Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkurung
Part 12
Tangan Kayesa menyentuh handle dan mendorong pintu otomatis itu setengah lebar. Dia masuk dan menutup kembali pintu yang terbuat dari kaca reflective glass. Zafran sudah tahu kalau Kayesa yang datang, karena dia bisa melihat dari kaca yang tidak bisa terlihat dari luar.
Zafran menatap Kayesa mulai dari ujung kakinya yang jenjang, naik ke pinggul, terus ke atas. Mata Zafran membola saat melihat penampilan Kayesa.
"Dia sangat berbeda," batin Zafran tak berkedip.
Tentu saja Kayesa yang sekarang sangat berbeda dengan yang dilihat Zafran kemaren, Karena Kayesa yang sekarang baru saja dipermak oleh Ruhi di salon. Hingga penampilan Kayesa sembilan puluh persen berubah.
"Kenapa masih berdiri di situ. Itu vasnya sudah lama kosong," ujar Zafran tanpa basa basi, dia memerintah Kayesa untuk memasukkan bunga yang ada digenggaman Kayesa.
"Apa Tuan menerima aku kembali jadi clearning service?" Tanya Kayesa memberanikan diri menatap ke arah Zafran. Lalu dia memasukkan tangkai bunga yang dipegangnya dalam vas.
"Siapa bilang aku menerima kamu kerja jadi clearning service."
Tentu saja ucapan Zafran membuat mata Kayesa terbelalak. Mengapa dia bisa kepedean begini, kalau pemilik perusahaan ini masih mengingitkan tenaganya untuk membersihkan ruang kerjanya.
"Maaf! Jika begitu aku ijin keluar," ujar Kayesa seraya meletakkan bunga mawar di atas nakas dan memutar tubuhnya.
"Hay! Mau ke mana?"
Pertanyaan Zafran menghentikan langkah Kayesa, Kayesa mengembalikan posisinya ke awal.
"Keluar," jawab Kayesa.
"Siapa yang menyuruhmu keluar?"
"Bukannya Tuan sudah tak membutuhkan clearning service lagi."
Mendengar penuturan Kayesa. Zafran tertawa, dia memang tidak membutuhkan clearning service. Tapi dia menginginkan Kayesa ada di ruangannya. Zafran sendiri tidak tahu, apa alasannya dia begitu ingin Kayesa selalu ada di dekatnya.
"Iya. Aku memang tidak butuh clearning service. Tapi aku butuh pelayan cantik sepertimu. Penampilanmu sekarang sudah tidak pantas menjadi clearning service," ujar Zafran, lalu meminta Kayesa menata ruang kerjanya, karena menurut Zafran, ruang kerja sekarang sangat membosankan. Dia butuh suasana baru.
"Aku akan menaikkan gajimu dua kali lipat. Jika kamu bisa menyulap ruang kerjaku dalam waktu dua jam."
"Tuan jangan mengada-ngada. Jika Tuan tidak menginginkan aku bekerja di perusahaan Tuan lagi. Tuan tidak perlu memberikan pekerjaan yang mustahil aku lakukan. Dan setelah ini, Tuan kembali memecat dan mengusirku," ucap Kayesa.
Zafran ternganga mendengar ucapan Kayesa. Belum ada satu orang karyawan pun yang berani bicara seperti itu padanya. Kayesa yang memang masih berharap bisa bekerja di perusahaan ini. Namun, jika dirinya hanya dijadikan lelucon oleh Zafran lebih baik dia keluar saja dari sini.
"Terserah kamu mau bicara apa, hari ini aku mau kamu melakukan apa yang ku perintahkan." Zafran mencekal lengan Kayesa.
"Lepaskan! Aku tidak mau lagi bekerja dengan orang jahat sepertimu," ucap Kayesa ketus.
Ada rasa menyesal dipikiran Kayesa, kenapa juga dia tadi ikut Ruhi ke sini. Ini sama saja menjebak diri sendiri, masuk kelubang buaya yang sama.
"Kayesa! Kayesa! Kapan sich kamu jadi pintar," batinnya.
Cekalan tangan Zafran semakin kuat, dia menatap intens pada wajah Kayesa. Kayesa pun menatapnya tajam, dia sama sekali tidak takut dengan ancaman Zafran.
"Jika kau sayang anakmu. Tetaplah di sini dan kerjakan perintahku." Bisik Zafran seraya menarik tubuh Kayesa, hingga bibir Zafran berada tepat di telinganya.
"Jangan pernah sentuh anakku," ujar Kayesa membuang muka, lalu dia mendorong tubuh Zafran, Namun, cekalan Zafran semakin kuat.
"Aku bisa melakukan apa saja pada dirimu dan juga anakmu. Jadi jangan bermain-main denganku," ancam Zafran, seraya melepaskan tangan Kayesa. Lalu dia beranjak keluar meninggalkan Kayesa.
Kayesa berusaha mengejar Zafran yang menarik handle pintu. Namun, saat Zafran sudah keluar, tiba-tiba pintu otomatis terkunci. Kayesa berusaha dengan kedua tangannya menarik handle pintu. Tapi gagal.
"Ah... Dasar bodoh, ngapain juga aku ikut ke sini tadi," Kayesa menggerutu pada diri sendiri.
Seraya mendudukkan bokongnya ke sofa, Kayesa merogoh saku baju mengambil ponsel, lalu mencari kontak Malika dan menggeser gambar gangang telepon.
"Mal! Bantuin aku. Aku terkurung di ruang tuan Zafran."
"Hah! Dengan siapa kamu di sana?"
"Sendiri. Tuan Zafran mengunci pintunya dari luar," ujar Kayesa lagi.
"Aduh... Aku sekarang masih di rumahmu," ujar Malika.
Kayesa baru ingat kalau Malika tadi pagi tinggal di rumahnya membantu Maeka membuat nastar.
"Jadi aku harus bagaimana?" Tanya Kayesa cemas.
Malika memberitahukan dan menjelaska pada Kayesa, kalau tidak ada satu orang pun yang bisa membuka pintu ruang CEO jika terkunci, karena ada pin rahasia yang tidak diketahui siapa pun kecuali pemiliknya.
"Gawat! Aku bisa terkurung selamanya. Jika Zafran tak muncul-muncul?"
"Tunggu saja tuan Zafran datang. Tidak mungkin dia membiarkanmu membusuk di ruangannya."
"Hah! Bagaimana jika dia tak datang-datang?"
"Tidak mungkin. Kamu yang sabar ya," ucap Malika lagi.
"Maaf! Aku tak bisa membantumu dalam hal ini," ujar Malika sedih, dia ikut prihatin dengan musibah yang menimpa Kayesa.
"Kamu yang sabar ya. Esa! Coba kamu telepon kak Ruhi, mau tahu dia ada solusi," ujar Malika, lalu memberikan nomor kontak Ruhi.
Setelah mendapat nomor Ruhi dari Malika. Kayesa langsung menelepon Ruhi dan menceritakan pada Ruhi kalau dirinya terkurung di ruang kerja CEO. Ruhi berkali meminta maaf pada Kayesa, gara-gara dia Kayesa jadi menanggung akibatnya.
"Sekarang aku harus bagaimana?" Tanya Kayesa pada Ruhi.
"Kamu turuti saja apa maunya tuan Zafran. Ingat jangan buat kesalahan, karena semua tingkah lakumu di sana, terpantau CCTV di ponsel tuan Zafran," ujar Ruhi. Seraya menyerahkan kembali ponsel Malika.
"Sabar ya. Tuan Zafran baik kok orangnya, bentar lagi dia pasti datang." Ruhi ikut mensuport Kayesa, dia merasa bersalah, karena tadi pagi memaksa Kayesa kembali bekerja.
"Maafkan aku. Esa!" Batin Ruhi, kemudian menutup panggilan telepon.
Seraya memindai ruang kerja Zafran, Kayesa tersenyum, dia punya ide cemerlang, saat mengingat kata-kata Ruhi kalau ruangan Zafran di pantau CCTV.
"Lihat saja. Aku akan membuatmu mengusirku dari sini," guman Kayesa tersenyum lebar. Kayesa mulai beraksi.
Mata Kayesa liar mencari sesuatu, tidak ada sapu dan kemocing yang biasa menjadi alat tempurnya sebagai clearning service. Kayesa berpikir sejenak, lalu dia mengambil beberapa lembar tisu dan mulai mengelap meja kerja Zafran.
Tangan Kayesa bergerak maju dan mundur, membersihkan debu-debu yang tidak seberapa, karena sehari dua kali ruangan ini di bersihkan. Senandung kecil dari mulut Kayesa terdengar.
"Hay! Kamu itu ganteng. Tapi kegantenganmu hilang, kala kamu galak dan jutek." Kayesa meraih bingkai foto, dia berbicara sambil menunjuk-nunjuk foto Zafran.
"Andai kamu itu baik, tidak galak dan jutek. Pasti l gantengnya kamu berlipat-lipat," ujar Kayesa lagi.
Bibir Kayesa mengerucut, dia mencibir ke arah foto, lalu meletakkan kembali bingkai foto itu diposisi awal. Kayesa bergerak maju, dia menarik kursi kerja Zafran lalu duduk.
"Hore! Aku jadi bos. Foto dulu ah."
Jepret... Jepret... Jepret, beberapa jepretan diambil, Kayesa kemudian berdiri memindahkan bokongnya ke atas meja, dan kedua kakinya bertumpu di kursi. Setelah puasa mengambil beberapa pose foto, baru Kayesa turun.
Sementara Zafran yang sedang berada di dalam mobilnya, sedang melihat dan memantau apa yang sedang dikerjakan Kayesa.
"Dasar wanita tidak waras," guman Zafran.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.