Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Tiket bulan madu.
Menginap di hotelpun hanya satu hari saja, Aira dan Edric mulai bersiap siap untuk pulang. Wanita berbulu mata lentik itu melihat wajah sang suami begitu muram, membuat bibir tipisnya ingin bertanya, tapi karena takut malah nanti menjadi bahan perdebatan, maka dari itu Aira lebih baik diam.
Kedua mata berwarna biru, melihat ke arah jalanan, dedaunan bergerak satu sama lain, seakan menari dikala angin berhrmbus kearah utara. Ingin rasanya sang raga berada di dekat dedaunan merasakan angin segar. Akan suasana sepi tanpa satu orang pun berada di sana.
Membayangkan duduk di bawah pohon, dengan menyandarkan punggung merasakan alam yang begitu indah dengan pohon-pohon menjuntai tinggi, daun berguguran membuat hati seakan damai dan tentram.
Masalah yang menumpuk pada kepala kian hilang, apalagi sekarang harus berhadapan lagi dengan ibu tiri bernama Dwinda itu. Sampai Aira melihat Edric begitu gelisa.
Dreet .... Ponsel Edric kembali berbunyi, membuat sang pemilik ponsel itu terlihat kesal. Tangan kanan mulai membanting ponselnya sendiri. Akan tetapi tertahan dengan pertimbangan yang amat berat. Karena data ponsel begitu berarti, jika di ganti, rasanya malas. Dan lagi Dwinda akan terus menganggu hidupnya.
(Hai, sayang. Mm. Gimana bulan madunya? Aku mengharapkan kamu cepat balik, oke. Biar terapi dan pengobatan kamu berjalan lagi seperti kemarin. Dan kamu bisa sembuh deh.)
Pesan Dwinda begitu terdengar gila, ia seperti pegawas saja bagi Edric. Pergi kemana pun selalu mengirim pesan. Terkadang seperti tak ada kerjaan sama sekali. Tentu saja membuat Edric terganggu.
Setelah sampai ke rumah. Aira melihat Edric keluar dibantu oleh sopir. dengan menaiki kursi rodanya. Sebenarnya Aira sedikit curiga dengan kelumpuhan suaminya itu.
Dwinda datang dengan senyumannya yang mengembang, terlihat sekali kepedulian sang ibu tiri pada Edric tak wajar. Membuat Aira benar-benar curiga dan ingin tahu di balik kebaikan ibu tirinya itu.
Menarik napas mengeluarkan secara perlahan, Edric berusaha tetap tenang, mengabaikan sang ibu tiri yang begitu perhatian dengannya. Sedangkan Ellad tetap terlihat jutek, semejak kejadian dimana pertengkaran Ellad dengan Edric terjadi.
Bagi Aira keluarga Ellad itu begitu Aneh.
Setelah masuk ke dalam rumah, semua keluarga berkumpul, Ellad mulai mempertanyakan tentang hotel yang sudah ia pesan untuk anak semata wayangnya. Karena dalam pernikahan bersama Dwinda Ellad tak mempunyai anak sama sekali, lelaki tua berambut putih itu tak tahu jika istrinya selalu menunda nunda, saat sang suami mengiginkan seorang anak.
"Bagaimana, apa kalian menikmati hotel yang Dadi sediakan. Jika kalian suka Dadi akan menghadiahkan tiket bulan madu untuk kalian ke Amerika. "
Mendengar perkataan Ellad, kedua mata Dwinda membulat, hawa pada tubuh yang tadinya dingin mendadak seperti tersiram air panas. " Papih, ini terlalu berlebihan. "
Aira melihat Dwinda tak menyukai apa yang dikatakan suaminya kepada sang anak. Terasa ada kecemburuan dan membuat Aira curiga jika sang ibu tiri, menaruh cinta pada Ceo muda yang mejadi suami Aira.
"Kenapa, melarang saya. Momyy, ini bagus dong." Tegas Edric. Yang tak suka dengan Dwinda menyela omongan ayahnya.
"Momyy, suka. Tapi apa kamu tidak akan malu membawa wanita norak ini, ke Amerika, rasanya itu keterlaluan dan pastinya memalukkan. "
"Jaga ucapan Momy, saya masih menghargai anda sebagai ibu tiri saya. Jadi tolong jangan pernah menghina Aira yang sudah sah menjadi istri saya. "
Ellad terdiam mendengar perdebatan anak kandungnya dan juga sang istri. Membuat kepala lelaki tua itu terasa pusing.
"Sudah Momy, tak usah melarang papih untuk menghadiahkan bulan madu untuk mereka berdua."
Ellad benar benar berubah mejadi sedikit kasar, membuat Dwinda merasa bosan dan ingin berpindah kelain hati. Muak dengan wajah tua dan tak lihai dalam urusan ranjang lagi. Padahal tubuh tegap Ellad begitu bagus. Tapi tenaganya sudah lemah dan tak membuat Dwinda puas.
Dwinda terdiam, melihat Aira tersenyum dan mengucap kata terima kasih.
"Kalian maunya kapan? "
Dengan sepontan mereka menjawab. " Besok. "
Ellad tak menyangka baru mereka menikah kemarin, kekompakan sudah terlihat. " Bagus kalau begitu, jadi kalian bisa secepatnya memberikan cucu untuk Dadi. '
Kedua insan yang baru saja menggelar penikahaan kemarin, kini menatap satu sama lain, mengatakan dengan gerakan mulut saja. " cucu. "
Bagaimana bisa mereka memberikan seorang cucu, padahal mereka masih malu malu untuk melakukan hubungan suami istri.
"Baik, Dadi. "
Aira begitu kaget dengan ucapan sang CEO muda, sampai begitu bersemangatnya. Berbeda dengan Dwinda merasakan sebagai pecundang, kalah akan gadis kampung, yang baru tiga hari dibawa ke rumah Ellad. Padahal langkah mendekati Edric sebentar lagi.
Dwinda kini meregek pada CEO Ellad," papih. Enak banget ngasih tiket kemereka berdua. Sedangkan momy? Apa papih tidak mau mengajak mamy jalan jalan bulan madu lagi ke. "
Edric yang medengar Dwinda meregek seperti itu merasa jijik dan kesal, bagaimana tidak. Edric yakin jika sang ibu tiri ingin menggagalkan rencana bulan madunya.
"Ya sudah, nanti papih pesan tiketnya empat. "
Mendengar hal itu Dwinda sangatlah senang, sedangkan Edric menimpal dengan perasaan kesal. " Tidak Dadi. Jika kalian berdua ikut, rasanya tak seru. "
"Benar juga apa kata kamu, Edric. "
Dwinda mencoba merayu sang suami agar mau ikut serta. " Papih, tapi momy pengennya ke amerika. "
Nada bicara Dwinda semakin membuat Edric kesal, bagaiman tidak di ingin ikut dan berusaha mengagalkan semua kebahagian yang dijalani Edric dengan Aira.
"Ya sudah, kalau Momy memaksa."
Edric hanya diam, dikala lelaki tua itu. Selalu menuruti keinginan istrinya, sampai Edric kesal dan ingin megusir dia dari rumah. Tapi apa daya cinta sudah membutakan hati Ellad.
" Kamu setuju kan Edric, jika Momyy kamu setuju untuk ikut ke Amerika, berbulan madu bersama Deddy juga?"
Edric hanya menganggukkan kepala sembari tersenyum menyetujui apa yang dikatakan ayahnya, karena akan ada cara lain untuk bisa menghindar dengan Dwinda, yang selalu ingin ikut campur akan masalah kehidupan Edric yang sekarang bersama ayah.
Padahal dari dulu Edric sudah berusaha menjauhi Dwinda, akan tetapi Dwinda semakin menggila. Iya tidak malu melakukan apa saja di depan Edric. Asalkan CEO muda itu bisa jatuh ke pelukannya. Untung saja sebagai anak lelaki satu-satunya, cukup pintar untuk tidak terbujuk rayu akan pesona Dwinda yang sangatlah menggoda sejauh ini, anak muda itu mampu menahan dalam setiap momen Dwinda yang selalu menunjukkan tubuhnya di depan anak tirinya itu.
Terkadang Edric juga hampir saja terbelenggu akan pesona tubuh Dwinda yang diperlihatkan dengan begitu nyata, tetapi dalam semua itu Edric selalu mengingat bahwa dirinya harus bisa menahan hati seorang ayah agar tidak terluka.
crrita carlos ma welly terus