Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Ucapan Selamat
Tak terasa hari pernikahan Adeline dan Malvin telah tiba. Setelah acara pemberkatan, mereka mengadakan resepsi di hotel milik Malvin. Malvin adalah putra dari Adriana yang merupakan teman satu SMA Matilda. Tentu saja Adriana senang saat tau jika Malvin dan Adeline akan menikah. Sejak dulu, ia menginginkan Adeline menjadi menantunya.
Seorang wanita menggunakan kacamata hitam sedang duduk di kursi tamu undangan menatap sepasang pengantin yang tampaknya sibuk dengan para undangan yang memberi ucapan selamat kepada mereka. Meskipun tidak di undang, wanita itu tetap datang untuk melihat kakak tercintanya. Ia juga sudah tau jika Adeline tidak menikah dengan Dariel. Setidaknya kakaknya menikahi pria ramah dan baik hati seperti Malvin. Casey tentu saja masih ingat dengan anak teman momnynya itu. Mereka pernah bertemu sekali saat Casey masih berusia 13 tahun.
"Kamu memang selalu beruntung... " gumam Casey menyesap gelas berisi wine di tangannya.
"Mommy benar. Wanita baik seperti kakak pantas mendapatkan yang terbaik," batinnya.
Casey bangkit dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya mendekati kedua pengantin.
"Selamat untuk kalian berdua.." ucap Casey membuat Adeline terkejut melihat sosok Casey di depannya. Adiknya yang dirindukannya selama satu bulan ini, berkali-kali ia mencoba menghubunginya, namun Casey tidak pernah mengangkatnya. Adeline tidak bisa membenci Casey. Dia terlalu menyayangi adiknya itu. Awalnya ia memang marah atas apa yang dilakukan Casey. Namun beberapa hari kemudian Adeline sudah memaafkannya karena ia tau, adiknya juga seperti itu karena mommy mereka.
"Nyonya Matilda memang benar... kamu akan selalu mendapatkan yang terbaik," lanjut Casey menatap Matilda yang duduk tidak jauh dari Adeline. Wanita itu hanya menatap Casey dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Casey.." panggil Matilda dengan mata berkaca-kaca. Tangannya hendak meraih Casey namun adiknya itu refleks menghindar.
"Selamat ulang tahun Nyonya Matilda," ucap Casey menaruh kadonya di meja, lalu pergi dengan air mata yang membasahi pipinya. Hari ini merupakan ulang tahun Matilda, tepat di hari pernikahan Adeline dan Malvin.
"Casey... " panggil Adeline ingin mengejar adiknya namun di tahan oleh Malvin.
"Besok kita akan menemuinya jika kamu mau, hanya saja ini pesta pernikahan kita Adeline.." pungkas Malvin. Adeline akhirnya mengurungkan niatnya.
Casey menghapus air matanya sebelum masuk ke dalam mobil Dariel. 3 hari yang lalu Dariel mendatanginya dan memaksanya untuk menikah dengan pria itu. Tentu saja Casey menolak. Dia tidak ingin berurusan lagi dengan pria itu. Sayangnya Dariel mengancamnya untuk mempublish foto-foto bugilnya yang tidak tau darimana pria itu mendapatkannya. Dariel juga akan mengancamnya dengan membayar beberapa perusahaan atau tempat kerja lainnya agar menolak Casey bekerja di sana.
Casey tidak tahu jika konsekuensi perbuatannya separah ini. Casey akhirnya menerimanya. Kehidupannya memang tidak pernah beruntung. Dan Casey tau pasti jika Dariel hanya ingin membalas perbuatannya karena sudah membuat hubungan Dariel dan kakaknya berakhir.
Sejak 3 hari yang lalu Dariel melimpahkan kemarahannya pada Casey karena Adeline menikah dengan pria lain dan semua itu karena dirinya.
Dariel sengaja melihat Adeline dari jarak jauh karena ia pikir hatinya tidak akan sanggup menahan rasa sakit melihat kekasihnya menikah dengan pria lain.
Setengah perjalanan Dariel menghentikan mobilnya, Casey yang sejak tadi diam menoleh ke arahnya seolah bertanya kenapa mobilnya tiba-tiba berhenti.
"Turun..." ucap Dariel dingin. Casey mengerutkan kedua alisnya.
"Apa maksudmu?" tanya Casey bingung.
"Apa kamu tuli, aku bilang turun.."
"Aku tidak ada waktu mengantarmu sampai ke tempat tinggal usang mu itu," ucap Dariel mengejek apartemen kecil milik Casey.
Casey kesal lalu turun dari mobil Dariel.
"Sial.. kalau tau begini dari tadi aku tidak naik mobil mu," ucap Casey menendang mobil Dariel.
"Akhh... sakit banget.." ucapnya memegang kakinya yang kesakitan karena menendang mobil Dariel.
Sebuah senyuman kecil yang hampir tidak terlihat terukir di bibir pria itu saat melihat Casey dari kaca spionnya. Ia melajukan mobilnya menuju kantornya.