Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota metropolitan, adalah seorang pemuda yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bullying. Setiap hari di kampusnya, ia menjadi sasaran ejekan teman-teman sekampusnya, terutama karena penampilannya yang sederhana dan latar belakang keluarganya yang kurang mampu. Namun, segalanya berubah ketika sebuah insiden tragis hampir merenggut nyawanya. Dikeroyok oleh seorang mahasiswa kaya yang cemburu pada kedekatannya dengan seorang gadis cantik, Calvin Alfarizi Pratama terpaksa menghadapi kegelapan yang mengancam hidupnya. Dalam keadaan putus asa, Calvin menerima tawaran misterius dari sebuah sistem Cashback yang memberinya kekuatan untuk mengubah hidupnya. Sistem ini memiliki berbagai level, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, di mana setiap level memberikan Calvin kemampuan dan kekayaan yang semakin besar. Apakah Calvin akan membalas Dendam pada mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayya story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Sang Ibu & Rencana Besar
Saat malam mulai menjelang, Calvin akhirnya pulang setelah seharian mengatur strategi dengan Aldo dan Samuel. Pikirannya masih dipenuhi rencana untuk menjatuhkan Gilang Prasetya, tetapi begitu ia masuk ke dalam rumah kontrakan sederhana itu, suasana hatinya berubah.
Di dalam, ibunya, Bu Rina, duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius. Matanya menatap Calvin dengan tajam, seolah mencoba membaca pikirannya.
"Kamu dari mana saja, Nak? Akhir-akhir ini sibuk sekali. Ibu hampir tidak pernah melihatmu istirahat di rumah," tanya Bu Rina dengan nada penuh selidik.
Calvin tersenyum tipis, mencoba meredakan kekhawatiran ibunya.
"Aku kerja, bu. Lagi banyak proyek yang harus diurus."
"Kerja apa?" Bu Rina menatapnya curiga. "Dulu kamu bilang jualan keripik, sekarang tiba-tiba sibuk ke sana kemari. Kamu bahkan jarang makan di rumah. Jangan-jangan kamu terlibat sesuatu yang berbahaya?"
Calvin terdiam sejenak. Ia tahu ibunya tidak akan mudah percaya dengan jawaban asal-asalan. Tapi ia juga tidak bisa langsung mengatakan bahwa ia sekarang seorang pebisnis kaya raya yang sedang melawan taipan properti.
"Aku jualan online, Bu. Sekarang aku juga mulai coba investasi kecil-kecilan di properti," jawab Calvin setenang mungkin.
Bu Rina mengernyit.
"Investasi properti? Bukannya itu butuh modal besar? Dari mana kamu dapat uangnya?"
Calvin menghela napas. Ia sudah memperkirakan pertanyaan ini. "Awalnya, aku dapat untung besar dari jualan online, lalu aku putar ke bisnis lain. Aku juga punya beberapa kenalan yang membantuku. Tenang saja, Bu, ini semua halal dan aman."
Bu Rina masih tampak ragu, tetapi ia tidak ingin terlalu menekan putranya. "Ibu hanya takut kamu terjerumus ke jalan yang salah, Nak. Kamu tahu sendiri, banyak orang yang tergiur uang cepat dan akhirnya berbuat sesuatu yang tidak baik."
Calvin menggenggam tangan ibunya. "Aku janji, bu. Aku tidak akan melakukan hal yang melanggar hukum atau mencoreng nama baik keluarga."
Bu Rina menghela napas panjang. "Baiklah... Ibu percaya sama kamu. Tapi kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita ke ibu, ya karena sekarang kita hanya tinggal berdua setelah kematian ayahmu."
Calvin tersenyum dan mengangguk. "Tentu bu,Calvin pasti akan selalu cerita ke ibu jika memang ada yang mau Calvin ceritakan"
Namun, percakapan itu membuatnya berpikir. Ia sudah memiliki lebih dari Rp 500 miliar di saldo cashback, tetapi ia masih tinggal di rumah kontrakan kecil ini. Jika ia ingin menjaga citranya dan membuat ibunya tidak curiga, ia harus segera pindah ke tempat yang lebih layak.
Rencana Membeli Rumah Mewah
Malam itu, Calvin membuka sistemnya dan mulai mencari properti yang sesuai. Adrian, asisten sistemnya, muncul dalam bentuk hologram di depannya.
"Tuan Calvin, Anda mencari rumah baru?" tanya Adrian dengan nada profesional.
"Ya. Aku butuh tempat tinggal yang lebih layak, tapi tetap tidak terlalu mencolok. Aku ingin ibuku merasa nyaman, tapi tidak curiga kalau aku tiba-tiba punya banyak uang."
Adrian mengangguk.
"Baik. Saya akan menyusun beberapa opsi properti yang cocok dengan kriteria Anda."
Beberapa detik kemudian, daftar properti muncul di layar sistem:
Rumah Minimalis Modern di Kawasan Elit
- Harga: Rp 7 Miliar
- Luas Tanah: 400 m²
- Fasilitas: 4 kamar tidur, kolam renang kecil, keamanan 24 jam.
- Kelebihan: Mewah tapi tidak terlalu mencolok.
Villa Eksklusif di Pinggiran Kota
- Harga: Rp 12 Miliar
- Luas Tanah: 800 m²
- Fasilitas: Taman luas, area gym, garasi untuk 4 mobil.
- Kelebihan: Nyaman untuk keluarga, cocok untuk investasi jangka panjang.
Mansion Klasik di Pusat Kota
- Harga: Rp 25 Miliar
- Luas Tanah: 1.500 m²
- Fasilitas: Kolam renang besar, ruang tamu luas, interior mewah.
- Kelebihan: Simbol status sosial yang tinggi.
Calvin berpikir sejenak. Mansion di pusat kota memang terlihat menarik, tapi terlalu mencolok. Ia tidak ingin tiba-tiba jadi sorotan orang-orang. Villa eksklusif juga bagus, tapi mungkin ibunya akan curiga.
Akhirnya, ia memilih Rumah Minimalis Modern seharga Rp 7 Miliar.
"Ambil rumah yang pertama, Adrian. Pastikan pembeliannya berjalan mulus tanpa menimbulkan kecurigaan," perintah Calvin.
[Ding! Pembelian Properti Berhasil!]
[Sisa Saldo Cashback: Rp 493.000.810.000]
[Selamat Anda telah mendapatkan Chasback Rp.70.000.000.000]
[Saldo Chasback:Rp 563.000.810.000]
Calvin tersenyum puas,hanya dalam waktu singkat dia menjadi seorang triliuner.
Dalam beberapa hari, ia akan bisa membawa ibunya ke rumah baru yang jauh lebih nyaman.
Ancaman dari Gilang Prasetya
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Keesokan harinya, saat Calvin sedang sarapan dengan ibunya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
{???}: Kau pikir bisa mengambil tempat di dunia bisnis begitu saja? Kau tidak tahu siapa yang sedang kau lawan, bocah. Berhentilah sebelum semuanya terlambat.
Calvin membaca pesan itu dengan ekspresi datar. Ia tahu ini pasti dari orang-orang Gilang Prasetya.
Seolah tak cukup, panggilan masuk dari Aldo menyusul.
"Calvin, kita punya masalah. Seseorang mencoba menghambat proyek properti kita. Perizinan tiba-tiba bermasalah, dan ada beberapa pejabat yang mendadak menarik dukungan mereka," kata Aldo dengan nada tegang.
Calvin mengerutkan kening.
"Jadi Gilang mulai menyerang, ya?"
"Benar. Aku yakin ini ulahnya. Dia mencoba menjegal kita sebelum proyek kita benar-benar berjalan," jawab Aldo.
Calvin tersenyum sinis.
"Kalau dia mau main kotor, aku akan membalasnya dengan lebih keras."
Aldo terkekeh.
"Itu yang ingin kudengar. Apa rencanamu?"
Calvin menatap lurus ke depan.
"Kita akan cari bukti kecurangannya. Gilang pasti punya banyak proyek ilegal. Begitu kita mendapatkannya, kita akan buat dia jatuh dari kursinya."
Aldo tertawa.
"Aku suka caramu bermain, bro. Aku akan mulai mengerahkan orang-orangku untuk mencari informasi."
Setelah menutup telepon, Calvin menghela napas.
Pertarungan sebenarnya baru saja dimulai.
Ia menatap ibunya yang masih sibuk menyantap sarapannya. Untuk melindungi ibu dan masa depannya, ia harus menang.
Dengan tekad bulat, Calvin bersiap mengambil langkah berikutnya dalam perang melawan Gilang Prasetya.
Setelah menutup telepon, Calvin duduk diam sejenak. Pesan ancaman dari Gilang dan laporan dari Aldo membuatnya sadar bahwa permainan ini akan semakin brutal. Jika ia tidak bergerak cepat, bisnis yang baru ia bangun bisa runtuh sebelum berkembang.
Namun, sebelum ia bisa menyusun strategi lanjutan, ibunya menatapnya dengan curiga.
"Kamu kenapa, Nak? Dari tadi serius sekali," tanya Bu Rina sambil meletakkan sendoknya.
Calvin mengangkat kepala dan tersenyum kecil.
"Nggak apa-apa, Bu. Ada urusan bisnis yang sedikit rumit."
Bu Rina menghela napas.
"Ibu tahu kamu bekerja keras, tapi jangan sampai terlalu terbebani. Kesehatan lebih penting, Nak.Dan kapan kamu akan Wisuda apakah sudah?"
Calvin mengangguk.
"Iya, Bu. Aku janji akan menjaga diri.Masih lama Bu,saat ini Calvin sedang mengerjakan skripsi"
Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa perang ini baru saja dimulai.
Setelah sarapan, Calvin menuju apartemen Aldo untuk rapat dadakan. Samuel juga sudah hadir, ekspresinya tampak serius.
"Gilang tidak main-main, Calvin," kata Samuel membuka pembicaraan.
"Dia punya koneksi kuat di birokrasi, makanya perizinan kita tiba-tiba ditarik."
"Dan ini bukan hanya soal proyek properti," tambah Aldo.
"Beberapa investor mulai ragu dan menarik dana mereka karena mendengar gosip bahwa kita terlibat masalah."
Calvin mengetuk meja, berpikir keras. "Kita harus melawan dengan cara yang lebih cerdas. Gilang mungkin kuat, tapi aku yakin dia punya banyak celah."
Samuel menyeringai. "Kamu punya rencana?"
Calvin mengangguk.
"Cari tahu semua proyek ilegalnya. Gilang bukan orang bersih. Dia pasti punya bisnis gelap yang bisa kita bongkar."
Aldo mengangguk setuju.
"Aku akan menugaskan beberapa orang untuk menggali informasi dari orang-orang dalam perusahaannya."
Samuel bersandar ke kursinya. "Sementara itu, kita juga harus menenangkan para investor. Aku bisa berbicara dengan beberapa dari mereka, tapi kita butuh sesuatu yang meyakinkan."
Calvin tersenyum tipis. "Aku akan menangani itu. Percayalah, begitu kita menjatuhkan Gilang, kita tidak butuh investor lagi.aku akan menjadi investor utama disini"
Samule dan Aldo saling memandang dalam keterkejutan,mereka tidak habis pikir bagaimana seorang mahasiswa bisa menjadi investor utama.
Samuel menatap Calvin dan mulai bertanya,
"Calvin kami tidak tahu bagaimana bisa kamu bisa bilang akan menjadi investor utama untuk perusahaan ini,modal awal mu memang 5 miliar tapi ini tidak cukup. Kita setidaknya butuh modal ratusan miliar untuk menjadikan perusahaan ini semakin besar"
"Samuel benar Calvin,sedangkan maaf. Kamu juga tahu jika kamu memulai bisnis ini dari jualan keripik dan dapat untung besar,namun yang kita butuhkan bukan cuma miliaran atau puluhan miliar jika kita ingin memperluas skala Besar usaha ini" ujar Aldo menimpali
Calvin hanya tersenyum tipis,tanpa menjelaskan banyak.
"Aku minta no rekening Perusahaan,agar aku bisa mengirim uangnya pada kalian"
Ucap Calvin dengan suara yang tenang.
*Bersambung...*