NovelToon NovelToon
HALIM

HALIM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:20.8k
Nilai: 5
Nama Author: ILBERGA214

HALIM

Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.

Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.

Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21: Rian dan Kekacauan yang Tak Terduga

Mentari pagi bersinar hangat di langit biru, menemani langkah Halim dan Rian yang kembali melanjutkan perjalanan. Jalan setapak yang mereka lalui kini dipenuhi rerumputan hijau dengan bunga-bunga liar bermekaran di tepiannya.

Rian tampak jauh lebih bersemangat setelah istirahat semalam. Dia melompat-lompat kecil sambil mengamati kupu-kupu yang terbang melintas. Di sisi lain, Halim tetap berjalan dengan langkah tenang, memperhatikan sekitar dengan waspada.

Namun, seperti yang sudah bisa ditebak, hari yang terlihat tenang ini tidak akan bertahan lama.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah tanah lapang kecil di tengah hutan. Di sana, berdiri sebuah sumur tua yang tampaknya sudah lama ditinggalkan. Batu-batu yang membentuk bibir sumur dipenuhi lumut, dan timba yang tergantung di ujung tali terlihat usang.

..."Wah, Kakak! Lihat itu!" seru Rian antusias sambil berlari mendekat....

...Halim memperhatikan sumur itu dengan mata menyipit. "Hati-hati, Rian. Sumur tua seperti itu bisa berbahaya."...

..."Tapi aku cuma mau lihat!" balas Rian sambil menjulurkan kepalanya ke atas bibir sumur, mencoba mengintip ke dalam....

..."Awas—"...

..."AAARGH!"...

Seketika, tubuh Rian tergelincir! Namun sebelum benar-benar terjatuh, dia secara reflek mencengkeram erat tali timba yang tergantung di sana.

..."Nyaaah! Kakak, tolong!"...

Halim langsung berlari mendekat. Dan di sanalah, pemandangan yang tak terduga terjadi — Rian bergelantungan di atas sumur dengan tangan kecilnya yang gemetaran, sementara timba yang usang mulai berderit tak karuan.

..."Rian! Bukannya sudah kakak bilang itu berbahaya?"...

..."Aku nggak sengaja, Kakak! Aku cuma mau lihat ke dalem!"...

...Halim menghela napas panjang. "**Tahan sebentar, biar kakak tarik kamu naik**."...

...Namun, saat Halim menarik tali itu, terdengar suara keras dari dalam sumur. KRAK!...

..."Eh?"...

Tali yang usang tiba-tiba putus!

..."AAAA!!"...

Rian terjun bebas ke dalam sumur, tapi anehnya, alih-alih terdengar suara ‘plung’ seperti air, yang terdengar justru suara "BRUK!" disusul dengan jeritan kecil.

..."Kakak Halim! Aku nggak nyemplung air! Aku... aku mendarat di sesuatu yang empuk!"...

...Halim mencondongkan tubuhnya ke atas sumur dan memicingkan mata. "Empuk?"...

..."Aku rasa ini... sarang burung raksasa?!"...

Seketika, suara gaduh terdengar dari bawah.

..."KRIII! KRIIIK!"...

Burung-burung besar berwarna hitam keluar dari kegelapan, mengibas-ngibaskan sayap mereka dengan marah. Mata mereka merah menyala, jelas tak senang karena rumah mereka baru saja dijadikan bantalan pendaratan darurat oleh bocah ceroboh.

..."Aaaaaaa! Kakaaaak!"...

..."Rian! Pegang erat-erat talinya!"...

Halim langsung menjatuhkan tali cadangan yang ada di tasnya. Dengan gesit, Rian meraihnya dan mulai memanjat. Tapi burung-burung itu tidak tinggal diam. Salah satu dari mereka mengejar Rian, paruhnya yang besar membuka lebar seolah siap mematuk.

..."Kakak, dia mau makaaaaan akuuu!"...

..."DASAR BOCAH!"...

Dengan cepat, Halim mengayunkan pedangnya ke arah burung itu, melemparkan tebasan angin yang menghantamnya tepat di bagian sayap. Burung itu terlempar ke sisi sumur, berkoak marah sebelum terbang menjauh.

Rian akhirnya berhasil mencapai bibir sumur, terengah-engah, sementara wajahnya berdebu dan rambutnya acak-acakan.

..."Kamu baik-baik saja?" tanya Halim, masih menahan tawa yang hampir pecah....

..."Aku... aku hidup!" Rian mengangkat kedua tangannya dengan dramatis, seolah baru saja lolos dari maut....

..."Kenapa muka kamu kayak baru keluar dari kandang singa?"...

..."HUH?! Kakak jahat!"...

Setelah insiden sumur yang memalukan itu, perjalanan mereka berlanjut tanpa banyak masalah. Rian berjalan dengan lebih hati-hati, meskipun sesekali dia tetap melirik ke arah Halim yang terus menahan senyum.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah danau biru yang jernih. Airnya berkilau memantulkan langit biru, sementara pepohonan rindang di sekitarnya memberikan keteduhan.

..."Kak, airnya cantik banget!" Rian berlari kecil menuju tepian, mencelupkan tangannya ke dalam air....

..."Jangan langsung main air. Kita nggak tahu apa ada sesuatu di dalamnya," ujar Halim memperingatkan....

Namun, seperti biasa, Rian tidak mendengarkan. Dengan wajah penuh rasa ingin tahu, dia mulai melemparkan kerikil kecil ke danau. Suara ‘plop’ yang dihasilkan membuatnya semakin bersemangat.

..."Rian..."...

..."Tenang, Kakak. Ini cuma batu kecil—"...

...BLUUURP!...

Tiba-tiba, gelembung besar muncul di tengah danau. Air mulai berputar, menciptakan pusaran kecil. Lalu, dari dasar air, sesosok makhluk aneh menyeruak ke permukaan. Seekor ikan raksasa dengan mata melotot dan bibir yang terlalu besar.

..."Apa itu?!"...

..."Ikan... ikan kembung raksasa?!"...

..."Ikan kembung apanya! Itu monster air, bodoh!"...

Ikan raksasa itu membuka mulutnya lebar-lebar, memperlihatkan deretan gigi tumpul yang tampak cukup kuat untuk menghancurkan perahu. Tanpa pikir panjang, Halim menarik Rian dan berlari menjauh dari danau.

..."Kenapa aku selalu bikin masalah?!" teriak Rian....

..."Kenapa tanya?!"...

Ikan raksasa itu melompat keluar dari air, tubuhnya yang licin memantulkan cahaya matahari. Namun, saat hendak mengejar, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

..."PLAF!"...

Saking semangatnya melompat, ikan itu justru menghantam batu besar di tepi danau, membuatnya pingsan di tempat. Tubuhnya terguling ke air, menciptakan cipratan besar sebelum tenggelam kembali ke dasar danau.

..."...Seriusan?" Halim mengedipkan mata, tidak percaya dengan yang baru saja terjadi....

..."Haha! Dia jatuh sendiri! Kakak, lihat!" Rian tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya....

..."Ya Tuhan, bocah ini..." Halim mengusap wajahnya. "Kalau ada orang yang bilang perjalanan anak ini akan penuh komedi, aku tidak akan percaya. Ini penuh tragedi!"...

Saat mereka kembali berjalan, Rian tampak jauh lebih ceria. Meski tubuhnya masih sedikit basah karena cipratan air, dia terus bercerita tentang betapa lucunya ikan raksasa yang jatuh sendiri.

..."Kakak Halim, ini seru banget!"...

..."Seru apanya? Kau hampir dimakan ikan, hampir diserang burung raksasa, dan jatuh ke sumur!"...

..."Tapi aku selamat, kan?"...

...Halim menatap bocah itu dengan ekspresi datar. "Kalau kamu selamat terus, itu karena ada yang jagain kamu."...

..."Dan siapa yang jagain aku terus, kak?"...

..."Lah... Anak kon-" ...

...(bahasa disensor karena unsur kasar tertanda author ^_^)...

Halim terdiam. Ada sesuatu dalam suara Rian yang membuatnya merasa aneh. Bocah itu memang membuat banyak masalah, tapi di sisi lain, dialah yang membuat perjalanan ini terasa lebih hidup.

..."Ya," jawab Halim akhirnya, dengan senyum kecil di wajahnya. "Tenang akan ada yang jagain kamu terus."...

Dan untuk pertama kalinya sejak perjalanan ini dimulai, Halim merasa sedikit lebih ringan.

1
ZeroBite
bukannya ingin menjatuhkan, kalau pakai AI tetap diedit juga. kontras antara bab 1 dan bab-bab selajutnya sangat jauh, bab 1 tulisannya agak berantakan tapi jelas tulisan manusia dan bab-bab selanjutnya rapih tapi terlalu terstruktur khas chat GPT.

sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.

ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
ERGA: jika ada saran lagi. mohon bimbingannya dan jangan sungkan
ERGA: Terimakasih sarannya kak. saya targetkan revisi kembali per 10 episode. selamat membaca
total 2 replies
⧗⃟ᷢʷ🍁🍌 ᷢ ͩ✨W⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊🏚
Gue mampir.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.
ERGA: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!