Kisah bujang lapuk penjual celana kolor keliling yang memiliki kisah pahit bersama wanita, tiba tiba dihadapkan pada kejadian di mana dia harus menikahi tiga belas wanita secara bersama.
Kejadian apakah itu? Bagaimanakah ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meski Nikah Tanpa Cinta.
"Bagaimana rasanya ikut jualan?"
"Menyenangkan. Apa Mister tiap hari keliling di daerah ini?"
"Tidak. ke sini paling satu minggu sekali atau sepuluh hari sekali. Aku harus berpindah pindah tempat jualannya."
Si wanita nampak manggut manggut kemudian dia menyeruput es teh dalam bungkusan plastik yang dia minta pada laki laki yang sudah menjadi suamiya secara agama.
Meski mereka menikah tanpa adanya cinta tapi sepertinya pria yang akrab di panggil Jiwo itu sangat menikmati perannya sebagai seorang suami. Terbukti dari sikapnya yang lembut seperti tanpa ada beban.
"Di negara kamu, dulu kamu kerja apa, Num?" tanya Jiwo. Mereka saat ini duduk di depan pos ronda di desa yang berbeda.
"Hanya membantu orang tua berdagang. Sekolah aku tidak tinggi jadi ya, tidak memiliki pengalaman kerja selain pekerjaan rumah," jawab Anum sembari melempar senyum. Senyum yang di paksakan untuk menutupi kesedihannya.
Setiap kali teringat keluarga, hanya rasa sedih yang senantiasa bergelayut di hatinya. Sudah lebih dari enam bulan, wanita yang diberi nama Anum itu, tidak mengetahui kabar keluarganya sama sekali. Dulu saat terjadinya konflik, mereka terpisah saat dalam perjalanan mencari tempat aman. Anum terpaksa ikut kapal lain karena kapal yang membawa keluarganya tidak muat saat itu. Dari sanalah, Anum bertemu dengan wanita lain yang sekarang menjadi istri istri Jiwo juga.
"Tapi bahasa inggris kamu lancar? Apa disana kamu juga menggunakan bahasa inggris dalam keseharian?" tanya Jiwo guna mengalihkan ingatan sang istri tentang keluarganya. Tadi Jiwo menangkap ada raut sedih pada wanita itu saat dia bertanya tentang pekerjaan dan keluarga. Maka itu Jiwo memilih bertanya tentang hal lainnya agar istrinya tidak terlalu sedih.
Sekilas wanita itu tersenyum sambil menatap pria di sebelahnya. "Tidak. Aku belajar bahasa inggris karena aku pernah punya mimpi kerja di kedutaan. Sepertinya senang bekerja di negeri orang dalam hubungan pemerintahan."
"Wah! Cita cita yang bagus itu."
"Tapi sudah kandas hehehe ...."
Jiwo ikut tertawa sejenak. Ada rasa getir dalam suara tawa istrinya. Agar tidak larut dalam sedih, akhirnya Jiwo memutuskan berkeliling lagi ke tempat lain.
Sementara itu, Emak sedang menggiring semua menantunya keliling pasar. Dari lapak satu kelapak yang lain guna mencari dan membeli barang kebutuhan para wanita yang sudah di catat. Emak yang pada dasarnya adalah orang pasar, tentu saja menjadi sasaran empuk para pedagang untuk bertanya tentang para wanita yang ikut bersamanya.
Emak sendiri sebenarnya bingung mau jawab apa. Mau bilang menantu, tapi banyak banget. Mau bilang saudara, tapi mereka tidak lancar berbahasa indonesia. Bukannya Emak tidak mau mengakui mereka menantunya, tapi Emak malas menjelaskan kesetiap orang yang dia temui. Tiap ketemu orang yang Emak kenal pasti jawabannya akan sama. Makanya Emak malas nantinya akan ada pertanyaan lain yang menuntut Emak untuk menjelaskan.
Tapi gosip anaknya Emak yang menikahi tiga belas wanita itu sebenarnya udah banyak yang mendengar. Apa lagi tetangga Emak, banyak yang jualan di pasar juga. Jadi wajar, banyak yang makin penasaran.
Sekarang kita mau kemana, Mak?" tanya salah satu menantunya dengan menggunakan bahasa negara ini. Meski tidak lancar dan terkesan kaku, tapi itu merupakan perkembangan yang cukup bagus.
"Pulang," jawab Emak singkat dan kedua belas menantunya paham apa yang dimaksud Emak.
Mereka lantas berjalan kaki menuju ke arah jalan raya untuk mencari angkutan umum. Tidak banyak yang mereka beli di pasar. Mereka hanya membeli beberapa daster, kaos, celana santai, pakaian khusus wanita, pembalut dan alat rias sederhana. Mereka juga membeli kebutuhan dapur lainnya dan juga bahan dagangan untuk Emak.
Semua istri Jiwo merasa senang dengan kegiatan mereka hari ini. Meski hanya kepasar, tapi mereka cukup terhibur. Mereka bisa melupakan sejenak kemalangan yang mereka alami saat ini.
Di tempat lain juga, masih di hari yang sama.
"Bagaimana ini, Jo? Alasan apa lagi yang harus aku katakan pada Pak Suryo?" tanya Hendrik yang terlihat sangat khawatir.
"Bos, daripada bos selalu pusing begini dan kena marah Pak Suryo, kenapa Bos nggak coba dulu memantau tempat kejadian berita pernikahan yang kita baca tadi? Aku sih merasa yakin, mereka adalah orang kita cari," usul anak buah yang di panggil Bejo.
"Nggak mungkin lah, Jo. Bagaimana caranya mereka bisa sampai ke tempat yang sangat jauh. Apa lagi itu terjadi pada malam hari. Coba di pikir pake logika?" ucap Hendik ketus.
"Apa salahnya sih, Bos, dicoba? Kan kita bisa nyuruh orang menyelidikinya."
Hendrik seketika terdiam. Hatinya menggalau, tapi dia juga penasaran dengan apa yang dikatakan bejo. Hati Hendril saat ini benar benar sedang berkecamuk.
"Baiklah, coba kamu selidiki dan tanya tanya ke yang punya akun itu!" titah Hendrik pada akhirnya.
"Oke, Bos!"
...@@@@@@...
Kehaluan nya ga Nanggung 2...
yach.. namanya juga fantasi/Smug/