani pasien, pasiennya agak cerewet jadi-" Kembali air mata Inara menetes hingga menimbulkan kecurigaan di hati dokter Melia.

Dokter Melia duduk di samping Inara dan meletakkan tangannya di paha gadis itu. "Ayo cerita, mungkin saya bisa membantu!"

Inara menggelengkan kepalanya, tidak ada yang bisa dia ceritakan. Namun setelah didesak oleh dokter Melia, Inara terpaksa berbohong dan mengatakan bahwa dia sangat merindukan keluarganya.

Kemudian dokter Melia tersenyum dan mengusap pipi Inara dengan jemarinya, dia tau bagaimana rasanya jauh dari orang tua dan menyendiri di kota kecil itu. Memang tidak mudah tapi Inara harus bertahan kurang lebih satu bulan lagi.

Inara mengangguk lemah, lalu memeluk dokter Melia yang selama ini sudah seperti sosok seorang kakak baginya. Dokter itu memiliki karakter yang keras tapi baik hati. Dia juga sering curhat tentang keluarganya pada dokter itu.

Setelah hatinya merasa tenang, Inara segera mencuci wajahnya dan melanjutkan pekerjaannya.

Sore hari, Inara tidak langsung pulang ke kontrakan. Kebetulan dia diajak jalan oleh teman satu kos nya waktu itu. Mereka bertiga berjalan kaki memasuki pusat kota, nongkrong di taman Jam Gadang yang sore ini terlihat sangat padat menyambut datangnya malam minggu.

Seketika pandangan Inara mengabur, dia teringat pernah beberapa kali nongkrong di tempat yang sama menikmati keindahan malam bersama Akbar sambil memakan kerupuk kuah di pelataran taman itu.

Hatinya kembali terenyuh, dadanya mendadak ngilu mengingat kenangan indah itu. Semua kenangan itu tak bisa hilang dari ingatannya, semakin dilupakan Inara malah semakin tersiksa dibuatnya.

"Kenapa kamu pergi meninggalkan aku? Aku rindu sama kamu, aku belum bisa merelakan semua ini. Kembalilah, aku mohon!" batin Inara sambil mengelus dadanya yang terasa semakin menusuk.

"Ra, kamu kenapa?" tanya Indri yang tak sengaja menangkap kesedihan di wajah Inara.

"Tidak apa-apa, pulang yuk! Aku masih ada pekerjaan di rumah," ajak Inara. Dia sudah tidak kuat lagi menahan diri, lama-lama dia bisa gila memikirkan Akbar yang sekarang entah kemana. Apa pria itu benar-benar pergi ke luar negeri atau malah sengaja mencampakkan dirinya.

Pukul tujuh malam Inara sudah tiba di depan kontrakan, wajahnya terlihat lelah dengan langkah gontai mencapai pintu masuk.

Aksa yang menunggu di teras rumah menatapnya dengan tatapan mengintimidasi, tidak biasanya Inara pulang semalam ini.

"Dari mana saja?" tanya Aksa dingin.

Inara menghentikan langkahnya dan menatap Aksa sekilas lalu melanjutkan langkahnya tanpa menjawab apa-apa. Dia sudah sangat lelah, dia tidak ingin berdebat dengan kakaknya itu.

Setelah memasuki kamar, Inara segera mengunci pintu dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Kembali air matanya mengalir mengingat pria yang sangat dirindukannya itu.

Sementara Aksa sendiri tidak bisa berbuat apa-apa melihat kesedihan di wajah Inara, ingin marah tapi tidak mungkin. Terpaksa dia membiarkan Inara sendiri tanpa harus mengganggunya.

Pukul sembilan malam, Aksa masih duduk di sofa, matanya tak henti menatap pintu kamar Inara yang sedari tadi tertutup rapat. Hening tanpa suara, sepi mencekam raga. Mereka seperti orang asing yang tidak saling mengenal sebelumnya, padahal begitu banyak kenangan yang tercipta diantara keduanya.

"Ceklek!"

Pintu terbuka, Inara berjalan menuju dapur dan menuang air ke dalam gelas. Setelah meneguknya, Inara kembali melangkah menuju pintu kamar.

"Apa kau sudah makan?" Suara bariton itu seketika menahan langkah kaki Inara.

Inara berbalik dan tersenyum sinis seakan mengejek. "Aku tidak lapar," Lalu Inara berbalik lagi dan meraih kenop pintu.

"Tunggu sebentar!" Lagi-lagi Inara terpaksa menghentikan langkahnya dan memutar lehernya. "Kemarilah! Aku ingin bicara," imbuh Aksa.

"Aku lelah, kalau ingin bicara besok saja!" Setelah mengatakan itu, Inara benar-benar masuk ke dalam kamarnya dan segera mengunci pintu.

Aksa yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dan membuangnya dengan kasar. Ingin sekali dia berteriak dan mengatakan bahwa dirinya adalah Akbar. Dia tidak pernah pergi, dia tidak pernah meninggalkan Inara.

Tapi keadaan memaksanya untuk menutupi kenyataan ini dari Inara. Andai saja perjodohan itu tidak ada, Aksa akan membawa Inara ke dalam pelukannya. Dia ingin mengatakan betapa dia sangat mencintai gadis itu dan ingin memilikinya.

Dalam ketidakberdayaan Aksa saat ini, tiba-tiba ponselnya berdering. Kali ini Arhan yang meneleponnya dan menanyakan kabar Inara. Arhan ingin tau bagaimana respon Inara tentang perjodohan itu.

Aksa hanya mengatakan bahwa dirinya belum sempat membahas itu dengan Inara, akhir-akhir ini Inara sibuk dan sudah terlalu pusing dengan pekerjaannya. Maka dari itu Aksa tidak ingin mengganggunya.

Tentu saja Arhan mengerti akan hal itu, bagaimanapun Inara putrinya juga. Posisi Inara dan Avika tidak ada bedanya di hati Arhan. Sebesar apa dia menyayangi Avika, sebesar itu pula rasa sayangnya terhadap Inara.

Arhan hanya ingin yang terbaik untuk putra putrinya, maka dia sendiri tidak bisa menentang keputusan Hendru yang sudah seperti adiknya sendiri. Hendru sudah memilih maka Arhan hanya bisa menyokong, padahal Arhan sendiri punya rencana lain di balik itu.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!