Finn kembali untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Dengan bantuan ayah angkatnya, Finn meminta dijodohkan dengan putri dari pembunuh kedua orang tuanya, yaitu Selena.
Ditengah rencana perjodohan, seorang gadis bernama Giselle muncul dan mulai mengganggu hidup Finn.
"Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin terlahir menjadi keturunan keluarga Milano. Aku ingin melihat dunia luar, Finn... Merasakan hidup layaknya manusia pada umumnya," ~ Giselle.
"Aku akan membawamu keluar dan melihat dunia. Jika aku memintamu untuk menikah denganku, apa kamu mau?" ~ Finn.
Cinta yang mulai tumbuh diantara keduanya akankah mampu meluluhkan dendam yang sudah mendarah daging?
100% fiksi, bagi yang tidak suka boleh langsung skip tanpa meninggalkan rating atau komentar jelek. Selamat membaca dan salam dunia perhaluan, Terimakasih 🙏 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : TDCDD
"Namanya adalah Giana, dan yang digendong ini adalah putrinya, Giselle Milano."
"Sementara putri mereka, Giselle Milano, tidak diketahui keberadaannya. Saat itu tuan Andreas hanya mengumumkan jika putri mereka sudah meninggal karena sakit tepat beberapa hari setelah Giana dimakamkan."
Kata-kata Riyan saat dirumah tadi kembali terngiang di benak Finn. Ini hanya sebuah kebetulan atau memang gadis yang sedang berdiri di hadapannya itu adalah putri kedua tuan Andreas Milano, yaitu Giselle Milano?
"Tunggu! Tadi kamu memanggilnya dengan sebutan siapa?"
Kayla dan Giselle saling menatap, hanya Glenn yang memutar tubuhnya dan menatap Finn, sementara kedua gadis itu masih tidak bergeming. Tuan Mark menghampiri Finn, dia menepuk pundak putranya dan menekannya sedikit kuat.
"Jangan membuat masalah disini Finn, kamu harus ingat tujuan awal kamu berada disini. Sekarang kembalilah masuk dan biarkan mereka pergi." ujar Tuan Mark setengah berbisik, Finn hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Sebagian orang mulai bubar dan memilih melanjutkan pesta, Selena menghampiri Finn dan melingkarkan tangannya di lengan pria yang sudah berstatus sebagai tunangannya itu. Sementara didepan sana, Giselle meminta Kayla untuk membawanya pergi meninggalkan tempat itu tanpa berniat untuk berbalik dan menatap Finn lebih dulu.
"Mereka berdua adalah anak-anak pelayan yang bekerja di rumahku Finn. Aku baru ingat jika namanya sama seperti nama mendiang adikku yang sudah meninggal," Selena terpaksa berbohong agar Finn tidak mencurigai Giselle sebagai adiknya yang sudah dianggap mati.
Riyan yang sedang berdiri diantara para tamu hanya menganggukkan kepalanya saat Finn menatap ke arahnya. Dia pun bergegas pergi untuk mengikuti kedua gadis tadi.
"Ayo kita masuk, semua orang sedang menunggu kita," ajak Finn pada Selena.
Meskipun hati dan pikirannya terus tertuju pada Giselle, namun Finn tidak ingin melupakan tujuan awalnya berada disana. Dia dan Selena masuk dan bergabung kembali kedalam pesta.
💜
💜
💜
"Aku bantu obati kaki kamu dulu ya, setelah itu aku akan mengantar kalian pulang," ucap Glenn saat mereka sudah sampai di parkiran mobil.
Giselle menggelengkan kepalanya, "Tidak, terimakasih. Kamu tidak perlu merasa bersalah atas kejadian tadi, justru aku yang bersalah karena sudah menabrak kamu."
"Tidak perlu sungkan begitu, aku baik-baik saja kok. Oya rumah kalian dimana? Biar aku antar sekalian, kebetulan aku juga sudah mau pulang ini,"
"Tidak perlu, sekali lagi terimakasih." tolak Giselle. "Kami akan pulang naik taksi saja, permisi!"
Glenn hanya mampu menatap kepergian dua gadis itu tanpa bisa menghalanginya lagi. Sebenarnya Glenn sedikit penasaran kenapa tadi anak buah Tuan Andreas sampai mengejar-ngejar gadis itu, memangnya apa yang sudah dilakukan oleh gadis itu?
Sementara itu Giselle dan Kayla sudah berjalan jauh meninggalkan gedung, mereka segera menyetop taksi yang lewat dan menaikinya. Taksi itu hanya mengantar sampai pertigaan jalan, dari sana mereka kembali berjalan kaki sampai ke rumah pengasingan.
Para anak buah Tuan Andreas sudah menunggu kedatangan mereka.
"Ayo cepet masuk!"
Mereka hanya berani membentak tanpa berani menyentuh Giselle, karena bagaimanapun gadis itu adalah Nona mudanya, hanya Tuan Andreas yang boleh menyiksanya.
Bi Nilam berlari keluar rumah, wanita itu begitu khawatir saat melihat penampilan Giselle yang nampak sangat berantakan. Dia dan Kayla membawa Giselle masuk sampai ke dalam kamar.
"Ayo Non, Bibi bantuin bersih-bersih," ujar Bi Nilam.
"Tidak usah Bi, aku sendiri saja. Bibi sama Kayla keluar saja dan beristirahatlah, ini sudah tengah malam." tolak Giselle.
Bi Nilam dan Kayla saling menatap, "Tapi Gis..."
"Kay... Makasih ya kamu sudah bantuin aku, justru aku khawatir setelah ini kamu dan ibu kamu akan dapat masalah cuma gara-gara aku," suaranya sedikit bergetar, mata Giselle nampak berkaca-kaca.
Kayla mengusap-usap bahu Giselle, "Gis, kamu tidak perlu memikirkan tentang aku dan ibuku, Apa kamu tadi sudah sempat bicara dengan Finn?"
Giselle menganggukkan kepalanya, lalu dia mengambil kartu nama yang dia simpan di kantong kemejanya tadi. Bahkan Giselle tak sempat menukar bajunya kembali dengan pelayan tadi karena anak buah papanya sudah keburu memergokinya.
"Bibi ambilkan makanan dulu ya buat Non, Non pasti belum makan kan?"
Bi Nilam pergi menuju ke dapur. Kayla menatap kartu nama yang ada ditangan Giselle.
"Kamu akan menelfon Finn dan memberitahu tentang identitas kamu yang sebenarnya?" tanya Kayla.
"Finn pasti akan mencari tahu tentang siapa aku, dia akan datang tanpa aku memintanya. Dia sudah berjanji akan menemui aku lagi,"
Sebenarnya bisa saja tadi Giselle mengungkapkan identitasnya didepan banyak orang, tapi papanya tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi dengan mudah. Yang ada Giselle akan dianggap sebagai wanita gila yang mengaku-ngaku menjadi anggota keluarga Milano.
"Lalu bagaimana jika Finn tidak datang? Lagipula dia sudah bertunangan dengan kakak kamu, apa yang kamu harapkan dari dia Gis?"
Giselle terdiam sejenak, "Finn pasti akan datang, aku yakin itu,"
Kayla tak bertanya lagi, dia tidak berani menghancurkan harapan-harapan Giselle yang begitu yakin jika Finn akan datang sebagai dewa penolongnya.
💖
💖
💖
Setelah pesta selesai, Finn mengantarkan Selena pulang sampai ke rumahnya. Tuan Andreas dan Sonia yang sudah sampai lebih dulu segera menyambut kedatangan keduanya diteras rumah.
Sebenernya Tuan Andreas ingin langsung pergi ke rumah pengasingan dan memberikan pelajaran pada Giselle karena anak itu terus-menerus membuat masalah. Namun dia tidak ingin membuat Finn dan Tuan Mark curiga, sehingga dia memutuskan untuk pulang kekediaman utama lebih dulu.
Beruntung tadi Tuan Mark tidak memperpanjang masalah yang dibuat oleh Giselle saat di pesta. Jika tidak, maka Tuan Andreas harus memberikan alasan yang masuk akal tentang siapa dua gadis pembuat onar tadi.
"Kalau begitu saya langsung pulang saja, Om, Tante, soalnya ini sudah larut malam," ucap Finn.
Sonia tersenyum bahagia, "Nggak mau masuk dulu aja Nak Finn? Siapa tau masih kangen dan pengin ngobrol-ngobrol lebih lama lagi dengan Selena,"
Mendengar ucapan mamanya, Selena tersenyum malu. Mamanya memang paling mengerti jika dia memang masih ingin berduaan dengan Finn.
"Terimakasih Tante, ini sudah terlalu malam untuk sekedar ngobrol-ngobrol, lain kali saja. Kalau begitu saya permisi dulu!"
Finn menaikki mobilnya kembali dan melajukannya pergi meninggalkan halaman rumah keluarga Milano. Namun Finn tidak benar-benar pergi, dia memikirkan mobilnya sedikit menjauh dari kediaman itu. Dan benar saja, selang beberapa menit, sebuah mobil keluar dari rumah itu. Finn yakin yang ada didalam mobil itu adalah Tuan Andreas dan para anak buahnya.
Finn menyalakan kembali mesin mobilnya, dia bersiap mengikuti mobil didepannya.
"Mari kita lihat Tuan Andreas Milano, rahasia besar apa yang sedang kamu sembunyikan!"
...✨✨✨...