Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa cemburu dewi.
Dua hari pun berlalu, pagi harinya Evan mendapat pesan dari caca jika dia akan pulang dan mengharap Evan dapat menjemputnya di bandara. Terlihat evan berjalan sedikit lunglai saat keluar dari dalam kamarnya menuju ke arah meja makan, dewi yang dari tadi sudah menunggu Evan dan duduk manis di sana menegur kekasih sekaligus kakaknya tersebut.
“Kenapa kak… apa kakak sakit….?”
Seketika pandangan mata bik surti yang juga berada di situ teralihkan menatap Evan.
“Sepertinya den Evan kurang tidur ya… tuh kantong matanya terlihat sangat jelas.”
Ucap bik surti melihat wajah Evan, dewi memperhatikan wajah Evan dnegan seksama. Rasa kawatir tiba tiba dewi rasakan, melihat Evan yang tak seperti biasa.
“Kita sarapan dulu, setelah itu kakak antar kamu ke sekolah.”
Evan membalikkan piring yang telah tersedia di depannya, dengan perlahan dia menggambil dua potong sanwich dan segera memakannya. Melihat Evan yang memakan sarapannya dewi pun segera menghabiskan sarapannya yang masih tersisa setengah, mereka makan dengan suasana yang terasa hening.
“Kak… nanti sepertinya aku pulang agak sorean, ada kerja kelompok di rumah Sinta.”
Tatapan Evan teralihkan seketika melihat dewi yang dengan santai menikmati sarapannya, dewi yang merasakan Evan menatapnya membalas menatapnya.
“Apakah harus kamu kesana….?”
“Iya kak, kalau sudah selesai aku akan pulang dengan Sinta. Jadi kakak tidak usah menjemputku, oh iya… nanti sore Kakak mau jemput kakak caca bukan.”
Mendengar ucapan dewi Evan merasa sangat kesal, dipikirkan Evan saat ini menebak apa dewi cemburu dan belajar kelompok hanya sebagai alasan saja.
“Kakak akan menjemput kamu selepas kakak antar caca, jadi kamu tidak usah kemana mana.”
Kata kata yang Evan ucapkan seperti memberi perintah ke dewi agar menuruti keinginannya, tapi dewi segera mengelengkan kepalanya. Dia sangat ingin menghindari Evan untuk hari ini, kecuali pagi ini.
“Tolong kak beri aku kebebasan kali ini, aku juga butuh waktu berkumpul dengan teman temanku kak.”
Dewi berharap Evan mau mengerti dan menuruti permintaannya, sejujurnya dewi sangat cemburu dengan Evan yang akan menjemput caca di bandara sore ini. Tapi dia juga harus sadar diri akan hubungan mereka saat ini, hubungan back street yang dewi inginkan.
“Hmm… baiklah.”
Evan terpaksa menyetujui permintaan dewi, walau dengan penuh keterpaksaan.
Setelah selesai sarapan Evan mengantarkan dewi terlebih dahulu sebelum berangkat kuliah, Susana di dalam mobil tidak seperti biasa. Dewi hanya diam dan melihat ke samping kirinya, pemandangan yang terlihat membuat hati dewi terasa melupakan sejenak akan rasa cemburunya.
“Sayang…”
Evan memegang tangan dewi yang berada di atas paha dewi, sontak pandagan mata dewi menoleh melihat Evan yang sekilas melihatnya. Evan juga harus fokus melihat ke arah depan, karena posisinya yang masih menyetir.
“Hmm…”
“Apa kamu cemburu kalau aku menjemput caca nanti di bandara, apa sebaiknya kamu ikut aku.”
“Tidak kak, aku tidak enak dengan kak caca jika aku ikut menjemputnya. Kalian juga punya privasi sendiri, jika ada aku kalian …”
“DEWI…”
Bentak Evan yang merasa geram dengan ucapan dewi, dia tidak suka jika dewi seperti itu. Sedangkan hubungan Evan dan dewi saat ini adalah sepasang kekasih, walau hubungan mereka masih berjalan selama beberapa hari.
“Maaf sayang, aku mengejutkan kamu.”
Evan yang melihat jam di audio mobilnya pukul 06.15, tiba tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang terlihat masih sangat sepi. Dia ingin menyelesaikan semuanya, agar kekasih bocilnya ini tidak merasa cemburu lagi akan kedekatannya dengan caca.
“Kak kenapa berhenti disini, nanti aku bisa terlambat.”
“Kita harus menyelesaikan semuanya sayang, aku tidak ingin kamu berfikiran macam macam tentang hubunganku dengan caca. Kamu tahu sayang, aku akan memutuskan hubunganku dengan caca, aku tidak ingin memberi harapan palsu untuk dia. Aku hanya ingin ada nama kamu yang mengisi hari hariku untuk saat ini dan untuk tahun tahun selanjutnya, apa kamu bersedia. Dan aku juga akan bilang dengan om dan tante, jika aku mencintai kamu”
Dewi membelalakkan matanya dengan sangat sempurna, dia tidka menyangka jika Evan akan senekat ini. Entah apa yang ada di pikiran Evan, jika dia benar benar mengatakan hubungannya dengan kedua orang tuanya entah apa yang akan terjadi nanti.
“Kak jangan gila deh, bisa bisa kamu akan di usir dari rumah jika melakukannya.”
“Aku tidak perduli sayang, aku terlalu takut kamu meninggalkanku. Aku terlalu sayang dengan kamu, aku tidak ingin kamu menjauhiku.”
Mendengar Evan yang terdengar serius, dewi merasa sangat iba. Dewi melihat kebenaran dan keseriusan di mata Evan, dia tidak melihat adanya kebohongan di kedua mata Evan.
Air mata dewi tidak dapat di bendung lagi, dengan lancangnya dan tanpa permisi keluar dari pelupuk mata dewi. Evan yang melihatnya dengan segera memeluk kekasihnya, dia ingin menenangkan kekasih bocilnya yang terlihat sangat sedih karena ulahnya.
“Aku juga sayang kakak, aku tidak ingin kakak meninggalkan ku.”
Suara dewi terdengar terbata dan sangat berat, karena bersama an dengan isakan bercampur keluarnya air matanya.
“Aku juga cinta sama kamu sayang, aku tidak ingin kamu meninggalkanku. Aku teramat sayang sama kamu.”
Evan berulang kali mencium rambut dewi dengan sayang, harum rambut dewi dapat Evan rasakan, bau stowbery dari rambut dewi dapat Evan cium.
Dewi yang sudah merasa tenang dengan perlahan melepaskan pelukannya, dia menatap Evan. Dengan perlahan Evan mendekati wajah dewi dan dengan perlahan melumat bibir kekasihnya, rasa mentol dapat dewi rasakan ketika mereka berbagi saliva.
Satu menit, dua menit, dan sampai lima belas menit mereka saling bertukar saliva, ciuman Evan membuat dewi di atas awan. Begitu juga Evan, dia tidak ingin melepaskan lumatan dari bibir dewi.
Dewi yang merasa sudah kembali tenang melepaskan bibirnya dari lumatan Evan, dia tidak ingin pagi ini terlambat karena ulah Evan dan dirinya.
“Sepertinya aku harus segera berangkat kak, aku tidak ingin telat sampai di sekolahan.”
“Hah…”
Terdengar Evan menghela nafasnya, dia harus memaklumi dan menyadari jika dewi saat ini harus sekolah dan sebentar lagi bel masuk pun akan berbunyi.
“Baiklah, aku akan jemput kamu nanti di rumah Sinta. Malam ini kita akan menginap di apartemen kakak, kamu harus mau dan tidak bisa menolak permintaan kakak.”
Dewi mengangukan kepala, dia juga tidak bisa menolak jika itu sudah menjadi perintah Evan untuk dirinya.