Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Gimana kabar bayi kita?" Tanya pria itu dengan berbisik.
"Ngomong apa Lo barusan?"
Pria itu kemudian mendekatkan wajahnya kepada Luna dan mencium bibir gadis itu.
Ferdi dan fawa terkejut melihat yang terjadi barusan.
"Lo bilang gak kenal lun" ucap Fawa dengan suara lirih.
"Jangan mancing gue" ucap Luna.
Pria itu hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Luna.
"Memangnya apa yang bakalan terjadi?" Tanya pria itu.
Pria itu kembali mencium bibir gadis itu.
"Karena Lo udah kurang ajar, gue akan kasih hadiah spesial buat Lo"
Luna mendaratkan tangannya pada pipi pria itu.
"Lo tampar gue?"
"Kenapa? kurang?"
"Gue tau gue salah, gue bakalan tanggung jawab"
Luna terkekeh, "Tanggung jawab apaan? Gue udah jadi istri orang sekarang"
Pria itu memegang kedua tangan Luna dan mencium punggung tangannya.
"Please Luna, gue kangen banget sama Lo"
"Lo yang udah mancing gue, jadi selesaikan" ucap Luna.
Pria itu tersenyum, Luna berdiri dan menarik pria itu untuk pergi dari tempat itu.
"Mereka saling kenal?" Tanya fawa.
"Gue gak tau" jawab Ferdi.
***
"Ini semua totalnya yah kak" ucap seorang waiters kepada sepasang kekasih yang telah menikmati dinner mereka.
"Baik, semua totalnya 950 ribu??" Tanya Raka dengan ekspresi wajah yang terkejut
Bak kesambar petir di siang hari 4 menu makan malam yang telah mereka nikmati hari ini menghabiskan setengah gaji milik pria itu.
Shan melihat ekspresi wajah Raka yang berubah drastis setelah melihat nominalnya.
Shan tahu betul bahwa Raka bukanlah pria kaya-raya, ia pasti sangat terkejut melihat tagihan yang harus ia bayar.
"Aku aja yang bayar" kode Shan kepada Raka.
Pria itu hanya mengangguk. Shan kemudian mengeluarkan dompetnya dan membayarnya dengan uang cash.
Mereka keluar dari restauran tersebut.
"Maaf yah Shan, jadi kamu yang bayar semuanya. Ini aku ganti deh" Raka mengeluarkan dompetnya.
"Gak Raka gapapa, kamu kan juga sering bayarin aku makan. Sekarang gantian aku yang traktir kamu" ucap Shan.
"Tapi kan aku pacar kamu, masa cewe sih yang bayarin"
"Yaudah gapapa, sekarang kamu traktir aku beli ice cream aja"
"Oke deh, kita ke supermarket ya"
Shan hanya mengangguk. Mereka pun mampir ke Alfamart terdekat untuk membeli beberapa camilan dan ice cream. Mereka duduk di kantin yang ada di depan Alfamart.
"Raka lain kali jangan ajak aku makan ke tempat yang kayak gitu lagi yah" ucap Shan.
"Emang kenapa Shan?" Tanya Raka.
"Sesuai keinginan nya kamu aja, jangan terlalu di paksa. Aku sih gak masalah kamu mau ajak aku makan di mana aja, di angkringan kaki lima juga gak masalah. Andaikan tuh ya tadi kita makan di angkringan itu tuh" Shan menunjuk beberapa angkringan yang sedang ramai pada malam itu, begitu ramai nya penjual kaki lima yang berdagang disana.
"Pasti harganya gak sampai segitu, kita udah bisa makan banyak banget menu kan?" Tanya Shan.
"Sorry Shan, aku pikir kamu gak akan nyaman kalau makan disana" jawab Raka.
"Gak nyaman gimana? Aku sama Jean sering makan yang begituan" ucap Shan.
"Ohh sepupu kamu itu ya?" Tanya Raka.
"Iyah sepupu aku. Raka jangan mandang aku ini dari status keluarga yang aku punya. Meskipun aku dari keluarga yang berada bukan berarti lingkungan kehidupan aku dikelilingi oleh hal-hal yang mewah. Nggak kok, justru aku gak suka yang begitu. Kamu bisa paham kan?"
"Iyah aku paham, maaf ya aku belum bisa ngerti kamu meskipun kita udah pacaran cukup lama"
"Gapapa Raka, sekarang kan kamu udah tahu"
Raka mengangguk paham.
"Ehh Raka, Shana??" Seorang gadis menghampiri mereka dengan setelan dress berwarna Sage, Rambutnya hitam di gerai.
"Heii Mila"
Shan dan Raka berdiri. "Kalian habis darimana?" Tanya Mila.
"Habis dinner" jawab Shan.
"Ouh gitu yah, maaf yah aku ganggu malam kalian"
"Oh nggak kok Mila, santai aja kali. By the way Lo mau kemana? Cantik banget" Tanya Shan lagi.
"Ah tadinya gue mau ngedate sama pacar gue, tapi ternyata gue baru check handphone dan ternyata dia batalin janji nya gitu aja"
"Wahh jahat banget tuh cowok"
"Yah gitu deh, tapi gue maklumi lah. Mungkin dia sibuk" ucap Mila penuh penekanan.
"Yaudah mil, gue sama Shan mau lanjut lagi nih. Duluan yah" pamit Raka.
"Ouh Iyah silahkan, selamat bersenang-senang yah kalian" ucap Mila ramah.
Raka berjalan duluan ke parkiran mobil.
"Yaudah gue duluan yah Mila"
Mila hanya mengangguk.
Setelah mereka pergi Mila berdecak kesal.
"Dasar cowok brengsek"
...
"Kasihan banget yah mila, cowok nya jahat banget"
"Emm iya"
"Tapi aku penasaran deh, siapa yah pacarnya Mila? Tiba-tiba aja dia udah punya pacar. Tapi gak pernah kasih tau aku pacarnya siapa"
"Yaudahlah gak usah dicari tahu, gak penting juga kan? Lagian itu privasi"
"Privasi? Sejak kapan Mila memprivasikan kehidupannya? Mila bukan orang yang kayak gitu"
"Mungkin dia emang gak ingin orang lain tahu Shan, jadi yaudahlah biarin aja"
Sulit bagi Shan untuk tidak penasaran, terlebih lagi pada sahabat yang telah bersamanya sejak kecil. Tiba-tiba saja Mila berubah menjadi seseorang yang menutup diri dan berhenti menceritakan hal-hal yang biasanya selalu mereka ceritakan.
"Gak bisa Raka, sumpah aku tuh penasaran banget, jadi pengen cari tahu"
Raka hanya menyimak obrolan random Shan, kadang ia mengangguk setuju kadang juga hanya fokus mendengarkan.
Mereka pun sampai dirumah keluarga Anggasta.
"Mau mampir dulu?"
"Nggak Shan, makasih. Aku langsung pulang aja"
"Yaudah hati-hati yah"
Raka hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala pacarnya itu.
"Jangan begadang" ucap Raka penuh perhatian.
"Siapp pak bos"
Raka pun masuk kembali kedalam mobil dan segera pergi dari sana.
"Dari mana Lo?" Tanya Jean yang tengah duduk diruang tamu lantai 2.
"Ngedate, kenapa??"
"Lama banget"
"Yaelah baru juga jam 11"
"Ngapain aja sih kalian?" Tanya Jean.
"Yah makan, jalan-jalan, ngobrol"
"Udah? Gitu doang?"
"Emang kenapa sih? Gue kan gak sampai kawin lari"
"Yah tapikan itu gak wajar, anak gadis pulang jam segini"
"Kok Lo jadi sewot sih? Sejak kapan Lo jadi banyak omong gini?" Shan kesal.
"Nyokap Lo nitipin Lo ke gue, jadi gue harus tau Lo pulang jam berapa, ngapain aja"
Shan tertawa geli.
"Idihh Lo melebihi pacar gue tau gak, sebenarnya pacar gue siapa sih?"
"Kenapa emang pacar Lo gak perhatian kaya gue??"
"Ehh kunyuk itu tuh namanya bukan perhatian, tapi itu Lo lebay banget sumpah. Sejak kapan seorang Jean Anggasta jadi kayak gini? Waktu itu juga pas nyokap gue nitipin gue ke Lo, Lo gak kayak gini Amat deh"
"Gue sekarang mau berubah jadi orang yang lebih baik"
Shan tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa Lo ketawain gue, emang itu lucu?" Kesal Jean.
"Lo habis makan apa? Kok jadi gini?" Shan meletakan punggung tangannya ke dahi Jean dengan berjinjit - jinjit.
"Jangan cari kesempatan buat nyentuh-nyentuh gue deh" Jean menghindari sentuhan tangan Shan.
"Ihh mulai deh tingkat ke geeran Lo kambuh lagi. Udah deh gue capek mau istirahat"
Jean kembali duduk di sofa.
"Oh iya by the way" Shan berbalik menghadap Shan.
Jean menoleh kearahnya.
"Punggung Lo gimana? Udah di obatin?" Tanya Shan.
"Udah tadi gue minta tolong farel"
Shan hanya mengangguk.
"Kenapa? Lo ketagihan yah lihat tubuh gue?" Jean membuka satu kancing baju nya, hingga terlihat lah sedikit dada bidangnya.
"Lo rindu sentuh-sentuh gue kan?" Jean meledek Shan dengan wajah nakalnya.
"Ihhh amit-amit. Pikiran Lo kotor banget sih, jangan-jangan Lo mikirin hal-hal yang aneh tentang gue yah?"
Jean tertawa.
"Ngaku Lo!!!"
Jean masih tertawa. Shan sudah naik darah dibuatnya. Tapi Jean tidak peduli dengan kekesalan Shan, ia malah pergi naik ke lantai tiga menuju kamarnya.
"Astaga rese banget sih tu orang, amit-amit gue jangan Sampek berjodoh sama manusia seperti itu ya Tuhan"
***
Seseorang menggedor-gedor pintu rumah Mila.
"Ehh sayang kamu udah datang?? Aku kangennnn banget loh sama kamu"
"Lo apa-apaan sih?" Pria itu kesal.
"Kenapa sih sayang? Datang-datang malah marah-marah gak jelas"
"Gak usah peluk gue, gue jijik banget yah sama Lo"
"Jangan marah-marah gitu dong, nanti Dede bayi nya nangis"
"Gak usah ngelantur yah anjir"
"Apa sih salah aku?" Tanya Mila.
"Lo bisa gak sih, gak usah bersikap kekanak-kanakan kayak tadi?"
"Maksud kamu apa sih, aku gak ngerti"
"Kenapa bilang kalau Lo punya pacar sih? Lo udah buat Shan penasaran"
"Penasaran yah? Bagus dong sayang. Kenapa?? Justru kalau dia tau makin bagus kan? Hubungan kalian bisa berakhir dan kamu hanya fokus ke aku"
"Denger ya Mila, kita gak punya hubungan apapun. Itu semua cuman kecelakaan"
"Kecelakaan kamu bilang?? Kita ngelakuin itu dengan sadar yah Raka, gak mabuk sedikitpun"
"Lo yakin?? bukannya Lo ya yang naruh sesuatu ke minuman gue?"
"Kalau kamu masih ngotot mau ngejauhin aku, lihat aja nanti apa yang bakal aku lakuin ke Shan"
"Gak usah gila Lo"
"Raka aku tuh cinta banget sama kamu, aku bahkan udah ngelakuin apa aja demi kamu"
"Satu aja Mila, satu aja.... Tolong kali ini jauhin gue dan Shan"
"Kalau aku gak mau?"
"Gue gak akan pernah temuin Lo lagi dan gue gak akan bertanggung jawab"
"Kok kamu gitu sih?" Mila kecewa.
"Karena emang kita gak punya hubungan apa-apa"
"Tega banget kamu Raka, aku hamil anak kamu loh. Darah daging kamu"
"Bisa aja kan itu anak orang lain?"
***