Alea dan Radit baru saja merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, keesokan harinya Radit ditugaskan keluar kota. Siapa sangka kepulangan Radit dari luar kota merubah kebahagiaan Alea menjadi air mata.
Radit meminta Alea untuk membantu membiayai kebutuhan rumah tangga mereka dan juga membantu membiayai hidup ibu Radit yang belum lama ini menjada, dengan alasan usaha yang dia jalani sedang dalam masalah dan Radit hanya mengandalkan gajinya sebagai pegawai negeri.
Alea yang memiliki peghasilan tidak keberatan membantu sang suami. Tanpa Alea tahu, jika sebenarnya Radit telah menduakan Alea dengan Hana, teman satu kantornya.
Radit berubah menjadi suami yang dingin, menimbulkan kecurigaan bagi Alea.
Alea mencari tahu penyebab Radit berubah, Alea akhirnya menemukan fakta jika Radit menduakan cintanya.
Apa yang akan dilakukan Alea setelah tahu Radit berselingkuh?
Yuk ikuti ceritanya di Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku menjadi Kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Menemui Radit
Satu minggu berlalu, satu minggu juga Radit terus mencari Alea. Radit sempat mendatangi kantor Alea setelah dua hari istrinya itu tidak dia temukan kembali ke rumah, tapi Radit tidak bisa menemukan Alea dikantornya. Dia bahkan dikejutkan dengan informasi yang disampaikan resepsionis, jika Alea sudah tidak lagi bekerja disana.
Satpam dan reseptionis sudah diberi pesan oleh Bagas secara langsung, siapapun yang bertanya tentang Alea, mereka diminta untuk mengatakan jika Alea sudah tidak bekerja disana.
"Sejak kapan Alea sudah tidak bekerja disini?" tanya Radit pada satpam, untuk memastikan benar tidaknya apa yang dikatakan antara satpam dengan karyawan bagian resepsionis.
"Sepertinya baru dua atau tiga hari ini, kalau tepatnya saya kurang tahu." jawab satpam tersebut.
Informasi yang Radit dapatkan sama, dan itu bertepatan saat dia ijin pada Alea untuk keluar kota.
Keesokan harinya Radit mencari Alea di kediaman orang tua Alea, disana Radit juga tidak bisa menemukan Alea. Dia hanya bertemu bu Tuti yang mengaku di pekerjakan Alea untuk menjaga dan membersihkan rumah.
"Non Alea datang hanya saat ada tamu yang berminat membeli rumah ini."
Jawaban bu Tuti membuat Radit terkejut. "Di jual?" tanya Radit tidak percaya.
"Iya, non Alea sedang butuh uang. Dia di keluarkan dari kantornya, karena non Alea yang sering tidak fokus sehingga dia membuat kesalahan besar yang merugikan perusahaan." jelas bu Tuti.
Tentu saja, bu Tuti mengikuti skenario yang dibuat Alea dan timnya. Hal itu membuat Radit terdiam terpaku, dia sadar jika semua mungkin karena perubahan sikapnya akhir-akhir ini pada Alea.
"Sayang" Panggil Radit begitu dia menemui tamu yang mencarinya adalah Alea, wanita yang dia cari selama satu minggu ini.
Kamu kemana saja? Aku mencarimu. Nomor teleponmu juga tidak bisa di hubungi." tanya dan beri tahu Radit begitu Alea sudah ada diruangan pribadinya.
Alea hanya tersenyum menjawab dan menanggapi ucapan Radit. Lihatlah, laki-laki itu langsung mencecarnya dengan pertanyaan yang tidak berarti bagi Alea. Jika laki-laki itu peka, harusnya dia memeluk Alea dan bersyukur istrinya itu baik-baik saja.
"Aku di pecat dari kantor."
"Aku sudah tahu, bagaimana bisa kamu dipecat? Lalu kenapa juga kamu pergi dari rumah?" tanya Radit beruntun.
"Aku tidak pergi dari rumah." sahut Alea.
"Satu minggu ini aku sibuk membersihkan ruko milik ayah untuk ku jadikan tempat usaha. Karena kelelahan, sehingga tanpa sadar hampir setiap malam aku ketiduran di ruko, walau hanya beralas tikar." jawab Alea yang sudah pasti berbohong.
Biarlah kali ini dia terpaksa berbohong untuk menjalankan misinya, dia juga sengaja membuatnya sedramatis mungkin. Radit bahkan lebih banyak membohonginya selama ini. Tidak salah kan membalas orang yang berbohong dengan kebohongan.
"Setiap pagi aku pulang, tapi kamu sudah pergi. Apa kamu tidak sadar, siapa yang membersihkan rumah, pakaianmu dan juga piring dan cangkir kotormu?" lanjut Alea ucapannya.
Radit terdiam, Alea benar. Mengapa dia tidak menyadari itu? Radit tidak sadar jika dia kembali di bohongi Alea. Tentu saja bukan Alea yang melaukan itu semua, dia membayar orang untuk mengerjakan semuanya.
"Aku selalu memastikan kamu ada di rumah atau tidak, Lea. Tapi aku tidak pernah menemukan keberadaanmu saat pulang."
"Aku sampai mencarimu ke kantor dan mereka mengatakan kamu sudah tidak bekerja disana."
"Bahkan aku juga mencari kamu dirumah orang tuamu." jelas Radit yang tidak ingin disalahkan oleh Alea.
Kembali Alea hanya tersenyum menaggapi ucapan Radit. Laki-laki itu hanya kehilangan Alea sesaat, tapi belum merasakan sakit yang Alea rasakan. Alea tidak akan berhenti sampai disini.
"Mengapa kamu sampai di pecat." ulang Radit pertanyaanya yg belum di jawab Alea sejak tadi.
"Tidak perlu aku katakan, harusnya kamu sudah tahu apa yang bisa menyebabkan aku di pecat."
Hening, setelah Alea menjawab pertanyaan Radit. Keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Alea sengaja menunda waktu, membiarkan Radit merasa bersalah. Benar saja, Radit diam karena dia tahu dialah penyebab semuanya ini.
"Apa kamu benar akan menjual rumah itu?" tanya Radit memulai kembali percakapan mereka. Dia hanya ingin memastikan apa yang diberitahukan bu Tuti padanya.
"Iya, aku butuh modal untuk membuka butik, aku juga butuh uang untuk biaya hidup kita dan ibu kamu." tegas Alea membuat Radit kembali terdiam.
Laki-laki itu kembali merasa terpojok dengan ucapan Alea, bukankah semua masalah ini dia yang memulai? Perubahan sikapnya tentu saja sangat mepengaruhi jiwa Alea, lalu mengapa baru sekarang Radit menyadarinya. Lihatlah sekarang, bahkan Alea tidak lagi menyebut namanya saat bicara dengan Radit dan juga tidak lagi memanggil Radit dengan panggilan mas. Dia lebih memilih menyebut aku dan kamu, sebagai batasan jika mereka tidak sedekat dulu.
"Lalu mau kamu bagaimana?" tanya Radit yang tidak tahu harus berbuat apa.
Alea tersenyum. Sesuai rencananya, Radit mulai masuk ke dalam perangkap.
"Aku ingin menarik uang yang ayah titipkan di percetakan ini sebagai saham milikku." ucap Alea.
"Aku juga sudah mengajak pak Wiliam, pengacara ayah yang waktu itu diberi kepercayaan oleh ayahku untuk mengurus semua surat-surat perjanjiannya. Beliau ada diluar." jelas Alea.
"Lea, kamu tahu, kan. Aku masih punya hutang di bank. Kalau kamu tarik uang itu sekarang, bagaimana percetakanku bisa berkembang" jawab Radit yang tidak rela Alea menarik uangnya.
"Aku juga butuh uang untuk hidup kita dan ibu kamu." kembali Alea mengingatkan Radit akan hal itu.
"Bukankah kamu akan menjual rumah orang tuamu untuk modal usaha?"
"Menjual rumah bukan seperti menjual kacang goreng, yang bisa cepat laku begitu ditawarkan. Sementara aku butuh uang itu sekarang."
Radit mengusap wajahnya dengan kasar. Apa yang harus dia lakukan agar Alea tidak menarik uangnya. Tanpa uang itu, usaha Radit akan terpuruk karena kekurangan modal.
"Bagaimana?" tanya Alea.
"Lea, rumah yang kita tempati sekarang aku berikan hak miliknya dariku menjadi milikmu." ucap Radit.
Alea menahan senyum, ini yang dia inginkan. Belum sempat Alea mengiring pikiran Radit kearah itu, tapi laki-laki itu sudah berpikir seperti itu.
"Itu sebagai ganti uang ayah kamu yang dia tanamkan diusaha ini." jelas Radit.
"Nilai rumah itu jauh lebih besar dari uang yang ayahmu simpam disini."
Tanpa banyak bicara, Alea langsung menyetujui keputusan Radit. Dia memanggil pengacara ayahnya untuk mengesahkan perjanjian mereka dan mengurus balik nama rumah yang mereka tempati menjadi milik Alea.
Radit bernafas lega saat Alea pulang, biar saja rumah yang mereka tempati menjadi milik istrinya, bukankah dia juga masih tinggal disana bersama Alea. Radit tidak sadar, jika keputusannya kelak akan merugikan dirinya sendiri.
"Bagaimana?" tanya Reina yang sengaja menemui Alea diruangan kerjanya.
Adiknya itu akan pulang paling akhir karena ikut bersama Bagas. Sejak Alea mengungsi, pimpinan mereka itu bersedia menjadi supir pribadi Alea.
"Tidak ada yang membuatkan saya sarapan dan makan malam." ucap Bagas memberi alasan mengapa dia pagi- sudah berada di kediaman orang tua Alea dan pulang dari sana setelah makan malam.
Alea tidak bisa menyangah, karena bu Tuti asisten rumah tangga Bagas itu dikirim untuk menemani Alea.
"Berhasil." jawab Alea sambil tersenyum lebar.
"Lalu?" tanya Reina lagi.
Dia ingin tahu langkah selanjutnya yang akan Alea lakukan. Terlebih lagi hampir semua yang Alea butuhkan dan inginkan sebelum bercerai sudah didapatkan.
"Kita tunggu sampai balik nama rumah Alea selesai." jawab Alea.
"Kamu akan pulang kerumahmu lagi?"
Alea menggeleng. Dia sudah tidak ingin berada di dekat Radit, apa lagi harus tidur satu ranjang dengan laki-laki itu.
"Lea tetap dirumah ayah dan bunda."
"Hemmm, udah betah di temani pak Bagas, nih..." goda Reina.
"Apaan sih, Mbak. Lea tidak pernah berpikir sampai kesana." sahut Alea.
...💔💔💔...
...Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya...