Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Meninggalkan Samudera Kehampaan Abadi.
Perjalanan menuju istana naga emas.
" Saudara, di istana Naga Emas, Kami akan menjelaskan semua hal yang berhubungan dengan penguasa Muda dan Penguasa Agung dengan rinci," ucap Liong Hei, membangun komunikasi dengan Luo Zhao.
" Baik saudara, karena aku juga berharap demikian..." ucap Luo Zhao dengan perasaan yang tidak menentu.
" Tapi saudara Liong Hei," ucapnya ragu.
" Saudara Zhao, bicaralah..."
" Saudara, jika aku boleh tahu, tempat apa ini. karena sebelumnya aku berada di dataran Kehampaan Abadi Benua Tearatai Hitam, dan sangat tidak mungkin aku di teleportasi ke dunia lain dengan sesingkat ini?" sambil mengitari pandangannya dengan heran.
" Saudara Zhao, saat ini kita berada di dalam dunia jiwa, penguasa muda Qing Ruo," jawab Liong Hei membuat Luo Zhao begitu terkejut.
" Dunia Jiwa, Qing Ruo?" tanya Luo Zhao heran.
" Saudara Zhao, tenanglah. Di istana Naga Emas, kami akan menjelaskannya," ucap Liong Hei.
" Baik," jawab Luo Zho, menahan rasa penasarannya.
" Apakah nama itu ada hubungannya dengan Shen Guoshi Qing," Luo Zhao membatin, sambil terus bergerak mengikuti Jinse dan Liong Hei.
****
Samudra Kehampaan.
Qing Ruo terus bergerak mendekati tempat peristirahatan pasukan langit.
Setelah bergerak sepanjang waktu, Qing Ruo akhirnya melihat cahaya keemasan yang di pancarkan piringan emas raksasa yang menampung ratusan ribu prajurit langit yang sedang beristirahat di tempat itu.
" Swhus...." Sosoknya terus bergerak mendekati tempat itu dengan tenang.
" Prajurit Zhao, kamu kembali..?" Seorang Komandan pasukan menghampiri Qing Ruo.
" Benar komandan..." sambil meminta izin pada komandan itu untuk menemui Luo Xing.
" Baikalah, tapi jangan lama-lama, sebentar lagi kita akan pergi..."
" Baik komandan..." lalu melangkahkan kakinya menuju tempat peristirahatan para jenderal utama dengan tenang.
****
Tempat peristirahatan para Jenderal utama.
" Komandan, perintahkan pasukan untuk bersiap-siap, sudah waktunya kita berangkat," ucap Kongqi Chu pada komandan yang berjaga di tempat itu.
" Baik Jenderal..." jawab sang komandan sambil berlalu meninggalkan pergi.
Tidak lama kemudian setelah komandan itu pergi, seorang komandan yang berjaga menghadap.
" Para Jenderal, prajurit Zhao ingin melapor..." ucap sang komandan.
" Prajurit Zhao..." ucap Baoyang Ran dan Kongqi Chu bersamaan, menatap Luo Xing yang juga pura-pura terkejut.
" Baik, suruh dia masuk..." jawab Luo Xing santai.
" Baik jenderal..." lalu meminta Qing Ruo memasuki ruangan.
" Jenderal..." ucap Qing Ruo yang menyamar menjadi prajurit Luo Zhao memasuki tempat itu, memberi hormat pada Luo Xing, Baoyang Ran dan Kongqi Chu.
" Prajurit Zhao, bicaralah..." ucap Luo Xing berusaha menyembunyikan ketegangan dalam hatinya.
" Apakah dia Tuan Muda Luo Ruo atau prajurit Zhao..." membatin, menatap Qing Ruo dengan lekat.
" Jenderal, aku sudah memberi penjelasan dan menyampaikan perintah dari Anda, namun tuan muda Luo Ruo menolak, dan bersikeras memintaku untuk kembali..." dengan wajah serius.
Luo Xing mendesah panjang, menatap Qing Ruo yang ada di hadapannya dengan lekat.
" Mengapa bisa demikian?"
" Tuan Muda menjelaskan bahwa dirinya sudah terbiasa sendiri. Selain itu, dia juga tidak ingin aku seperti dirinya yang tidak bisa kembali ke daratan ilahi," jawab Qing Ruo, membuat tempat itu menjadi hening.
" Tuan Muda, apakah ini anda?" tanya Luo Xing berbicara melalui telepati, menatap Qing Ruo dengan dalam.
" Bukan jenderal, ini aku Luo Zhao. Tuan muda mengubah pikirannya, karena dia takut akan membawa masalah bagi Anda," jawab Qing Ruo.
" Mengapa bisa demikian?"
" Dia takut penyamarannya gagal, dan itu akan merusak nama baik Anda," jawab Qing Ruo.
Luo Xing mendesah panjang, menatap Qing Ruo yang menyamar dihadapannya dengan wakah sedih dan kecewa.
" Aku sudah menduga dia pasti akan menolak, tetapi setidaknya kita sudah berusaha. Baiklah, jika demikian kembali ke dalam pasukan. Kita akan segera pulang," ucapnya pelan.
" Baik Jenderal..." jawab Qing Ruo sambil memberi hormat, lalu meninggalkan ruangan itu.
Qing Ruo dengan sengaja merahasiakan dirinya, dengan alasan supaya Kongqi Chu dan Baoyang Ran tidak menlihat kebocoran emosi Luo Xing.
Setelah Qing Ruo pergi, Luo Xing, Baoyang Ran dan Kongqi Chu keluar dari kemah itu dan meminta seorang komandan pasukan untuk merapikannnya.
" Mari kita pergi," ucap Luo Xing sambil berjalan menuju kereta perangnya.
Hiruk pikuk di atas piringan emas raksasa yang menampung seratus tiga puluh lima ribu prajurit jubah emas mulai mereda, saat seluruh pasukan itu telah bergabung dengan kelompok mereka masing-masing .
Qing Ruo yang menyamar sebagai prajurit Luo Zhao bergabung dengan pasukan pedang emas, berbaris di urutan kedua setelah pasukan tombak, dan di susul dengan pasukan panah.
" Swhung...." piringan emas raksasa yang sebelum menjadi tempat mereka untuk berpijak lenyap.
" Bergerak!" suara Baoyang Ran memberi perintah.
" Swhung...." ledakan aura emas dari tubuh mereka membentuk perisai transparan, dan mulai bergerak meninggalkan tempat itu dengan perlahan.
Di dalam pasukan pedang.
Qing Ruo yang menyamar sebagai prajurit Zhao berusaha untuk tetap tenang, namun perubahan sikap itu menarik perhatian beberapa prajurit berada di sekitarnya, bahkan dua pasang mata yang tiba-tiba menajamkan penglihatannya.
" Saudara, lihat Dia mulai terlihat gelisah..." berbicara melalui telepati pada temannya.
" Benar, dia terlihat gugup," jawab prajurit lain.
Qing Ruo yang berpura-pura tidak menyadari kehadiran aura asing yang mengawasi pergerakannya itu, terus berusaha untuk tetap tenang.
" Hais, mengapa aku bisa segugup ini..." membatin kesal.
Sepajang petualangannya, mulai saat dirinya meninggalkan kota perak menuju jantung Benua Teratai Biru, berkelana ke berbagai tempat terlarang, memasuki dunia kecil yang berbahaya bahkan bertarung melawan para petinggi pasukan Pagoda Emas Tiga Lantai, hingga melawan Dalu Wang Heng, tidak pernah sekalipun dia merasakan kegugupan seperti sekarang, yang membuat jantungnya berdetak cepat dengan perasaan yang berdebar-debar.
" Saudara Zhao, mengapa begitu gelisah ?" tanya seorang prajurit yang berada di sisinya.
" Saudara, aku...." ucapnya ragu.
" Bicaralah..." ucap prajurit tersebut.
" Saudara, sebelumnya aku mendapat tugas dari jenderal besar Luo Xing untuk melayani tuan muda Luo Ruo, namun aku ditolak. Aku merasa gagal dan malu. Jenderal Luo Xing memang menerima alasan itu, tapi aku sendiri merasa tidak bisa menerima hal itu.." ucap Qing Ruo menggelengkan kepalanya sedih.
" Aku rasa itu bukan salah saudara, karena tuan muda itu sendiri yang menolak...."
" Benar, tapi apakah jenderal akan tetap percaya padaku, dan apakah aku akan tetap mendapatalkan kepercayaannya," jawab Qing Ruo membuat prajurit yang berada di sisinya itu terdiam.
" Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Aku rasa Jenderal besar sudah dapat menerima alasan itu saja sudah cukup, dan membuktikan diri bahwa Dia adalah Jenderal yang bijak," ucap Prajurit itu sambil terus bergerak.
" Saudara benar, tapi aku sendiri merasa bahwa aku telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku..."
Dari jauh. Kedua pasang sosok mata yang mengawasi pergerakan Qing Ruo, dengan jelas dapat mendengar percakapan itu.
" Luo Zhao benar. Apa yang dia dirasakan saat ini adalah ketakutan kita semua," ucap prajurit itu.
" Saudara benar. Aku bahkan pernah mengalami situasi seperti itu. Karena harga diri dan kebanggan prajurit terletak pada rasa percaya itu sendiri. Mendapatkan percayaan dari seorang jenderal ibarat mendapat mutiara langit, dan kehilangan kepercayaannya seperti berdiri di hadapan kaisar iblis...."
" Benar..." ucap prajurit itu pelan, sambil terus mengawasi Qing Ruo.
👉 Jika sulit meninggalkan jejak berupa komentar, cukup tekan tanda like 👍. Itu saja sudah sangat-sangat cukup. Terima kasih. 🙏