Karena dendam pada Seorang pria yang di yakini merebut wanita pujaannya sejak kecil, Alvino Maladeva akhirnya berencana membalas dendam pada pria itu melalui keluarga tersayang pria tersebut.
Syifana Mahendra, gadis lugu berusia delapan belas tahun yang memutuskan menerima pinangan kekasih yang baru saja di temui olehnya. Awalnya Syifana mengira laki-laki itu tulus mencintainya hingga setelah menikah dirinya justru mengetahui bahwa ia hanya di jadikan alat balas dendam oleh sang suami pada Kakak satu-satunya.
Lalu, apakah Syifana akan terus bertahan dengan rumah tangga yang berlandaskan Balas Dendam tersebut? Ataukah justru pergi melarikan diri dari kekejaman suaminya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma Azalia Miftahpoenya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First Kiss
Seorang gadis masih duduk di sebuah ranjang, di depannya seorang pria tengah dengan telaten menyuapkan bubur buatannya untuk sang istri. Awalnya Syifana menolak, hingga akhirnya dia memaksa istrinya makan dengan suapannya.
"Kamu itu harus sehat, Fana! Kalau nanti kamu sakit, yang mau mendoakan ibu siapa?" tanya Aldev di sela-sela suapannya.
Syifana hanya tersenyum, gadis itu merasa beruntung karena mendapatkan suami yang begitu perhatian padanya. Walaupun mereka kenal belum lama, nyatanya senyuman pria itu memang sangat menenangkannya.
"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Aldev heran.
Istrinya itu baru saja terlihat sedih, tapi sekarang justru terlihat bahagia. Apakah semudah itu seorang wanita ber-ubah perasaan?
"Aku cuma enggak mau sedih lagi, kasihan ibu kalau lihat aku sedih terus." Syifana sekarang merebut mangkok yang sedang di pegang oleh suaminya.
"Bang Vino, mandi sana! Bau asem, tahu." Syifana mengejek sang suami, tetapi tangannya sibuk menyendok bubur buatan suaminya.
Alvino hanya merespon ejekan istrinya dengan gelengan kepala. Dia juga merasa lega karena istrinya itu sudah berhenti menangis. Sedih karena kehilangan seseorang itu memang berat, tetapi kita tidak boleh lemah. Menurut pria berusia 27 tahun itu.
Mendapat istri yang usianya jauh di bawahnya, ternyata memang tidak semudah itu. Perlu menjadi seorang Ayah, atau kakak yang selalu sabar menghadapinya.
Alvino beranjak dari duduknya, mengusap puncak kepala istrinya dengan gemas, hingga rambut sang istri berantakan. Gadis itu bahkan menjerit akibat ulah isengnya.
Setelah menjahili sang istri, Alvino melangkah menuju kamar mandi. Masuk ke dalamnya untuk membersihkan tubuhnya yang memang sudah terasa sangat lengket. Apa lagi tadi mereka juga dari pemakaman.
Syifana masih asik memakan bubur putih buatan suaminya, suap demi suap masuk ke dalam mulutnya hingga tandas. Begitu selesai, gadis itu menaruh mangkok di atas nakas lalu mengambil segelas air putih yang sudah di siapkan oleh suaminya itu. Meneguk air putih itu hingga tidak tersisa setetespun.
Saat Syifana selesai dengan acara makannya, bersamaan dengan Alvino yang keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya menggunakan handuk tipis yang menutupi tubuh bagian pusar ke bawah saja.
Gadis berusia 18 tahun itu meneguk ludah kasar, saat melihat dengan jelas otot-otot yang tercetak di dada hingga lengan suaminya itu. Sementara Alvin melenggang menuju lemari yang berada tidak jauh dari ranjang. Tidak sadar bahwa sang istri tengah memperhatikannya dengan mata mendelik, bahkan tidak berkedip.
'Ah, suamiku! Kenapa menodai kesucian mataku ini?' batin Syifana seraya mengelus dadanya.
Setelah mengambil baju dan celana ganti, Alvino membalikkan tubuhnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya tengah menatap ke arahnya. Namun, dia juga merasa heran karena istrinya bahkan tidak berkedip. Pria itu memutuskan untuk mendekati sang istri.
Alvino melangkah semakin dekat, membuat Syifana merasa semakin tegang. Gadis itu merasa jantungnya sedang bermasalah, karena berdetak tidak seperti biasanya. Mata itu masih belum melepas pandang dari objek yang membuatnya begitu ingin menyentuhnya.
Alvin yang mengira sang istri sedang melamun, merasa semakin heran. Jika istrinya itu melamun, kenapa mata gadis itu seakan terfokus pada dirinya. Pria itu mengipas-kipas'kan tangannya di depan wajah sang istri.
Gadis itu langsung tersadar, lagi-lagi meneguk ludahnya kasar saat pemandangan yang tadi hanya dia lihat dengan jarak jauh, kini justru dia lihat dengan jarak dekat.
Tanpa sadar tangan gadis itu terangkat, menyentuh kotak-kotak rapi yang berjejer di perut sang suami. Dia bahkan menekan kotak-kotak itu dengan gemas.
Mendapati istrinya berlaku seperti itu, Alvino baru sadar bahwa istrinya bukan melamun, melainkan tengah terpesona dengan tubuh atletisnya. Pria itu menyentuh dagu sang istri hingga mendongak, bertatapan langsung dengan mata tajam miliknya.
"Jadi, kamu sedang berimajinasi liar, Fana?" tanya Alvino menggoda.
Syifana benar-benar tersihir oleh tatapan mata sang suami. Gadis itu sama sekali tidak berontak saat suaminya itu semakin mendekatkan bibir keduanya.
Kedua bibir itu semakin dekat, detak jantung gadis itu semakin berdetak kencang, aliran darah seakan memanas hingga dia menutup matanya. Tidak sanggup lagi menatap mata tajam prianya itu.
Kini bibir dari sepasang suami istri itu menyatu, saat sang pria akan menyesap bibir kenyal milik sang istri, kegiatannya justru terganggu dengan suara ketukan pintu.
Syifana membuka matanya, sementara Alvin langsung melepaskan pagutan bibirnya dengan bibir sang istri. Mereka merasa canggung sekarang, Alvino bahkan menyugar rambutnya dengan kasar setelah melepaskan dagu sang istri.
Ketukan pintu itu semakin lama semakin cepat, membuat Syifana akhirnya bangkit dari posisinya. Gadis itu melangkah menuju pintu untuk membukakan pintu. Ketika pintu terbuka, di depannya seorang pria tengah berdiri di depan pintu kamarnya seraya menatap sang adik dengan curiga.
Laki-laki yang datang ke kamar Syifana adalah Ali, dia harus memanggil sang adik karena keluarga pihak ayahnya yang berasal dari Padang baru saja sampai di kediaman mereka.
Ali menatap Syifana curiga karena tidak biasanya sang adik lama membuka pintu saat di panggi. Apa lagi, dia sekilas melihat pria yang baru saja menjabat sebagai adik iparnya itu hanya menggunakan handuk tipis.
"Ada apa, Bang?" tanya Syifana heran.
Kakak laki-lakinya itu tidak mengucapkan apapun, justru terlihat sedang mengamati ke dalam kamar miliknya.
"Bang Ali mau menginap di kamarku?" sindir Syifana jengah.
Ali terkesiap dengan sindiran sang adik. Laki-laki itu menggelengkan kepala sebagai tanda menolak apa yang baru saja di tawarkan gadis itu.
"Keluarga dari Padang sudah sampai, Ayah menyuruh kamu untuk turun, Syifa!"
"Baiklah, setelah mandi, Syifa langsung turun." Gadis itu langsung menutup pintu kamar.
Syifana kembali melangkah, gadis itu berniat masuk ke dalam kamar mandi. Namun urung dia lakukan karena mengingat kejadian yang terjadi antara dirinya dan sang suami. Gadis itu menyentuh bibirnya dan tersenyum malu.
"Mau lagi?" tawar Alvino setelah selesai memakai pakaiannya.
Gadis itu menoleh, mendapati sang suami tengah tersenyum dengan mengedipkan matanya. Syifana langsung menutup wajahnya karena malu, dia ketahuan tengah membayangkan adegan panas tadi.
Syifana berlari memasuki kamar mandi dan menutup serta mengunci pintu kamar mandi. Gadis itu menyentuh dadanya yang kembali berdebar. Memejamkan matanya dengan senyum malu-malu. Ini adalah pertama kalinya dia tersentuh oleh pria lain. Namun, begitu kesadarannya kembali, Syifana kembali merasa sedih.
Alvino yang berada di luar, tersenyum menyeringai. Laki-laki itu begitu bangga karena bisa menaklukan hati gadis remaja yang berstatus adik kesayangan dari pria yang dia beri label musuh terbesarnya.
"The game begins!" ujarnya masih dengan bibir yang tersenyum menutupi sebuah rasa lain di hatinya.
Bersambung...