NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Aku menyimpan tasbih mini pemberian ayah. Tasbih yang dahulunya selalu aku bawa kemana mana dan aku akan menangis tanpa henti jika tasbih itu hilang. Namun, belasan tahun terakhir aku seakan lupa dengannya. Aku keasyikan mengejar dunia dan mencari kebahagiaan di tempat yang hanya fana ini.

Dengan bismillah aku melajukan mobil pertama yang ayah beli di saat kondisi kami saat itu sedang berada di posisi menengah ke atas. Aku tak berniat untuk menjual atau menukar mobil ini. Kendaraan ini adalah saksi bisu perjuangan ayah untuk mensejahterakan kami. Dan di saat beliau sudah berjaya, beliau meninggalkan kami untuk selamanya.

Yes, aku sampai di saat yang tepat. Anak-anak baru saja berkumpul, bahkan Arumi pun nampaknya belum ada di masjid. Aku datang menghampiri anak-anak yang masih bermain.

"Assalamu'alaikum anak-anak," sapaku yang berhasil membuat mereka mengalihkan perhatian.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

"Om Bari lama banget nggak ke sini," sahut Ikhsan. Anak laki-laki yang ramah dan tampan. Mudah-mudahan dia tak seperti aku saat dewasa.

"Iya, maaf ya om sibuk banget. Duduk yuk, om bacain dongeng lagi. Bu Arumi belum datang kan?"

"Belum," jawab mereka bersamaan.

"Ok, om bacain dongeng islami lagi ya."

Sengaja aku membeli beberapa buku dongeng dan cerita islami untuk mendekati mereka. Kalau aku dekat dengan mereka otomatis aku juga bisa dekat dengan Arumi. Hal ini aku lakukan sudah sejak awal aku datang ke sini. Saat aku belum tahu sama sekali latar belakang janda yang memporak-porandakan hati dan hidupku.

Anak-anak diam mendengar dongeng yang aku bacakan. Terkadang mereka juga merespon dengan tawa saat beberapa bait kata yang aku baca lucu bagi mereka. Hingga suara panggilan dari seorang anak membuat aku berhenti membaca.

"Om Bari!" teriak Caca sambil berlari.

Sejujurnya aku tak terlalu dekat dengan Caca, tapi entah kenapa dia menjadi sangat ramah dan dekat denganku setelah beberapa waktu lalu aku sering memberi hadiah. Dia menjadi benyak bicara denganku. Mungkin saja dia butuh figur seorang ayah. Aku tak tahu bagaimana cara Arumi menjelaskan pada anak sekecil ini jika dia bertanya mengenai ayahnya.

"Hai anak manis. Kamu datang terlambat. Om sudah setengah membaca dongeng ini."

"Besok datang lagi kan om? Kalau besok datang, aku akan ajak bunda biar datang nggak terlambat."

"Kamu datang sama bunda?"

"Iya. Om bawa hadiah?"

"Caca, tidak baik bertanya seperti itu," sahut Arumi dari arah halaman.

"Tidak apa-apa Arumi, dia masih kecil. Jangan apa-apa kamu larang begitu," protes ku pada calon istriku di dunia halu.

"Lalu aku harus apa? Membiarkan dia bertanya tidak sopan seperti mu? Anak kecil kalau tidak di beri tahu dia akan begitu terus hingga dewasa. Dan dia menganggap hal yang dia lakukan adalah sebuah kebenaran."

"Iya, aku paham.."

"Tahu apa kamu? Tahu apa soal anak? Cara menghargai kaum kami saja kamu belum bisa." potong Arumi cepat.

Oh astaga, kenapa wanita ini bicaranya pedas sekali? Nampaknya dia benar-benar menjaga hatinya dari para pria. Dia tidak memberikan kesempatan pada pria manapun untuk masuk ke dalam dunianya.

"Semua orang pasti pernah salah Arumi, aku sadar betul apa yang aku lakukan adalah kesalahan. Itu sebabnya aku ingin berubah. Tidak boleh kah aku berubah?"

"Silakan saja. Bagus kalau kamu ada niatan untuk berubah. Sekarang biarkan anak-anak ngaji dulu. Kamu silakan pergi."

"Ini tempat umum dan siapapun boleh di sini, aku ingin di sini hingga isya nanti. Kamu tidak ada hak untuk mengusir ku."

"Baiklah," tukas Arumi setelah menghela nafas panjang.

Yes, ternyata caraku tak salah. Ternyata dengan keras kepala dan juga kegigihan ku aku bisa membuat Arumi tak berkutik. Tahu begini, dari dulu aku memakai cara ini. Ya, aku harus lebih keras kepala dari dia, batinku dengan sumringah.

"Jangan pakai meja itu Arumi, itu kamu berikan saja pada anak yang sudah remaja. Yang ngaji di dalam itu. Aku ada sendiri untuk anak-anak."

"Drama apa lagi yang kamu mainkan?" tanya Arumi kesal

"Bukan drama. Aku bukan artis, ngapain aku main drama."

Aku berjalan masuk ke dalam masjid untuk memberi tahu bahwasanya meja yang berukuran panjang bisa digunakan untuk anak-anak yang remaja ini.

Setelah itu aku membuka garasi mobil dan mengambil meja kecil itu sedikit demi sedikit. Untunglah anak-anak tak terlalu banyak yang mengaji di sini. Hanya sekitar lima belas anak. Tak bisa aku bayangkan jika ada lima puluh anak dan aku membawa meja ini sendirian. Pasti peluhku hampir sama dengan pasangan suami istri yang sedang beradegan nakal di ranjang.

Arumi hanya diam menatap ku yang bolak balik mobil dan teras. Sedangkan anak-anak sumringah tak karuan. Mereka mencari meja sesuai dengan gambar yang mereka suka. Sengaja aku membeli meja yang ada gambarnya agar mereka senang.

"Bantuin Arumi, capek aku," keluhku

"Tidak ada yang menyuruh kamu untuk beli ini dan bawa semuanya ke sini. Untuk apa kamu melakukan ini?"

"Untuk dapat pahala lah. Untuk apa lagi?" jawabku enteng.

Arumi nampak kesal. Namun, tangannya tergerak untuk membatuku juga. Aku tahu, dia tidak akan tega membiarkan aku mengangkat meja ini sendirian bak seorang kuli.

"Semua sudah dapat ya? Nanti sehabis ngaji, mejanya diangkat sendiri di sisihkan ke pinggir ya. Coba sekarang angkat meja masing-masing. Ada yang nggak kuat?" tanyaku pada anak-anak.

Kini aku berdiri berdampingan dengan Arumi di depan anak-anak. Ah aku jadi membayangkan jika ini pelaminan. Sabar Bari sabar.

"Semuanya kuat ya. Ok sekarang kita saatnya ngaji dulu ya," teriakku pada anak-anak. Lalu aku beringsut mundur dari samping Arumi dan berjalan menuju anak-anak yang sedang duduk rapi dengan meja kecil di hadapan masing-masing.

Aku mendudukkan diri di barisan paling belakang. Aku ingin mendengar dengan jelas suara calon istriku saat mengajar. Mungkin lain kali aku akan ikut dengannya saat bekerja di rumah sakit. Agar aku juga bisa melihat dengan jelas bagaimana cara bekerja wanita ini. Atau mungkin aku akan mengikutinya kemana-mana suatu saat nanti. Ah ternyata aku bisa bucin juga.

Lantunan surat-surat pendek akhirnya terdengar di telinga ku. Aku kembali merasakan kedamaian hati yang sungguh aku rindukan. Sudah lama aku tak merasakan begini. Sungguh Arumi sudah mengubah dunia ku menjadi Bari yang dulu.

Ingin sekali rasanya aku mengambil gambar mereka yang sangat menyejukkan hati ini. Tapi aku takut jika Arumi marah dan malah mencari cari alasan agar aku tak kembali ke sini. Aku harus sabar, sedikit demi sedikit saja Bari.

Aku mendengarnya dengan seksama hingga tak terasa kegiatan belajar mengajar itu sudah pada akhir sesi. Aku hapal betul, setiap kali selesai mengaji, Arumi selalu mengajak anak-anak untuk bersholawat, suara Arumi yang sangat mendominasi itu membuat relung hatiku bergetar kembali.

"Jangan berebut tempat meja ya, tempatnya luas. Ayo gantian." Suara perintah dari Arumi membuat aku sadar bahwa kegiatan islami itu sudah usai. Seperti biasa, anak-anak akan bermain sebentar seraya menunggu adzan maghrib berkumandang.

Namun, di salah satu sudut yang sedikit jauh dariku, aku melihat Caca dengan ibunya. Entah apa yang neraka bicarakan aku tak tahu, namun dari gerak geriknya Arumi terlihat serius.

Bersambung.

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!