S 1.Rahim 500 Juta
S 2. Cinta Untuk Kanaya
Tania Lorenza, gadis muda yang berprofesi sebagai cleaning service di sebuah perusahaan, dan juga memiliki pekerjaan sampingan menjadi pelayan cafe saat malam hari. Dua pekerjaan itu ia lakoni untuk mengumpulkan uang buat biaya pasang ring jantung ayahnya.
Suatu hari Tania mendapat tawaran oleh direktur utama perusahaan tempatnya bekerja, untuk digunakan rahimnya sebagai bahan percobaan mengandung anak sang direktur tersebut.
Vino Erlangga, seorang direktur utama yang terpaksa mencari seseorang untuk ia sewa rahimnya sebagai percobaan dan pembuktian kepada istrinya yang selalu mengklaim dirinya tidak bisa memiliki keturunan.
Akankah Tania menerima tawaran tersebut, lantaran butuh biaya banyak untuk ayahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHIM 500 JUTA~ BAB 22
Hari ini Vino ingin mengajak Tania untuk pergi berbelanja membeli beberapa kebutuhan Tania yang sudah hampir habis, seperti susu, camilan dan suplemen khusus ibu hamil. Vino rajin memeriksa semua kebutuhan Tania dan akan segera membeli sebelum benar-benar habis.
Setelah membeli semua kebutuhan ibu hamil, Vino pun mengajak Tania ke pusat perbelanjaan ia ingin membelikan sesuatu untuk Tania yang sudah lama ingin ia beli namun tidak mempunyai kesempatan.
Tania mengerutkan kening saat Vino membawa nya ke toko perhiasan yang ada didalam pusat perbelanjaan itu, namun setelah teringat sesuatu ia pun tersenyum. Mungkin Vino ingin membelikan perhiasan untuk Elzara sebagai permintaan maaf karena tidak pernah pulang.
"Menurut kamu mana yang bagus?" Vino memperlihatkan beberapa set perhiasan pada Tania.
"Semua nya bagus, Pak, tapi menurut saya ini yang paling cocok untuk Bu Elza." jawab Tania sambil menunjuk salah satu set perhiasan itu.
Vino mengerutkan kening nya, "Elza?"
"Iya, Pak Vino ingin membelikan perhiasan untuk Bu Elza kan, dan menurut aku ini yang paling cocok, sesuai dengan warna kulit Bu Elza."
"Jadi kamu berpikir aku ingin membelikan perhiasan untuk Elza?"
Tania mengangguk.
"Tidak Tania, justru aku mengajak kamu kesini karena aku ingin membelikan perhiasan untuk kamu."
Tania tercengang, ia tidak menyangka Vino akan membelikan perhiasan untuk nya. Ia pikir perhiasan itu untuk Elzara. "Tidak perlu, Pak. Aku tidak butuh perhiasan seperti itu. Pak Vino belikan untuk Bu Elzara saja."
"Elza sudah punya banyak perhiasan, jika dia mau dia bisa membelinya sendiri. Dan sekarang aku ingin membelikan nya untuk mu ayo cepat pilih, Tania, dan aku tidak mau mendengarkan penolakan." tutur Vino menekankan.
Dengan terpaksa Tania akhirnya mengikuti kemauan Vino, ia tidak mau Vino menjadi marah dan bersikap seperti dulu lagi yang cuek dan irit bicara. Ia sudah merasa nyaman dengan perlakuan Vino yang sangat memperhatikannya. .
"Aku ambil yang ini saja, Pak." Tania menunjuk sebuah kalung berukuran kecil dan sangat sederhana.
"Kau serius ingin yang itu?"
Tania mengangguk pelan, ia takut Vino akan marah karena ia memilih yang lain dan bukan nya yang diperlihatkan Vino.
"Baiklah jika itu pilihan mu, dan ini adalah pilihan ku." Vino memberikan pada kasir satu set perhiasan pilihan nya dan meminta kasir itu membungkusnya beserta kalung yang di pilih Tania.
"Pak, itu...
" Shuuutttt, jangan membuat aku marah." ucap Vino menekankan sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir Tania.
Setelah membayar perhiasan itu, Vino pun merangkul lengan Tania dan mengajak nya segera pergi.
Tak jauh dari sana, beberapa orang wanita dari tadi terus memperhatikan mereka. "Jadi itu simpanan Vino." ucap salah satu wanita itu.
"Hanya karena ingin punya anak Vino jadi bodoh sampai mencampakkan Elza demi Perempuan kampungan yang mengaku-ngaku hamil anak nya." ucap yang lain nya.
"Aku rasanya pengen banget jambak-jambak tuh rambutnya si pelakor kalau perlu kita rusak aja mukanya sekalian biar orang-orang jijik lihatnya terutama Vino pasti langsung ninggalin dia."
"Kita ikuti saja mereka, jika ada cela kita langsung beri dia pelajaran."
Mereka pun mengikuti Vino dan Tania yang berjalan keluar dari Mall.
Saat hendak masuk ke mobil tiba-tiba Tania kebelet pipis, akhir-akhir ini ia memang sering buang air kecil semenjak kandungannya semakin membesar. Perubahan hormon kehamilan membuat aliran darah dan cairan ke ginjal menjadi lebih cepat, sehingga ibu hamil jadi sering pipis. Selain itu pertumbuhan janin dapat menekan kandung kemih, kondisi ini juga menyebabkan ibu hamil jadi lebih sering buang air kecil.
"Pak, aku mau ke toilet sebentar."
"Ayo aku temani." Vino menutup kembali pintu mobil yang baru saja di bukan nya.
"Pak Vino tunggu di mobil saja, aku cuma sebentar kok cuma mau buang air kecil."
"Baiklah, jangan lama dan hati-hati." ucap Vino memperingati.
Setelah Tania pergi, Vino pun masuk kedalam mobil.
Beberapa orang wanita yang merupakan teman-teman Elza yang sedari tadi mengikuti Tania dan Vino tak ingin membuang kesempatan ini, mereka langsung saja mengikuti Tania menuju toilet.
Tania yang baru saja selesai dengan hajat nya, membuka pintu toilet dan ia terkejut melihat beberapa orang wanita berdiri di depan pintu toilet menatapnya dengan sinis.
"Dasar pelakor kampungan!" seru salah satu wanita itu lalu mendorong bahu Tania, dan yang lain nya langsung maju menarik rambut Tania serta memegangi kedua tangan Tania.
"Kamu pikir, kamu sudah hebat bisa membodohi Vino dengan mengaku-ngaku bayi itu adalah anakknya Vino," ucap wanita yang mendorong bahu Tania sambil menunjuk perut buncitnya. "Lebih baik sekarang kamu mengakui kebusukanmu itu, jika tidak kami akan menyakiti kamu dan juga bayi mu!" ucap nya berteriak di depan wajah Tania.
"Ja-ngan sakiti kami. Ba-yi ini sung-guh anaknya Pak Vino, aku tidak membodohi atau pun menipu Pak Vino." ucap Tania terbata karena ketakuatan. Ia tidak tahu siapa wanita-wanita yang tiba-tiba menyerangnya ini.
"Kamu pikir kamu bisa membodohi kami juga. Vino itu mandul dia tidak bisa mempunyai keturunan!" seru wanita itu lalu mencengkeram dagu Tania. "Kamu mau mengaku atau kami akan benar-benar menyakiti mu dan bayi itu. Siapa Ayah dari bayi mu itu?"
"Pak Vino tidak mandul, dan bayi ini sungguh anaknya Pak Vino. Aku tidak pernah berhubungan dengan siapa pun selain Pak Vino."
Tania benar-benar ketakutan, rasanya ia sudah ingin menangis. Menyesal kenapa ia tadi melarang Vino yang ingin mengantarnya, dalam hati ia berharap semoga Vino menyusulnya dan membebaskannya dari wanita-wanita asing yang tiba-tiba menyerang dan memaksanya untuk mengakui sesuatu yang memang lah kebenarannya.
"Bohong. siapa yang tahu diluar sana kamu tidur dengan laki-laki lain dan melimpahkannya pada Vino. Ckckck, ternyata kamu itu bukan hanya pelakor tapi juga pel*cur!"
"Aku tidak bohong, aku tidak seperti yang kalian tuduhkan." Akhirnya air mata Tania lolos juga.
"Kami tidak akan tertipu dengan air mata buaya mu itu!" seru wanita itu seraya memberi tamparan di pipi Tania.
Mereka dengan leluasa memberi Tania pelajaran karena beruntung suasana toilet sedang sepi, mereka tak merasa kasihan sedikit pun melihat Tania yang sudah menangis bahkan merintih kesakitan. Bagaimana tidak, mereka menarik rambut Tania serta kedua tangannya di pelintir bak pakaian yang di peras. Kedua pipi Tania juga memerah akibat tamparan yang mereka berikan secara membabi buta.
Setelah merasa puas mereka pun menyudahi perbuatan mereka menyiksa dan juga takut bila tiba-tiba ada yang datang. Mereka pun meninggalkan Tania yang sudah tak berdaya serta penampilannya acak-acakan.
Sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹 🌹
Terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️