Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.
Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.
"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.
"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.
Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?
Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Diterima Kerja
Hana masih menantikan panggilan kerja, sebab meskipun dia masih punya tabungan, tak mungkin dia hanya mengandalkan itu, sementara kehidupan terus berjalan dan sebentar lagi dia akan memiliki anak yang harus dipikirkan masa depannya.
"Apa aku coba buka usaha saja ya?" gumamnya berpikir untuk memulai sebuah bisnis kecil-kecilan. Namun, dia masih bingung untuk menentukan jenisnya, di samping itu dia perlu memulainya benar-benar dari nol.
Banyak berpikir, wanita itu malah teringat dengan gelang yang diberikan oleh Papah Aris. Dia mengambilnya dari dalam laci dan berniat untuk menjualnya, dari pada tidak terpakai lebih baik dimanfaatkan, lumayan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari.
"Semoga saja harganya mahal." Kali ini dia berharap.
Hana memesan ojek untuk pergi ke pasar, biasanya di sana banyak orang jual beli emas dan sejenisnya. Sekalian dia cari udara, supaya tidak terlalu sumpek di rumah. Namun, baru saja ingin mengambil tas yang ada di gantungan, Hana mendapat sebuah panggilan.
"Nomor asing?" gumam Hana saat menatap layar ponselnya. Dia urung untuk menjawab, karena biasanya nomor-nomor tersebut isinya orang iseng, bahkan penipuan.
Akan tetapi saat panggilan terputus, dia mendapat sebuah pesan resmi yang masuk ke akun email-nya. Perusahaan yang pertama kali melakukan wawancara dengannya mengabarkan agar Hana datang lagi hari ini.
"Apa artinya aku diterima?" ucap Hana dengan wajah yang terperangah. Dia memekik girang karena akhirnya ada perusahaan yang mau merekrutnya sebagai karyawan. "Sumpah demi apa? Aku yakin aku pasti diterima kerja di sana."
Hana melirik ke arah jam, masih pukul sembilan pagi, sebaiknya dia segera bersiap-siap. Urusan jual gelang bisa setelah pulang dari perusahaan.
*
*
*
Hana kembali menginjakkan kakinya di perusahaan yang sangat besar itu. Sebelum datang, dia sudah muntah dua kali, jadi saat ini dia masih bisa mengondisikan tubuhnya.
"Sayang, ayo bantu Mamah untuk mendapatkan pekerjaan ini. Kamu baik-baik di sana ya, jangan nakal," gumam Hana sambil mengelus perutnya. Dia yakin meski janinnya masih sangat kecil, dia akan mengerti apa yang dirasakan ibunya.
"Bu, permisi, saya ingin bertemu dengan ibu HRD karena mendapat panggilan lagi," ucap Hana pada seorang resepsionis.
Wanita cantik dengan rambut cepol itu langsung merespon baik.
"Dengan ibu siapa?" tanyanya sopan. Sebagaimana selogan yang sudah tertanam selama ini, sebagai wajah perusahaan dia memang tidak boleh jutek.
"Hana Rahmania, Bu," jawab Hana dengan cepat.
"Baik, tunggu sebentar ya, Bu, saya akan menghubungi Ibu Mia terlebih dahulu," jawabnya lalu menelpon ke bagian HRD. Wanita yang disebut Ibu Mia, langsung meminta agar Hana naik ke ruangannya. "Ibu diminta naik ke ruangan yang kemarin dipakai untuk interview. Ibu sudah tahu kan?" lanjutannya dan Hana langsung menganggukkan kepala.
"Terima kasih banyak, Bu," ucap Hana, kemudian berlalu untuk naik ke lantai tiga. Di sana dia bertemu dengan Ibu Mia.
"Ibu Hana, to the point saja kemarin Anda melamar di bagian telemarketing 'kan?" tanya Ibu Mia setelah Hana duduk. Dia sudah memeriksa lamaran yang diajukan Hana beberapa kali, dari pengalaman yang didapat wanita itu, Ibu Mia tidak bisa meremehkannya.
"Benar, Bu," jawab Hana dengan lugas. Karena dia yakin segala tindak-tanduknya sekarang sedang dinilai.
"Tapi untuk saat ini bagian itu sudah penuh. Dan perusahaan kami sedang membutuhkannya di bagian resepsionis. Jika Ibu berminat, apakah Ibu bersedia di tempatkan di front office kami?" jelas Ibu Mia.
Tentu saja Hana mau, karena pekerjaan itu tidak jauh berbeda dengan posisi yang dilamar, keduanya sama-sama mengandalkan komunikasi yang baik.
"Saya bersedia, Bu," jawab Hana sambil tersenyum dan mimik yang sungguh-sungguh. Dia akan mulai belajar sekarang, supaya bisa menjadi resepsionis yang mampu melayani dengan baik.
Ibu Mia ikut tersenyum dan langsung menjelaskan sistem kerja juga upah yang akan didapatkan oleh Hana selama satu bulan. Dia menilai bahwa respon Hana memang bagus saat diajak bicara, jadi dia menepis semua keraguan.
"Kalau begitu Ibu sudah bisa bekerja besok, untuk seragam silahkan pakai yang ada dulu, soalnya harus disiapkan," ujar Ibu Mia, kemudian mengulurkan tangannya untuk berjabat. "Selamat bergabung di perusahaan kami."
"Terima kasih banyak, Bu, saya akan berusaha bekerja dengan baik," balas Hana sambil menjabat tangan Ibu Mia.
Wanita hamil itu terus tersenyum meski sudah keluar dari ruangan HRD. Dia merasa bahwa rezeki ini Tuhan kirimkan untuk anaknya yang masih ada dalam kandungan.
"Makasih ya, Nak, sudah jadi berkah untuk Mamah," kata Hana di sela-sela langkah. Saat sudah di lobi dia melihat ke arah bagian resepsionis, besok dia akan berdiri di sana. Dengan memikirkannya saja Hana sudah merasa senang.
Hana tidak tahu jika dari arah lain, ada seseorang yang diam-diam memperhatikannya. Dananta Elgar— seperti namanya, dia adalah sosok yang memiliki kelebihan dana, sebab dialah yang akan mewarisi Meditra Group.
Namun, saat ini pria itu masih menjadi karyawan biasa, karena ingin memulai pengalamannya dari bawah. Bahkan tak ada orang yang mengenalnya sebagai putra dari sang bos, hanya Ibu Mia, itu juga karena dia mengaku dan membuktikannya.
Kenapa dia bisa mengenal Hana? Kalian pasti bertanya-tanya.
Jadi, saat masih duduk di bangku sekolah, dia pernah satu kelas dengan Hana. Gadis cantik, periang dan suka sekali ikut organisasi. Sebuah alasan klasik kenapa dia menyukai Hana. Akan tetapi dia tahu diri, karena Hana sudah memiliki kekasih, yakni Heri, terlebih saat itu Elgar adalah siswa yang suka dibully karena penampilan cupunya.
Satu yang paling Elgar ingat tentang Hana, dan membuatnya semakin menaruh rasa suka. Hana pernah menolongnya. Jadi, saat ini dia ingin membalas kebaikan Hana, dengan memastikan wanita itu bekerja di perusahaan keluarganya.
"Dia terlihat bahagia sekali," gumam Elgar ikut tersenyum dari kejauhan. Karena Hana sudah hampir melewati pintu utama. Dia belum tahu jika saat ini Hana sudah bercerai.
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃
liat Hana d'jadikan istri oleh El...
dan kejang² pas tau klo El pemilik perusahaan...
dan saat itu terjadi., Aku akan mentertawaknmu layangan
wah ini berita bagus untuk nya bukan kah dia msh mengharap kan Hana 🤭
selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers dan othor kesayangan Nita mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰🤗
Bagus han? aku suka gaya eloo...pokoknya siapapun yang berani nyakitin kamu, bls han? lawan..jangan pernah diam saja dan mempersilahkan orang lain menginjak-injak harga dirimu.
makasih ya thor masih nyempatin buat up😁
dan buat nyonya sarah kita tunggu reaksi mu saat tau menantu yg di inginkan tak sebaik menantu yg kau sia"kan 😅😅