Erland Putra, seorang petarung handal, dia menjadi korban penculikan saat dirinya masih bayi dan mendapatkan kekerasan dari orang tua angkatnya. Padahal dia anak dari seorang mafia.
Setelah dewasa dia malah mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya.
Sebuah pertemuan tidak sengaja mempertemukan dirinya dengan seorang gadis di masa lalu, gadis yang pernah dia tolong saat gadis itu di culik oleh ayah angkatnya. Gadis itu bernama Eliana, seorang CEO cantik yang sangat angkuh.
Karena Eliana mengetahui Erland adalah orang yang menolongnya dulu, membuat dia terobsesi ingin memiliki Erland. Padahal Eliana akan membenci Erland jika dia tahu siapa Erland sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
"Aku bilang tidak mau!" Erland menarik kedua tangannya dengan kencang sehingga Eliana hilang keseimbangan ikut ketarik dan jatuh menindih tubuh Erland, sampai kedua bibir mereka tanpa sengaja beradu, keduanya terbelalak merasakan lembutnya saat kedua bibir mereka bersentuhan.
Eliana langsung bangkit. Dia mencubit pinggang Erland dengan emosi "Kamu sudah mencuri ciuman pertamaku." bentaknya.
"Aarrrghh..." Erland memegang pinggangnya yang sakit.
Wajah Eliana berubah menjadi merah padam mungkin karena pertama kalinya merasakan bagaimana lembutnya bibir seseorang.
Bagi Erland sebenarnya ini adalah kedua kalinya kedua bibir mereka bersentuhan tapi Erland tidak ingin bilang mengenai hal itu, Eliana pasti akan tambah marah.
Erland bangkit dari tidurnya "Bukannya kamu bilang akan membuat aku jatuh cinta? Tapi dengan perkara ciuman saja kamu sudah marah-marah."
"Bagaimana aku tidak marah, aku..." Eliana tidak meneruskan perkataannya, mau semarah apapun dia tidak akan mengubah keadaan bahwa bibirnya sudah tidak perawan lagi.
"Karena kamu sudah menyentuhku, kamu harus bertanggung jawab, aku gak mau tau dua hari lagi kita harus menikah." Eliana menuntut pertanggungjawaban Erland.
Erland terperangah mendengarnya, dia tidak terima dengan tuntutan Eliana, "Mana bisa begitu? Ini cuma ciuman lho El. Lagian hanya menempel saja tidak sampai..."
Eliana memotong perkataan Erland, "Aku gak mau dengar alasan apapun lagi."
Erland menghela nafas berat, "Bagaimana bisa aku menikah dengan gadis seperti kamu? Cuma gara-gara ciuman saja kamu marah besar. Apalagi kalau lebih pasti aku sudah dibunuh olehmu!"
"Ya itu karena..." Eliana tidak meneruskan perkataannya, dia harus bisa mengendalikan amarahnya agar Erland mau menikah dengannya.
Eliana harus bersikap manis lagi, agar Erland menelan ludahnya sendiri yang bilang tidak tertarik padanya.
Kedua tangan Eliana memegang wajah Erland "Hmm... oke, aku akan melupakan semuanya. Aku sangat ngantuk, lebih baik aku tidur, jadi kamu boleh tidur di bawah ya." Eliana mengatakannya dengan lemah lembut.
Erland yang sedang duduk di tepi ranjang, dia hanya melongo dengan sikap Eliana yang tiba-tiba berubah manis.
Setelah berkata begitu Eliana naik ke atas kasur, dia tersenyum manis pada Erland yang menatap keheranan padanya, lalu dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang bagian kiri, menyelimuti tubuhnya dari leher sampai ujung kaki, sebenarnya dia sangat grogi tapi tidak ada pilihan lain lagi, dia yakin Erland tidak akan macam-macam padanya karena Erland bilang tidak tertarik padanya.
Eliana terbelalak saat melihat Erland merebahkan tubuhnya disampingnya.
"Kenapa kamu tidur disini?" bentak Eliana.
Eliana menghela nafas, dia mengulangi perkataannya dengan lemah lembut, "Mengapa kamu tidur disini?"
"Punggung aku sakit, aku tidak bisa tidur di lantai." jawab Erland dengan santai.
Erland memposisikan dirinya menghadap Eliana, dia ingin mengerjainya, "Apa kamu gugup?"
"Tidak." jawab Eliana, dia pura-pura tidak gugup, padahal jantungnya sedang berdisko ria.
Erland terkekeh "Aku bukan lelaki baik, bisa saja aku..."
"Oke, lakukan saja." tantang Eliana. Dia yakin Erland tidak akan mungkin berani melakukannya.
Eliana tersenyum menggoda pada Erland padahal hatinya menjerit, Jangan sampai dia melakukanya!
Erland malah termakan omongannya sendiri, dia menelan salivanya dengan kasar. Dia pura-pura terkekeh "Sayang sekali badanku masih terasa sakit. Nanti saja kita melakukannya di lain waktu."
Erland segera membelakangi Eliana dengan mengigit bibir bawahnya.
Eliana pun sama, dia segera membelakangi Erland, dia sangat gemetaran sekali karena ini pertama kalinya dia berada di ranjang yang sama dengan seorang pria.
...****************...
Paginya....
Erland terbangun dari tidurnya, dia ingin menggeliatkan tubuhnya tapi tubuhnya terkunci, dia baru menyadari bahwa Eliana sedang memeluk tubuhnya dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya.
Mungkin karena cuaca sangat dingin membuat mereka tidak sadar untuk saling berpelukan.
Tanpa Erland sadari, Erland memperhatikan wajah Eliana, gadis itu walaupun masih dalam keadaan tidur tapi tidak mengurang kadar kecantikannya, selalu terlihat cantik.
Mengapa dia harus bersusah payah menjadikan aku suami bayarannya? Padahal aku yakin gadis seperti dia akan mudah sekali mendapatkan calon suami.
Erland pura-pura memejamkan mata saat melihat Eliana dengan perlahan membukakan matanya.
"Hahh?" Eliana terkejut begitu menyadari dia sedang memeluk Erland, sampai tidak sengaja mendorong tubuh Erland sehingga tubuhnya terjun ke lantai.
Bruughh...
"Arrrggghhh...." Erland memegang punggungnya sambil meringis, dia segera bangkit dengan menahan emosi.
"Kamu sebagai cewek gak ada lembut-lembutnya ya." protes Erland.
"Harusnya aku yang marah. Kamu menggunakan kesempatan dalam..." Eliana tidak meneruskan perkataannya begitu menyadari dia sedang berada di kasur bagian kanan padahal semalam dia berada di kasur bagian kiri, itu artinya dia sendiri yang datang memeluk Erland.
"Hmm... ya sudah aku maafkan kamu." kata Eliana sambil tersenyum, lalu Eliana pergi ke kamar mandi untuk mandi disana.
"Kenapa dia yang memaafkan aku? Seharusnya dia yang minta maaf sudah memeluk tubuhku!" gerutu Erland.
Eliana mengeluh saat memperhatikan kamar mandi di sana, sangat kecil sekali menurutnya, "Aishh... mengapa pagi ini diawali penderitaan seperti ini!" keluhnya.
Eliana teringat saat tadi dia memeluk Erland, sepertinya sepanjang malam dia terus memeluk tubuh pria itu. "Mengapa aku tidur senyenyak itu bahkan memeluknya?"
Eliana membulatkan matanya begitu menyadari semalam dia tidak bermimpi buruk tentang Erland saat kejadian 13 tahun yang lalu. "Apa karena aku tidur dengannya makanya aku bisa tidur nyenyak bahkan tidak bermimpi buruk lagi?"
Eliana memegang bibirnya mengingat saat dia tidak sengaja berciuman dengan Erland. Wajahnya memerah mengingat kejadian itu.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya....