NovelToon NovelToon
Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Duda / Romansa-Tata susila
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kopii Hitam

Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.

Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.

Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.

Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GBTD BAB 22.

Arhan meraih tangan Aina dan membawanya ke dalam dekapan dadanya. Dia sadar betul kalau semua ini salahnya.

"Maafkan Abang, Abang tau permintaan maaf ini tidak akan bisa mengobati luka di hatimu."

"Abang menyesal Aina, Abang benar-benar menyesal sudah membuatmu menderita."

Arhan tak kuasa menahan kesedihannya, air matanya tumpah menyesali perbuatannya.

"Aku sudah memaafkan Abang. Ini tidak sepenuhnya salah Abang, aku juga salah."

"Demi Nenek aku mengorbankan harga diriku, tapi semua itu sia-sia. Nenek memilih meninggalkan aku, aku takut menghadapi kenyataan yang bertubi-tubi menghantam hidupku." isak Aina pecah di dada Arhan.

"Jangan menangis! Sekarang Aina punya Abang, ada putra kita juga. Jadikan masa lalu sebagai pembelajaran, sudah saatnya kamu melupakan semua kepahitan itu!"

"Mari kita mulai dari awal, Abang janji akan menjagamu, menyayangimu dan memenuhi semua tanggung jawab Abang kepada kalian berdua."

"Beri Abang kesempatan untuk membahagiakanmu dan putra kita! Abang ingin kalian berdua tetap di sisi Abang, kita akan melalui semuanya bersama-sama!"

Arhan mengusap kepala Aina dan melabuhkan kecupan sayangnya. Kemudian menyeka air mata Aina dengan jemarinya.

"Apa ucapan Abang bisa dipercaya?" lirih Aina terisak.

"Abang bukan tipe pria yang suka mengumbar janji. Disaat Abang yakin, maka apapun akan Abang lakukan untukmu."

"Tapi jika sekali saja kamu berkhianat, Abang tidak akan segan menghancurkan hidupmu!" jelas Arhan.

"Memangnya aku terlihat seperti wanita murahan ya, kenapa membahas pengkhianatan?" tanya Aina menautkan alisnya.

"Tidak sayang, bukan itu maksud Abang. Kamu sangat istimewa, Abang seperti menemukan berlian yang sangat berharga."

"Abang hanya berandai-andai saja, Abang tidak mau kecewa untuk yang kedua kalinya." jelas Arhan.

Aina mengangkat bahunya, bibirnya sedikit manyun. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Arhan dan merebahkan kepalanya di dada pria tampan itu.

"Apa mantan istri Abang itu sangat cantik?" tanya Aina penasaran.

"Kenapa menanyakan itu?" jawab Arhan dengan pertanyaan pula.

"Tidak, aku hanya ingin tau saja. Itupun kalau Abang mau mengatakannya. Kalau tidak juga tidak apa-apa." jawab Aina.

Arhan membawa Aina duduk di sisi ranjang, lalu mendudukkannya di atas kedua pahanya.

"Dia sangat cantik, cantik sekali sehingga banyak pria yang tergila-gila padanya. Dia seorang wanita karir, waktunya lebih banyak di luar daripada di rumah mengurus keluarga."

"Abang memberi kebebasan dan kepercayaan penuh padanya, tapi dia menyia-nyiakannya begitu saja."

"Dia terjebak dengan dunia luar, perlahan sikapnya mulai berubah. Dia tidak menghargai Abang lagi sebagai suaminya, bahkan dia tak pernah lagi memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri."

"Sampai pada saat itu tiba, Abang dan Hendru tak sengaja memergoki dia masuk ke dalam kamar hotel bersama seorang pria. Hati Abang hancur melihat kenyataan itu, kasih sayang dan kesetiaan Abang ternyata tak berharga untuknya."

Arhan menempelkan pipinya di pundak Aina, matanya berbinar menceritakan semua itu.

Aina memberanikan diri mengangkat tangannya, lalu mengusap wajah Arhan yang sudah basah sebab air matanya.

"Jangan sedih lagi! Abang bilang aku tidak boleh menangis, tapi Abang sendiri seperti ini." keluh Aina, dia mencoba menenangkan Arhan dengan kata-katanya.

Arhan mengangkat wajahnya, lalu tersenyum memandangi wajah Aina.

"Abang tidak sedih sayang, Tuhan sudah menggantinya dengan yang lebih baik."

Arhan menyibakkan rambut Aina dan mengecup leher jenjang itu dengan lembut. Aina terkekeh menahan geli.

"Cukup Bang, jangan seperti ini! Ingat batasan kita!" Aina mencoba mengendalikan dirinya.

"Abang tau, kamu tidak perlu takut. Abang tidak akan melakukan apapun yang membuatmu tidak nyaman!"

"Tapi, kamu harus mempersiapkan diri dari sekarang. Setelah kita menikah, Abang tidak akan melepaskan mu begitu saja!" goda Arhan, kemudian mengecup bibir ranum Aina penuh perasaan.

"Dasar mesum! Pikirannya itu-itu saja dari tadi." ketus Aina setelah mendorong wajah Arhan hingga menjauh dari bibirnya.

"Loh, kenapa marah? Bukankah itu normal."

"Abang sudah lama berpuasa, sejak malam itu Abang tidak pernah lagi melakukannya."

"Kali ini Abang hanya menginginkan kamu saja. Bibir ini, dada ini dan semua yang ada di tubuh ini." goda Arhan sembari menunjuk satu persatu bagian sensitif Aina, tatapannya terlihat mesum.

"Cukup Bang, jangan menggodaku terus!"

Aina mengulum senyumannya, dia tersipu malu mendengar bualan Arhan yang selalu saja membuatnya salah tingkah. Arhan terkekeh melihat wajah Aina yang memerah seperti kepiting rebus.

"Turun yuk! Abang sudah lapar nih." ajak Arhan sembari mencubit pipi Aina gemas.

Aina mengukir senyumannya, lalu bangkit dari paha Arhan. Saat ingin menggendong putranya, Arhan bergegas menghalanginya.

"Biar Abang saja!"

Arhan mengambil putranya yang masih tertidur pulas, lalu menggendongnya. Sebelah tangannya melingkar di pinggang Aina.

"Lepaskan aku Bang! Aku tidak mau Mama dan Papa melihatnya, aku malu." keluh Aina, dia merasa risih dengan sikap Arhan yang selalu menempel dengan dirinya.

"Tidak apa-apa, kenapa musti malu? Mereka juga pernah muda, bahkan sampai saat ini mereka berdua selalu bersikap romantis. Abang kadang sempat iri melihatnya."

Arhan terkekeh menceritakan keharmonisan kedua orang tuanya. Diusia yang sudah tidak muda lagi, keduanya masih seperti pasangan suami istri yang baru menikah. Hal itulah yang membuat hubungan keduanya selalu hangat.

"Pagi Ma, Pa." sapa Arhan dan Aina bersamaan.

"Pagi sayang," jawab Leona sembari tersenyum.

"Ayo, duduklah! Papa sudah dari tadi menunggu kalian." ajak Airlangga.

"Kenapa Papa dan Mama tidak duluan saja?" tanya Arhan.

"Sudah Mama suruh, tapi Papanya saja yang keras kepala. Papa ingin sarapan bersama kalian katanya." jawab Leona.

"Sudah Ma, bicaranya nanti saja! Papa sudah lapar nih." Airlangga mulai mengisi piringnya.

"Arhan, bawa cucu Mama ke sini! Kalian sarapan saja dulu!" pinta Leona.

"Tidak apa-apa Ma, Mama sarapan saja! Arhan bisa kok." jawab Arhan.

Aina mengisi piring yang ada di hadapan Arhan dengan makanan, kemudian mengambil baby nya dari tangan Arhan.

"Biar Abang saja, kamu makan saja dulu!" ucap Arhan.

"Abang duluan saja! Tadi katanya lapar, nanti aku menyusul." jawab Aina.

Arhan mengacak rambut Aina gemas, tatapannya begitu intim hingga membuat Aina malu dan menekuk wajahnya.

Leona dan Airlangga saling melirik dan melempar senyum di wajah masing-masing. Keduanya sangat senang melihat kebahagiaan putra semata wayangnya itu.

"Sayang, buka mulutmu!" pinta Arhan sembari mengarahkan sendok yang berisi makanan ke mulut Aina, dia ingin menyuapi Aina.

"Tidak usah Bang, nanti aku makan sendiri saja!" jawab Aina, dia tampak canggung menerima perlakuan Arhan. Dia malu terhadap Leona dan Airlangga.

"Jangan membantah, buka saja!" paksa Arhan.

"Ta, tapi Bang...," Aina melirik ke arah Leona dan Airlangga secara bergantian. Dia tidak enak hati terhadap keduanya.

"Tidak apa-apa Aina, tidak perlu malu di depan kami! Ikuti saja keinginan calon suamimu itu!" Leona bahkan tak keberatan, dia malah senang melihat putranya seperti itu.

Aina menundukkan pandangannya, lalu membuka mulutnya perlahan. Arhan tersenyum melihat itu, kemudian memasukkan sendok nya ke mulut Aina.

Leona dan Airlangga menghela nafas lega, sudah lama keduanya tak melihat Arhan tersenyum. Senyuman yang begitu lepas tanpa beban sedikitpun. Mereka yakin Aina wanita terbaik untuk putranya.

1
Jue Juliza Johnson
Luar biasa
Jonosiis
makin lama makin males baca ya .yg punya tekanan tensi tinggi g usah baca novel ini bikin emosi aja
Ris Mawati
ceritanya bagus
Nicky Nick
terlmbat lu nai mknya jgn sok
Nicky Nick
ayo arhan lihat kedpn pst kamu kaget deh
Bunda Puput
Luar biasa
feri marlinda
yg jelas author nya yg bertele-tele
Yohana Kanta
males aina bego
Eva Juliana
Luar biasa
Yohana Kanta
aina ribet
Katrien Gorung
penasaran
Juni Yati
sprtinya ceritanya asik
Mlly Ferli
menarik ceritanya
masnia masnia
lanjut dong ceritanya
Siti Aminah
baru nyimak thor...semoga cerita ny bgs
masnia masnia
lanjut
masnia masnia
jantung aku yg tegang. lanjut
masnia masnia
/Good/
༻♛A̷͙ͭͫ̕ḑ̴̞͛̒ỉ͔͖̜͌r̴̨̦͕̝a̤♛༺
seru😀
Debbie Teguh
kalo tuan saga mah ud teriak, kamu mau mati yaa!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!