Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naluri Papi
Perlahan semua bahan kue mulai di aduk oleh Aminah dalam wadah stainless. Gerakan tangan ke kiri dan ke kanan hingga memutar memanjakan kedua mata Papi nya, senyum yang melekat pada diri Aminah, semakin membuat Papi terasa nyaman berada di samping nya.
Dari gerak gerik nya, Aminah tampak terlihat begitu mencintai pekerjaan nya. Semua itu terlihat jelas oleh Papi Maher, dari cara menyatukan semua bahan serta mengaduk nya, begitu tenang cara nya dan penuh kehati-hatian.
Sesekali pandangan Papi tertuju pada tangan Aminah yang lembut, ia merasa bahwa Aminah salah satu Wanita yang ulet dan tekun. Lalu, selintas sebuah kalimat terukir dalam isi kepala Papi Maher.
Dapur adalah sebuah teman dekat yang dimana saling mengerti satu sama lain. Seolah yang di butuhkan nya selalu ada di samping nya tanpa harus bersusah payah mencari nya.
Kesibukannya membuat kedua Papi berkaca- kaca. Ia teringat masa-masa sulit sewaktu membangun sebuah Restoran kecil di Turki. Banyak lika liku saat berada di dapur untuk menciptakan sebuah Menu yang istimewa dan menjadi icon Restoran.
Batin Papi berkata, "Kamu begitu mirip dengan ku" sambil tersenyum kagum.
Tatapannya tak mengelak sedikit pun terhadap Aminah, ia berusaha menyatukan naluri nya dengan Aminah melalui bahan kue yang begitu khas wangi nya. Saat itu juga ia mulai merasakan sesuatu yang sulit untuk di jelaskan.
Kata Papi, "Boleh aku bertanya?"
"Ya silahkan, Kek" jawab Aminah menoleh nya dengan senyum sederhana.
"Sejak kapan kau bisa membuat kue-kue ini?!"
"Mmm .., aku juga kurang tahu sih Kek, yang jelas aku merasa yakin apa yang aku kerjakan, meski itu hal kecil sekali pun, aku yakin semua nya akan berjalan dengan mudah, asalkan kita tetap optimis, Kek!" Jelas Aminah.
Papi terkagum dengan perkataannya yang sama persis dengan diri nya sewaktu membuka Restoran bermodal kan keyakinan, bahwa diri nya mampu melakukan semua nya dengan mudah. Meski tak semudah membalikan cerita Dunia kuliner, asalkan diri nya tetap yakin dan optimis, pasti akan mudah menaklukkan Dunia kuliner itu.
Tak lama kemudian, kue Pancake pun berhasil di buat nya dan begitu cantik dari penampilannya serta mengeluarkan aroma yang menggugah selera.
Kata Papi sambil menghirup aroma pancake dengan santai, "Hmm ..., aroma ini begitu khas dan menggugah selera ku"
Aminah memerah malu atas pujian yang diterima nya. "Kakek bisa saja, aku jadi malu deh"
"Serius, Nak!Kakek benar-benar kagum sama kamu"
"Sudah Kek, jangan puji aku terus menerus, jadi salah tingkah nih aku"
Papi Maher tertawa tipis-tipis mengandung kebahagian yang sederhana.
"Boleh Kakek mencoba nya?" Katanya dengan wajah tak sabar ingin mengunyah pancake.
"Boleh lah"
Aminah lekas memotong pancake dengan sendok kecil dan segera menyuapi Kakek perlahan dan penuh kehati-hatian.
Kata Papi, "Astaga rasa kue ini begitu nikmat sekali"
Aminah pun tersenyum kembali dan selalu memerah pada wajah nya setelah mendapatkan pujian dari Papi Maher.
"Maher ..., tolong Papi" teriak nya kencang.
"Hah, Maher?" Batin Aminah bingung.
Maher pun lekas berlari menuju Papi serta Aminah. "Kenapa Pi?" Kaget nya atas teriakan nya.
"Kamu harus coba pancake ini, rasa nya benar-benar nyata" celetuk Papi nya.
"Dasar Papi, aku kira kenapa sampai teriak kencang!" Kecut Maher atas perilaku konyol Papinya.
"Hehehe ..., I m sorry Bos" canda nya dengan berbahasa inggris.
"Jadi kalian ini adalah ....?" Tanya Aminah tak mampu melanjutkan perkataannya dengan wajah serius menatap keduanya.
"Maaf ya Minah soal kelakuan kami berdua" Kata Maher dengan polos nya meminta maaf.
"Maher ...., kau ini selalu begitu ya, tadi kau mengakui kebohongan mu dan sekarang Papi mu ikut membohongi aku!" Kesal Aminah dengan mencibir bibir nya yang manja.
"Hehehe, maaf ya sayang"
Potong Papi, "Kenalkan aku Papi nya Maher, terima kasih ya sudah membuat Maher menjadi lelaki dewasa"
"Ishhh ..., aku jadi gak enak nih Maher, gimana aku jawab nya" kata Aminah menatap serius Maher.
"Ya kau katakan saja lah, Papi kan berada di depan mu" jawab nya sambil tersenyum lucu.
"Tapi kan Maher .." jawab nya memerah malu dan tubuh gemetar. "Please tolong aku lah, aku bingung jadinya" sambung kembali Aminah salah tingkah hingga kedua kakinya berjingkrak seperti anak kecil.
Kata Maher menghampiri nya lebih dekat sambil memeluk Aminah, "Tenang ya sayang, semua akan baik-baik saja"
"Kamu tuh, aku benar-benar malu di depan Papi mu, nyebelin banget sih" jawab nya dalam pelukan Maher sambil memukul dadanya dnegan lembut.
"Mmm ...., Romeo and Juliet nih" ejek Papi nya.
"Pi sudah lah, kasian Aminah, dia benar-benar malu nih"
"Ya, ya, ya, ya ..." balas nya dengan perasaan bahagia.
"Maafin aku ya Pi" kata Aminah sambil menahan air mata nya karena perasaan bercampur aduk.
"Ya Papi Maafin. Tapi, tidak lagi panggil aku Kakek ya!" Ujar nya merasa kurang nyaman dengan panggilan Kakek.
Aminah menganggukkan kepalanya sambil menahan malu atas sikap nya yang mungkin kurang sopan terhadap Papi nya.
"Oh ya, tugas Papi selesai. Jadi, nanti malam Papi tunggu kalian di rumah ya. Tapi ingat, jangan larut malam datang nya" kata Papi.
"Maksud Papi?" jawab Maher.
"Sudah jangan banyak protes"
"Hmm ..." gumam Maher.
Aminah hanya menelan air liur nya yang mulai terasa lengket, ia pikir ini terlalu cepat. Namun apalah daya, ia hanya bisa berdiam diri tanpa mengambil sikap.
"Oh ya Aminah, Papi beli semua Pancake yang kamu buat hari ini"
"Papi gak usah beli, makan sampai sepuasnya gak apa-apa kok" jawab Aminah mulai membaik dengan keadaannya.
"Tidak, itu hasil kerja keras mu. Jadi, Papi perlu membayar mahal kue yang kamu buat"
Aminah pun tak bisa menolak nya. Ia segera bertindak dengan cepat untuk membungkus semua Pancake. Dan Papi meminta Maher untuk segera menyelesaikan pembayaran pancake dengan harga tinggi.
"Robi ..." teriak Papi.
Robi lekas menyauti nya sambil berjalan "Iya Pi"
"Kamu bawa semua kue ke Mobil terus antar kan Papi kerumah cucu"
"Hah, cucu? Cucu siapa Pi?" Jawab Robi tak mengerti.
"Ya cucu Papi lah! Memang cucu kamu apa" kata nya dengan wajah konyol.
"Iyah maksud Robi, Papi sejak kapan punya Cucu?"
"Ya sejak sekarang lah!"
Aminah menatap serius Maher, ia mengira bahwa Papi nya mengetahui soal Umar anak nya dari Maher.
"Jadi maksud Papi itu, anak nya Aminah?" Tanya Robi dengan serius.
"Betul sekali, kita culik anak Aminah dan kita ajak keliling alam semesta yang indah ini" jawab nya penuh canda sambil berjalan untuk keluar Toko.
"Pi ..." kata Aminah menahan langkah Papi.
"Kenapa lagi Aminah?"
"Bisa lain waktu untuk mengajak anak ku!" Rayu Aminah dengan wajah panik.
Maher pun turut menyambung perkataan Aminah. "Iya Pi, nanti saja kan masih bisa"
"Hus, kalian tidak usah panik begitu, tenang saja, Papi sudah punya pengalaman cara menghadapi anak-anak"
"Tapi kan Pi ..." serentak kedua nya.
Arumi yang tak mengerti dengan pembicaraan mereka hanya sibuk melihat nya dengan wajah datar.
"Mereka itu kenapa sih? Kok segala bawa anak-anak sih" batin Arumi.
"Lets go Robi, antar Papi menjemput cucu kesayangan Papi" kata nya dan segera keluar Toko dan menaiki mobil bersama Robi sambil membawa kue Pancake yang terbungkus rapi.
Mari kita saling mendukung! Aku juga udah baca novel kakak.. sejauh ini baru baca 3 bab dan lumayan suka. Semangat terus ya nulisnya😊