Perjodohan
Terdengar klasik tapi masih banyak praktik tersebut di tengah masyarakat. Capella Permata Adityawarman, gadis 23 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya dan bekerja sebagai jurnalis. Capella sudah dijodohkan saat ia kecil dengan Mahen. Kedua orang tersebut saling mencintai. Sebentar lagi Mahen dan Capella akan menikah, namun beberapa hari lagi pesta yang akan diselenggarakan berubah kacau saat Mahen menjadi tersangka pemerkosaan dan pembunuhan. Capella ingin membatalkan pernikahan itu dan orangtua Mahen yang terlanjur menyukai Capella serta persiapan pernikahan 90% memaksanya menikah dengan anak bungsunya yang super dingin dan nakal, Januari Harrisman Trysatia, pemuda yang masih 19 tahun. Capella harus menikahi Januari yang jauh di bawahnya dan masih labil.
"DASAR PELACUR!!" Januar meludahi Capella di depan orangtunya.
"JANUARI! DIA ISTRIMU!" teriak Megan kepada anak bungsunya.
"Sampai kapan pun gue tidak akan pernah menganggap lo istri." Januar mendorong Capella.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Capella dan Januar menunggu Mahen keluar di ruang tunggu. Ketika Mahen tengah berjalan menghampiri mereka dan wajah Capella tak bisa menyembunyikan raut kesedihannya.
Ia pernah berjanji tak akan menemui Mahen lagi namun kali ini Capella tak bisa memenuhi janji itu. Hatinya benar-benar teriris dan sangat sakit melihat laki-laki tersebut dalam kondisi yang sangat menggenaskan dan juga tidak terurus.
Tampak wajah Mahen sangat bahagia melihat kedatangan Capella dan adiknya. Ia tak pernah membenci Januar, dan hanya Januar yang tak bisa menganggapnya dan selalu merasa diduakan olehnya.
Selama ini tidak ada yang mengunjungi Mahen. Ia pikir tidak ada yang peduli dengannya. Mahen tak masalah dan berusaha untuk menerima semua kenyataan itu pada waktu tersebut.
"Kau datang," ucap Mahen pelan dan senyum di wjahanya membuat Capella merasa sangat bersalah pernah mengatakan kata-kata yang sangat menyakitkan waktu itu. "Januar, kamu sungguh datang menjenguk ku?" tanya Mahen terharu.
Capella menatap Januar di sampingnya. Pria itu tampak tak peduli dengan ucapan Mahen yang sangat bahagia namun ia mengabaikannya.
"Mahen," lirih Capella.
"Kau masih dekat dengan keluarga ku? Kamu akan menikah dengan ku dan masih mau menerima ku?" tanya Mahen penuh semangat namun nyatanya hal itu malah membuatnya makin sakit hati saat Januar menatapnya tajam dan mengatakan jika ia dan Capella sudah menikah.
"Kau ingin menikahinya? Salah mu karena telah membunuh orang hingga posisi mu di pelaminan aku yang merebutnya," ucap Januar spontan.
Capella menitikkan air mata. Di sini ia bingung hendak membela siapa. Ia sudah berjanji kepada Januar untuk membuka hatinya dan melupakan Mahen. Tapi ia juga tidak tega melihat Mahen, karena Capella tahu pria itu sangat mencintainya dan ia tak akan bisa mendengar berita tersebut.
"Apa yang kau katakan?" Memandang Capella spontan, "Capella?" Mahen tampak mencari kebenaran dari ucapan Januar.
"Maafkan aku. Aku dipaksa Bunda, dan sekarang aku juga belajar untuk membuka hati menerima Januar."
"Ella katakan semua ini bohong? Kenapa? Kenapa kalian sangat tega? Aku dijebak, dicekoki minuman beralkohol dan aku ketakutan saat itu hingga aku membunuhnya tanpa aku sadar, tapi tidak ada yang peduli dengan pernyataan ku, dan menganggap pembunuh tetaplah pembunuh. Dan sekarang orang yang paling aku cintai juga pergi meninggalkan diri ku."
Ucapan Mahen membuat Capella terdiam dan sangat terkejut. Ia menatap Januar yang tampak biasa saja.
"Mahen itu benar?"
"Iya. Teman-teman ku terlalu jahat, aku tak bisa menjebloskan mereka. Tapi aku sekarang sudah Ikhlas," ucap Mahen pelan dan tertawa pedih. "Pergilah, aku memang ditakdirkan untuk merasakan sakit dan menderita."
Capella menggelengkan kepala dan ia menyentuh tangan Mahen yang tampak sangat menderita dan juga menyedihkan. Namun Januar menarik tangan Capella dan membawa Capella keluar. Dari tadi ia menahan cemburu.
Mahen kemudian dibawa kembali ke dalam sel. Ia melangkah masuk dan membiarkan polisi mengurungnya.
Mahen terduduk di lantai dingin penjara itu sembari menyandarkan tubuhnya menahan rasa sakit yang diciptakan manusia.
"Kenapa aku menjadi orang yang paling tidak beruntung?"
Ada tahanan lain yang menghampirinya dan menepuk pundak Januar dengan penuh keyakinan.
"Ada apa dengan mu? Kau tampak sangat sedih?"
"Semua orang tidak adil. Aku masuk ke dalam penjara karena orang lain yang menjebak diri ku tapi polisi dan hakim tidak mempedulikan jika ada orang lain yang membuat ku seperti ini. Kemudian kekasih ku diambil adikku sendiri."
Tahanan tersebut terkejut mendengar cerita Mahen yang memang sangat menggenaskan dan juga ia adalah tahanan yang paling tidak dipedulikan di penjara ini.
"Aku tahu dan mengerti diri mu sekarang. Dunia memang tidak adil, tapi tidak kah kamu merasa curiga semua ini bisa saja ulah adik mu, dia menikah dengan kekasih mu, bisa saja dia mengincar kekasih mu dan orang yang telah membuat mu seperti ini. Aku hanya menebak saja, jangan dianggap serius."
Mahen pun terkejut dan mengingat kembali ketika Januar mencium Capella di depannya dan sangat bangga. Mahen juga tahu jika itu adalah ciuman pertama Capella.
"Tidak, tidak mungkin. Januar tidak mungkin sebenci itu pada ku. Dia tidak menyukai Capella dia bahkan selalu menghina Capella.
"Kan itu hanya dugaan dan tak usah dianggap serius, kenapa kau tampak sangat serius. Santai saja."
Mahen menangis di dalam penjara itu. Jika benar itu adalah ulah Januar, Mahen benar-benar tak bisa menoleransi Januar kali ini.
"Bahkan semua yang kau inginkan aku berikan, kenapa kau mengkhianati ku, dari dulu kamu menganggap akulah yang mengambil kebahagiaan mu, tapi ketika aku memberikan kebahagiaan itu pada mu tapi kau sendiri yang menolaknya." Mahen tersenyum tipis kepada teman tahanannya. "Terima kasih sudah membuka pikiran ku."
"Sama-sama."
_____________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.