Jeslyn wanita yang berprofesi sebagai Dokter Bedah, dipaksa menikah dengan Dave Christian Tjendra penerus dari Tjendra Group yang tidak lain adalah cinta pertama sekaligus anak dari sahabat ayahnya.
Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahannya karena selalu diacuhkan oleh suaminya, Jeslyn juga harus merelakan suaminya menikah lagi atas desakan ibu mertuanya karena dirinya belum juga hamil setelah satu tahun pernikahan.
Jeslyn yang tidak sanggup untuk melihat suaminya menikah lagi memilih untuk bercerai. Dave yang awalnya sangat ingin bercerai dari Jeslyn karena tidak mencintai istrinya, tiba-tiba berubah pikiran. Davetidak mau melepaskan Jeslyn. Dia tidak rela kalau nanti Jeslyn menikah dengan orang lain.
"Jika kau tidak mencintaiku, maka, lepaskanlah aku." -Jeslyn
"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu." -Dave
Banyak konflik dan cerita berliku, jika tidak suka dengan cerita ini silahkan di SKIP. Harap bijak dalam memberikan bintang. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berselingkuh Di Belakangku
Mereka berjalan menuju kedai minuman yang bertuliskan Limun Factory. “Kau ingin yang mana?” tanya Dion ketika mereka sudah berada di depan kedai mimuman itu.
Jeslyn tampak melihat daftar menu sebentar. “Aku ingin yang rasa Mactha dan Red Velvet,” ucap Jeslyn sambul menatap Dion.
Dion tampak terkejut. “Kau yakin akan beli 2? Apa kau bisa menghabiskannya?” tanya Dion dengan wajah ragu.
Jeslyn tersenyum lebar. “Tentu saja bisa.”
“Baiklah,” Dion kemudian memesan 3 minuman untuk Jeslyn 2 dan 1 untuk dirinya. Dion sendiri memesan minuman diet juice.
“Kau ini badan saja yang kurus, ternyata makanmu banyak sekali,” ucap Dion ketika mereka sudah selesai membeli minuman. Mereka berdua berjalan menuju danau buatan, jika dilihat sekilas mereka seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan.
“Bukankah kau sudah tahu kalau aku makannya banyak,” ucap Jeslyn sambil menpilkan wajah cemberutnya. Mereka berjalan menuju danau buatan sambil mengibrol. “Iya aku tahu, tapi aku perhatikan satu tahun belakangan ini pola makananmu berubah.”
“Itu karena aku tidak ada waktu untuk makan,” kilah Jeslyn.
Dion dan Jeslyn berhenti di depan danau buatan. Mereka duduk di pinggiran danau, langit mulai tampak gelap, lampu-lampu mulai menyala, membuat suasana di sana semakin hidup.
Dion menoleh pada Jeslyn saat dia sudah menghabiskan satu minuman yang di beli tadi. “Kau itu tidak boleh mengkonsumi minuman yang banyak mengandung gula seperti itu, apalagi meminumanya secara berlebihan. Kau adalah Dokter, seharusnya kau tahu itu!” omel Dion. Jeslyn seperti anak kecil yang sedang di marahi oleh orang tuannya.
Jeslyn menampilkan wajah cemberutnya. “Aku tahu, sesekali aku juga ingin menikmati minuman seperti ini. Aku juga jarang sekali minum yang banyak mengandung gula seperti ini.” Hanya dihadapan Dion Jeslyn bebas menampilkan ekspresinya.
Dave jarang sekali menampilkan ekspesinya, selain wajah datar dan dingin. Jeslyn tidak pernah tersenyum apalagi tertawa lepas saat bersama dengan Dave tidak seperti saat bersama Dion. Dave cenderung kaku. Meski begitu, Jeslyn tetap mencintai Dave.
Dion memencet hidung Jeslyn dengan gemas. “Sakiit Dion!” Jeslyn mengusap hidungnya yang memerah karena dipencet oleh Dion. “Aku sudah dewasa, kau jangan memperlakukan aku seperti saat kita masih SMA. Kalau pasienku melihatnya, mereka akan ragu denganku.”
Dion tersenyum tipis. “Bagiku, kau masih Jeslyn yang dulu.” ucap Dion acuh. “Jangan pernah berubah. Tetaplah tersenyum seperti dulu, hiduplah dengan bahagia Jes. Agar aku bisa melepasmu.”
Jeslyn langsung menoleh pada Dion. “Kau ini bicara apasih? Kenapa cara bicaramu aneh sekali?”
Dion menatap lurus ke depan. “Tidak, aku hanya merasa kau lebih pendiam satu tahun belakangan ini! Aku tidak berhenti berpikir, ada apa denganmubsebenarnya.” ucap Dion sambil menikmati minuman yang ada di tangannya. “Aku hanya merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku!”
“Itu hanya perasaanmu Dion. Mungkin karena aku terlalu lelah bekerja, jadi wajahku terlihat tidak bersemangat,” kilah Jeslyn. “Aku hanya banyak pikiran saja belakangan ini, itupun masalah pekerjaan.”
Dion meletakkan menumannya di sampingnya. “Aku harap kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku Jes,” ucap Dion dengan suara rendah.
Jeslyn menatap Dion dari samping. “Apa kau akan marah kalau aku berbohong padamu?” tanyanya.
Dion tersenyum kaku. “Entahlah, aku rasa aku tidak bisa marah denganmu. Aku hanya akan merasa kecewa jika kau lakukan itu padaku,” ucap Dion dengan wajah serius.
Jeslyn menghela napas pelan. “Dion.. Sebenarnya aku...”
Dion berdiri. “Sudah gelap, kita harus segera kembali ke hotel. Kita akan kemalaman jika tidak pulang sekarang.”
Jeslyn yang awalanya ingin memberitahu Dion soal pernikahannya dengan Dave, dia urungkan saat Dion tiba-tiba mengajaknya pulang. Dia berencana untuk memberitahunya nanti setelah kembali ke jakarta. Jeslyn berdiri sambil menerima uluran tangan Dion. “Apa ada yang ingin kau beli lagi?” tanya Dion ketika mereka sudah berjalan menuju tempat parkiran.
Jeslyn menggeleng cepat. “Tidak ada.”
“Baiklah.” Mereka langsung pulang setelah dari Food Junction Grand Pakuwon, karena malam semakin larut. Mereka juga sudah lelah seharian melakukan banyak kegiatan.
Setibanya di hotel mereka langsung menuju lantai kamar mereka. Mereka berhenti tepat di depan kamar Jeslyn. “Besok jangan lupa kita akan melakukan bakti sosial,” ucap Dion mengingatkan.
“Jam berapa kita akan berangkat?”
“Kita akan berangkat dari sini pukul 7 pagi, kita akan sarapan terlebih dahulu, setelah itu kita akan mampir ke rumah sakit cabang kita, dari sana kita akan berangkat bersama dengan dokter lainnya,” jelas Dion secara detail.
Jeslyn mengangguk. “Baiklah, jika aku kesiangan tolong bangunkan aku!” pinta Jeslyn.
“Iyaa, jangan tidur malam-malam. Kau harus istirahat yang cukup, karena besok kita akan sangat sibuk. Kau perlu tenaga ekstra untuk melakukan kegiatan besok.”
“Baiklah.”
“Masuklah! Sudah malam,” ucap Dion sambil tersenyum.
“Kau juga masuklah.”
Dion mengangguk kemudian berjalan menuju kamarnya.
Setelah kepergian Dion, Jeslyn langsung masuk dan menutup pintu. Dai berjalan menuju kamar mandi. Tidak berselang lama bel kamarnya berbunyi. Jeslyn mengira klau Dion pasti melupakan sesuatu. Dia kembali berjalan menuju pintu dan membukanya.
“Ada apa lag...” ucapan Jeslyn terpotong ketika melihat seseorang dengan wajah penuh emosi sedang menatap tajam pada dirinya. “Dave..! Kenapa kau bisa di sini?” tanya Jeslyn dengan wajah terkejut.
“Kenapa? Apa kau mengira kalau aku adalah laki-laki brengsek itu?” ucap Dave dengan tatapan menyala.
Jeslyn maju kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia ingin memastikan kalau tidak ada yang melihat keberadaan Dave. Dia tidak mau kalau sampai ada yang melihat dia memasukkan pria ke dalam kamarnya, karena akan menimbulkan gosip heboh nantinya di rumah sakit. Mereka belum tahu kalau Jeslyn sudah menikah.
“Dave masuklah, jangan membuat keributan di sini!” ucap Jeslyn sambil menarik Dave masuk ke dalam kamarnya setelah dia menutup pintu.
Jeslyn melepaskan tangannya setelah berada di dekat tempat tidur. “Jeslyn, kau ternyata punya nyali besar. Berani sekali kau selingkuh di belakangku!” ucap Dave dengan mata yang menyala.
“Selingkuh apa maksudmu?”
“Kau jangan berlagak polos Jeslyn. Aku sudah melihat bajingan itu mengantarmu sampai di depan pintu. Kamar kalian bahkan berdekatan, tidak sekalian saja kau sekamar dengannya!”
“Dave jangan keterlaluan. Jaga ucapanmu! Kau tidak bisa merendahkanku seperti itu!” ucap Jeslyn dengan marah.
Dave berjalan mendekati Jeslyn. “Kenapa aku tidak bisa? Kalau kenyataannya kau memang berselingkuh dengannya!”
“Aku tidak berselingkuh Dave. Jangan memfitnahku”
“Kau sudah tertangkap basah olehku, tapi masih bisa mengelak. Kau benar-benar luar biasa Jeslyn. Apa kau anggap aku ini bodoh?”
Jeslyn mengusap kasar wajahnya. “Dengar Dave, kau sudah salah paham! Aku tidak berselingkuh. Kami hanya pergi berkeliling saja lalu makan, kami tidak melakukan apa-apa!”
Bersambung...
Mohon dukung juga karya Author yang lainnya. Yaitu "Cinta Untuk Dia"
Dan juga yang berjudul "Jangan Sakiti Aku"