Erik, bos besar yang mempunya kekuasaan dan kekuatan. bertemu dengan seorang gadis muda berusia 19 tahun.
Alessia Carolin, gadis muda berusia 19 tahun. dia adalah gadis yang sangat luar biasa, tak sengaja bertemu dengan seorang pria berusia 30 tahun bernama Erik Regan. seorang pengusaha yang begitu kejam bahkan bisa dibilang bos mafia yang menguasai begitu banyak bisnis.
Sebuah pernikahan terpaksa karena hutang budi, akankah pertemuan dua orang itu mendapatkan sebuah jalinan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAKIT HATI
Ketika Caroline berada di rumahnya dia berbincang dan berbincang dengan wanita tua yang selalu merawatnya. bukan orang tuanya yang merawat dirinya melainkan bibi yang selalu menjadi pelipur laranya.
Semenjak kecil Benito dan Melsia lebih mementingkan bekerja daripada dua putrinya, mereka begitu berambisi untuk menjadi orang kaya, memiliki harta melimpah dengan semua cita-cita yang ada di otak mereka.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Caroline?" tanya Melsia yang terkejut ketika melihat putrinya berada di rumahnya.
Caroline yang sedang bercanda ria dengan pengasuhnya nampak dia menoleh, menatap wanita yang sudah melahirkannya. bukan sapaan Selamat datang yang dia dapatkan, namun pertanyaan mengapa dia kembali dan apa yang dia lakukan di rumahnya.
"Apakah sambutan itu pantas untukku, Ibu? ini adalah rumahku, jadi aku juga berhak pulang kan?" dengan tatapan mata yang begitu kesal Caroline menatap ibunya.
Andaikata ibunya bersikap selayaknya seorang ibu yang mencintai putrinya.. Caroline tidak akan menjadi gadis bar-bar, suka kelayapan, selalu main judi taruhan, berkelahi bahkan dia suka melakukan balap motor atau mobil yang bisa merenggut nyawanya.
"Lekaslah kamu pulang, Aku tidak ingin mendapat masalah dari orang yang sudah membelimu." jawabnya.
Tanpa berpikir dan menggunakan otak sama sekali Melsia mengatakan sebuah kalimat yang begitu melukai hati putrinya. "membelimu" kata itu bagaikan sebuah kekejaman yang tidak akan pernah dimaafkan oleh Caroline sendiri.
"Hahaha..," tawa Caroline saat mendengar ibunya mengatakan dia sudah dibeli. "Betapa buruk sifatmu itu, ibu. Kamu hanyalah wanita murahan yang berhasil menjual satu putrimu. Untung saja Avara sudah kabur terlebih dahulu, jika dia sampai berada di rumah ini mungkin kamu akan menjualnya juga. Mungkin juga kamu akan menjualnya pada rekan bisnismu yang sudah tua atau mungkin kamu menjualnya ke rumah pelacuran.";kata Caroline dengan sangat pedas.
"Tutup mulutmu itu, Caroline!" seru Melsia dengan sangat keras.
"Kenapa kamu harus marah, Ibu kamu bilang aku sudah dibelikan. Aku ini bukan seorang pelacur, aku ini putrimu anak yang sudah kau lahirkan. Betapa teganya kamu mengatakan hal itu padaku, Apakah kamu mempunyai otak atau kau itu sebenarnya memang dari dulu mempunyai pikiran jahat kepada kami?" tanya Caroline. kedua mata Caroline tampak sedikit berkaca-kaca, dari dulu sampai sekarang orang tuanya tidak pernah berubah sama sekali.
"Masuklah dahulu, Caroline." pinta pengasuh Caroline.
"Tidak usah bi, aku ke sini cuma ingin melihat kabarmu saja. Namun saat aku berada di sini aku benar-benar tidak habis berpikir." ucapnya. antara bingung dan sakit hati Caroline tidak tahu apa salahnya dan Avara. Kenapa orang tuanya memperlakukan mereka sebagaikan barang yang harus dijual dengan harga mahal.
"Ayo kita pulang, Sayang." Erik masuk ke dalam rumah Benito, ternyata dari tadi dia mendengar apa yang dikatakan oleh Melsia. tak pernah terpikir ada orang tua yang bisa mengatakan hal itu kepada putrinya, wanita yang sudah melahirkannya dan memberi susu kepada putrinya. Namun sayangnya ternyata selama ini pemikirannya hanya untuk bisnis mata.
Fikiran Caroline benar-benar kacau, terasa hatinya benar-benar sakit. jantungnya terasa diremas, kedua bola matanya menatap Erik yang sudah berada di ruang tengah.
"Ayo kita pulang." dengan lembut Erik meraih tangan istrinya.
"Mulai sekarang jangan pernah mencariku, Jangan pernah menganggap aku sebagai putrimu. Terima kasih karena kamu telah melahirkanku, terima kasih karena kau sudah memberikan luka yang begitu dalam padaku." ucapnya.
Setelah mengatakan itu Caroline pergi bersama Erik, ingin sekali dia menangis, berteriak dengan semua perlakuan orang tuanya. ketika berada di dalam mobil Caroline tampak terdiam, dia menatap di sekitar jalanan.
"Menangislah jika ingin menangis, tidak perlu kau menahannya. sesak yang terasa akan membuatmu semakin menderita." salah satu tangan Erik meraih kepala Caroline kemudian memeluknya. "Menangislah." tak ada suara. Namun tiba-tiba saja air mata itu berlinang dalam kesendirian dan rasa sakit.
Gadis berusia 19 tahun itu berjuang untuk dirinya sendiri. "Aku.. aku ingin merasakan kasih sayang, aku ingin dihargai, Aku ingin dicintai, Aku ingin merasakan kebahagiaan." ucapnya lirih.
Pelukan Erik semakin erat, dia tidak pernah mengira kalau gadis bar-bar yang merebut hatinya itu ternyata bisa lemah juga. "Tetaplah bersamaku, aku akan memberikan segalanya padamu. Aku akan mencintaimu, Aku akan selalu bersamamu dan aku akan selalu menjagamu seumur hidupku." bisik Erik.
Entah mengapa kata-kata itu sangat berarti bagi Caroline, pria yang menebus kedua orang tuanya, pria yang sudah menikahinya
dengan tiba-tiba, pria yang memiliki sifat keras Namun ternyata lembut. kedua tangan Caroline tiba-tiba memeluk Erik, dia menenggelamkan wajahnya di dada pria yang memeluknya. Terasa hangat, terasa semuanya bebannya sirna seketika.
Satu jam lebih lamanya akhirnya Erik kembali ke perusahaan, dia membukakan pintu untuk istrinya. mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan istrinya dengan begitu erat. Begitu lembut penuh dengan kasih sayang.
Senyum yang ditunjukkan Erik tiba-tiba membuat Caroline merasa nyaman, sebagai wanita setegar apapun pasti mereka ingin dihargai, dicintai disayangi juga di bahagiakan.
"Selamat datang, tuan." para karyawan perusahaan memberikan salam kepada Erik.
Belum banyak orang yang tahu kalau sekarang Erik sudah menikah, gadis muda yang berada di sampingnya adalah gadis yang selalu dia puja.
Tidak ada jawaban dari pria itu, dia masuk ke dalam perusahaan dengan beberapa anak buah yang mengikutinya.
"Kamu beristirahat saja, aku akan melihat beberapa berkas perusahaan."
"Baiklah." jawab Caroline.
"Tuan, ada beberapa berkas yang sedikit bermasalah. Kemungkinan berkas ini berkas dari beberapa perusahaan yang kita tolak." Kelvin memberikan beberapa laporan perusahaan.
"Kamu selesaikan semua masalah ini, Kelvin. jangan lupa lakukan seperti yang sudah-sudah."
"Nyonya, apakah nyonya mau dibelikan sesuatu?" tanya Kelvin.
"Nggak usah." jawab cuek Caroline.
Tok.. tok.. tok
Kantor Erik diketok oleh seseorang.
"Masuk." jawab Kelvin.
Seorang wanita masuk dengan pakaian yang begitu minim bahkan bagian dadanya terlihat begitu menonjol. seolah itu buah duren yang sudah mekar, Caroline yang dari tadi tidak memperhatikan itu seketika dia menatap tajam pada wanita itu.
"Waduh, ini wanita mau ke mana pakaiannya Kok begitu amat?" guman Caroline dalam hati.
"Tuan." Panggil si wanita.
"Iya." jawab Erik.
"Tuan ada beberapa laporan yang baru masuk." si wanita memberikan beberapa berkas kepada Erik sembari sedikit membungkuk.
"Aduh jatuh, pecah itu!!" seru Caroline yang secara tiba-tiba. dia menatap dada si wanita yang begitu besar namun kemejanya terlalu ketat.
Erik dan Kelvin seketika menatap Caroline yang mengatakan itu.
"Ada apa nyonya?" tanya Kevin.
"Itu, balonnya itu loh mau pecah." jawab Caroline sembari menunjuk dada si wanita yang ternyata adalah sekretaris suaminya.
Kelvin dan Erik sontak menatap sekretaris itu, mereka benar-benar tidak habis pikir. tadi Caroline begitu sedih, begitu mengenaskan setelah bertemu dengan ibunya. sekarang malah dia tiba-tiba mengatakan sesuatu yang begitu konyol.
"Maksudnya apa, nyonya?" tanya Kelvin.
"Itu loh, wanita itu siapa sih?" tanya Caroline.
"Dia sekretaris Tuan." jawab Kelvin.
"Hai Nona, nyonya atau siapa sih. kamu itu tidak punya pakaian ya? pakaian yang kamu kenakan itu kok gitu banget sih, itu loh balonmu Itu loh kelihatan mau pecah. kemeja yang kamu kenakan itu kurang bahan ya?" tanya Caroline dengan kata-kata yang begitu lucu.
**Bersambung**