Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 35
Di sebuah apartmen mewah dan berbintang di Kota Z. Ansella tengah memakai pakaiannya yang semalam. Gaun merah seksi sebatas paha dan dengan belahan di dada yang berani tanpa lengan.
"Kau sudah mau pergi?" Seorang pria mengusap matanya karena baru bangun dari tidur nyenyaknya.
Ansella tersenyum.
"Iya Tuan, saya harus pergi karena waktunya sudah habis."
"Pergilah sebentar lagi dan aku akan menambah komisi untukmu. Kemari." Perintah pria itu menggunakan isyarat tangannya.
Ansella kemudian naik lagi ke atas ranjang dan duduk di atas paha pria yang bertelanjang di tutupi selimut.
"Anda tidak lelah?" Tanya Ansella.
Pria itu tertawa.
"Apa anda benar-benar tidak lelah? Semalaman anda telah memgeluarkan banyak energi, seharusnya hari ini anda tidur bukan?"
"Aku bukan kelelawar, aku tidak bisa tidur di siang hari, daripada tidur aku lebih suka menyalurkan energiku lagi." Kata Pria itu sembari membelai kedua lengan dan paha Ansella dengan mata yang nakal.
Tok Tok Tok!
"Tuan Carlos, hari ini jadwal anda menemui Tuan Benjove Haghwer di mansionnya."
Terdengar sekretaris memberitahu dari balik pintu kamar.
"Oke." Kata Carlos dan tersenyum pada Ansella.
"So... Aku harus pergi, lain kali aku akan menambah jam, karena ini kesalahanku lupa jadwal, aku tetap akan memberikan komisi tambahan."
"Eee... Tuan... Bagaimana jika saya ingin berkompromi, mengenai komisinya, bisa kah saya mengganti itu dengan ikut bersama Tuan hari ini." Kata Ansella.
Carlos mengerutkan alisnya dan ragu, ia berfikir bahwa itu adalah sesuatu hal yang mungkin tidak bisa, karena aturan rumit yang ada di mansion Ben.
"Jika anda mengajak saya hari ini, saya akan berikan layanan gratis." Kata Ansella.
"Akan ku coba, tapi kau tahu orang yang akan ku datangani dia sangat rumit, siapapun yang berkunjung ke mansionnya, di larang membawa wanita, ku rasa itu sulit."
"Ayolahh Tuan... Anda belum mencobanya." kata Ansella memainkan jarinya di dada Carlos.
"Oke... Baiklah." Kata Carlos tersenyum.
Kemudian Ansella hendak turun dari ranjang, namun dengan cepat Carlos menarik Ansella dan membuat Ansella kembali duduk di atas paha Carlos.
"Kau... Memang luar biasa." Carlos mencium Ansella dengan rakus.
Tiba-tiba Ansella mendorong pelan tubuh Carlos.
"Anda akan terlambat Tuan."
"Oke... Kau juga bersiaplah." Kata Carlos.
Perjalanan menuju Mansion Benjove tidak memakan waktu lama, hanya perlu setengah jam dari apartmen milik Carlos.
Saat akan masuk ke dalam mansion, mobil limousin milik Carlon di hentikan oleh para pengawal di depan gerbang mansion.
"Mohon maaf Tuan, kami hanya menjalankan tugas dari Tuan Benjove bahwa tidak di perbolehkan membawa wanita ke dalam Mansion. Apa anda membawa wanita? Silahkan untuk menyuruhnya turun dan menunggu di tempat yang sudah kami sediakan." Kata pengawal itu dari balik pintu mobil Carlos.
Saat itu Ansella bersembunyi di bawah kursi dan menundukkan kepala serta punggungnya.
"Kau lihat sendiri, aku tidak membawa wanita." Kata Carlos tersenyum.
"Baik Tuan, kami akan membuka kan gerbang untuk anda."
Kemudian gerbang besar yang kokoh dan kuat secara perlahan terbuka.
Mobil pun mulai masuk dan berjalan pelan.
Ansella kemudian kembali duduk dengan cemberut.
"Astaga Tuan... Punggung saya sakiitt..." Keluh Ansella dengan manja.
"Ini syarat kau bisa ikut, apa perlu aku menciumnya atau membelainya?" Kata Carlos nakal.
"Tuan bisa saja..." Kata Ansella menarik dasi Carlos dan mencium pipo Carlos.
"Kita sudah sampai kau hatus di sini dan jangan kemana-mana, jika kau keluar dan ketahuan bukan hanya kau yang akan terkena masalah, aku juga. Benjove adalah pria yang sulit di kendalikan, dia sanga kejam dan semaunya sendiri."
"Oke. Anda tenang saja saya akan menunggu di sini seperti kelinci yang penurut." Kata Ansella.
Carlos tersenyum dan keluar dari mobil, pria itu berjalan menuju halaman depan mansion yang luas.
Carlos memandangi puluhan mobil-mobil mewah dengan berbagai tipe dan jenis berjejer gagah di dalam garasi terbuka yang luas, seolah menggambarkan jika pemiliknya adalah pria dengan selera yang tinggi serta sangat sulit tentang tingkat kepuasan.
"Tuan Carlos mari saya antar ke belakang, Tuan Benjove telah menunggu anda." Kata Traver.
Ketika mereka menaiki buggy car, dan sampai di mansion belakang, Carlos sempat melihat ke atas mansion.
Saat itu seorang gadis cantik berambut panjang sedikit bergelombang, sedang berdiri di balkon mencari udara segar.
Jantung Carlos berdesir tidak karuan, bahkan berulang kali ia menekan kedua matanya dan menguceknya. Apakah dia salah melihat.
Ketika Carlos menutup mata dan membukanya, gadis itu telah menghilang dan tak ada lagi di balkon.
"Astaga... Apa mansion ini berhantu?" Tanya Carlos pada Traver.
Saat itu Traver duduk di samping supir dan menengok ke belakang melihat Carlos.
"Maksudku, aku baru saja melihat malaikat... Ahh... Bukan dia bidadari, tidak mungkin jika dia hantu, karena dia sangat cantik, rambutnya panjang berwarna hitam, rambut itu seperti terasa halus seperti sutra jika di sentuh, lalu kulitnya sangat bening dan bercahaya, dia sangat cantik, matanya berwarna biru dan bibirnya astaga... Aku ingin..."
"Tuan Carlos kita sudah sampai." Kata Traver.
Carlos belum menyelesaikan kalimatnya, Traver segera memotongnya.
"Tapi kau belum menjawab...." Kata Carlos.
"Jangan katakan apapun yang anda lihat pada Tuan Ben, jika anda masih menyayangi mata anda."
Carlos hanya mengerutkan alis, dan dahi, mulutnya juga cemberut, ia tak mengerti apa maksud Traver.
Di tempat lain, Ansella melihat-lihat mansion milik Ben melalui kaca jendelanya.
Niat Ansella terselubung, saat sekretaris Carlos mengatakan bahwa Carlos hatus menemui Ben di mansionnya, ia selalu penasaran semua tentang Ben. Pada saat itu Ansella bertekad ia harus ikut dengan Carlos apapun caranya.
"Aku penasaran seperti apa kehidupan seorang Ben. Ternyata, mansionnya seperti istana kerajaan. Apakah Daisy ada di dalam sana? Aku semakin penasaran." Kata Ansella.
"Hmmm... Apakah aku harus turun dan mengeceknya?" Kata Ansella menggigit kukunya.
Kemudian Ansella melihat ke kiri dan ke kanan, ia membuka mobil di saat para pengawal sedang lengah, lalu ia mengendap-endap menuju bangunan mansion.
Ansella berjalan merayap seperti cicak dari dinding ke dinging, setiap ada pelayan yang lewat Ansella segera bersembunyi.
Dan pada akhirnya Ansella dapat masuk ke area mansion. Ansella berada di sebuah koridor besar penghubung mansion depan dan belakang.
Terlihat para pengawal lalu lalang dan berjaga kemudian Ansella bersembunyi di balik semak-semak.
"Nona Daisy, anda tidak bisa keluar dari kamar tubuh anda masih belum sehat."
Ansella tertawa kecil, mendengar nama Daisy di sebut.
"Nona Daisy kita harus kembali."
"Aku menjatuhkan benda berharga milikku Mena, aku harus mengambilnya." Kata Daisy.
"Biar saya dan para pelayan yang mencarinya."
"Tidakk.. Aku belum tenang jika aku tidak ikut mencari kalungku." Kata Daisy.
"Baiklah Nona seperti apa kalung itu?"
"Itu.... Itu kalung pemberian Tuan Ben, aku takut dia akan marah jika aku menghilangkannya." Kata Daisy.
"Dasar wanita murahan, dia setara dengan pelacurr dia sama sepertiku, maka Ben juga harus jadi milikku." Kata Ansella dengan suara rendah.
"Kepala pelayan, anda di panggil Tuan Traver katanya ada sesuatu yang sangat penting." Seorang pelayan berlari tertatih.
"Tapi...." Kata Mena.
"Tidak apa-apa Mena... Aku akan mencarinya sendiri." Kata Daisy tersenyum.
Mena kemudian melihat ke sekeliling, bahwa banyak pengawal dan penjaga sedang lalu lalang, lagi pula gerbang besar juga di jaga para pengawal, Daisy tidak mungkin bisa kabur.
"Kau jaga Nona Daisy di sini." Kata Mena pada pelayan yang mengabarinya.
"Baik Nona."
Setelah kepergian Mena Daisy mulai mencari kalungnya yang hilang.
Ansella melihat tubuh Daisy yang di penuhi luka lebam, luka gigitan serta bekas cupangg yang sangat banyak.
"Heii pelacurr rendahann..." Kata Ansella yang tiba-tiba berada di belakang Daisy.
Saat itu Daisy sedang berjongkok mencari kalungnya di rerumputan. Suara yang jelas tak asing di telinganya membuat tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak. Jantungnya tiba-tiba berdetak keras dan membuatnya sesak.
bersambung