Felix yang tidak memiliki keluarga, teman dan uang suatu hari harus lepas dari panti asuhan karena telah menginjak umur 17 tahun. Ia hanyalah anak muda yang tidak begitu memahami dunia luar, masih naif dan juga lemah.
Suatu saat, ia menemukan sebuah ponsel pintar aneh yang entah dijatuhkan oleh siapa. Dan dari ponsel itu terdapat misi-misi aneh yang benar-benar memberinya hadiah dan membimbingnya menjadi ‘pangeran tampan dan sukses’ seperti yang dijanjikan.
Ting!
----
MISI KHUSUS:
Selamatkan seorang gadis yang kesusahan!
Hadiah: uang tunai sebesar sepuluh juta
----
Ting!
----
MISI KHUSUS:
Beli seribu koin funzone, dan dapatkan hadiah dengan semua koin itu!
Hadiah: mendapatkan satu unit apartemen di ‘BluePearl’ seharga 10 miliar
----
Berasal dari manakah sistem tersebut??
Baca juga:
sistem pemburu penjinak monster
Sistem kekayaan hukuman
reinkarnasi Menjadi Pangeran Terbuang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dee hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meningkatkan level dasar
.
.
Pagi ini hari senin, tidak seperti teman-teman sekosannya yang malah mengeluh karena hari libur masih lama, Felix... dia malah terlihat sangat bersemangat.
Apalagi jika bukan karena hari ini dia bisa meningkatkan semua level dasarnya menjadi level dua?
Nama: Felix
Umur: 17 tahun
LEVEL DASAR:
Level kekuatan 1 [Poin mencapai batas max]
Level kecerdasan 1 [Poin mencapai batas max]
Level kecepatan 1 [Poin mencapai batas max]
Level penampilan 1 [Poin mencapai batas max]
Tingkatkan semua Level dasar?
[Ya] [Tidak]
Setelah Felix menekan pilihan ‘Ya’ ia menunggu loading dengan tidak sabaran. Tapi loading yang lama membuatnya kesal, tanda di ponselnya terus berputar-putar dan tidak segera berhenti.
Tidak mungkin itu karena signal atau semacamnya, karena ponselnya ini ponsel ajaib yang tidak butuh beli pulsa, data atau mencari signal. Bahkan Felix yakin jika dia tersesat di pelosok desa, ia tetap dapat menggunakan ponselnya dengan baik.
Padahal dulu saat naik dari level nol ke level satu tidak seperti ini, semuanya langsung berhasil dalam sekejap. Apa mungkin ini karena dia meningkatkan semuanya bersamaan dan bukan satu persatu?
Ah, biar sajalah.
Felix memilih membiarkan ponselnya dan langsung saja pergi ke rumah Nana untuk sarapan seperti biasa.
“Ferdi!” Felix memanggil Ferdi yang baru saja turun tangga “Kenapa Lix?”
“Dimana Handika?”
“Lho, baru aja dia berangkat sekolah.. ku pikir berangkat bareng kamu”
Felix menggeleng “Enggak..”
“Ada piket kali... atau nyari makan dulu”
“Hmm gitu ya”
Tumben banget si Handika hari ini meninggalkannya, tadi pagi juga menolak untuk di ajak mengerjakan misi harian seperti biasa.
Tidak mau berpikir lagi, Felixpun memilih untuk pergi ke rumah Nana, kalau tidak ia bisa diomeli Nana dan Mama Ina karena berpikir Felix tidak mau makan.
Sampai disana, tidak seperti biasa suasananya seperti sangat mencekam, Nana terlihat diam duduk di meja makan, begitupun Mama Ina.. beda dengan Papa Riko yang malah asyik membaca koran pagi.
“Se.. selamat pagi?” sapa Felix
“Duduk” perintah Nana, Felixpun tanpa menunggu dua detik langsung duduk di kursi kosong.
Apa Felix berbuat salah ya? Perasaan kemarin siang setelah mengajak Jini kemari mereka malah senang, tapi kenapa sekarang aneh begini?
“Kakak mendengar dari Handika...”
Handika?? Dia mengadu apa pada Nana Pantas saja dia menghindari Felix!
“... Kamu ternyata punya banyak uang karena menang lotre kan??”
Felix menelan ludahnya susah payah karena saking gugupnya, Nana terlihat mengerikan saat ini.
“Itu.. maaf kak Na..” cicit Felix yang ketakutan, orang yang biasanya tersenyum dan terlihat baik itu, kalau sudah marah akan terlihat sangat seram.
“Seharusnya kamu cerita ke kami dong Lix! Ku pikir kita sudah seperti keluarga...”
“Nana sudahlah.. mungkin Felix takut kita marah” Mama Ina membela Felix
“Mamamu benar, Felix punya keberuntungan tinggi... Lix, kamu mau bantuin Papa gak?” sahut Papa Riko
“Bantuin apa ya?” tanya Felix
“Tetu saja –”
“Gak boleh! Felix masih kecil Pa.. jangan diajak yang aneh-aneh” Nana langsung menyambar dan menghentikan ucapan Papanya.
“Kalau gitu nunggu kamu besar aja Lix” ucap Papa Riko pasrah
“Kamu terlalu berlebihan, Felix sudah besar, ya kan Lix..” sahut Mama Ina
“Duh, kalian ini jangan terlalu memanjakan Felix dong! Dia itu harus disiplin dan –”
“Nana.. anak muda sekarang gak masalah sekali-kali melanggar aturan” Papa Riko menyela
“Mana ada kayak gitu sih Pa!” bantah Nana
“Lix, biarin mereka, kamu mending sarapan aja terus berangkat, takut telat” kata Mama Ina
“Baik ma..”
Tanpa mereka sadari, Felix sekarang tersenyum senang.. meski Nana marah padanya, tapi itu karena dia mengkhawatirkan Felix. Dia merasa keluarga ini sudah menganggapnya keluarga
sepenuhnya.
Tapi.. tentu saja mereka bukan keluarga kandung, dia masih sedikit sungkan dengan mereka. Jadi dia tidak bisa mengatakan semua rahasianya. Felix juga tidak bodoh mengatakan semua rahasia itu pada mereka, karena meski tidak tertulis, ia pasti mendapat hukuman jika
mengatakan sesuatu seperti sistem di dalam ponsel.
***
Felix tidak mengerti dia yang terlambat atau bagaimana, tapi saat dia sudah memasuki area sekolah.. entah mengapa semua orang jadi sangat heboh.
Mereka berkerumun meneriakkan sesuatu dan juga ada yang mengabadikan dengan ponsel pintar mereka.
Felix pikir, mungkin ada selebriti masuk sekolah ini. Dia yang juga penasaran akhirnya memilih untuk masuk di antara kerumunan itu, namun saat dia masuk... mereka malah dengan mudahnya menyibak dan memberi jalan padanya.
Dan saat itu ia mengerti mengapa mereka jadi seheboh itu.
“Felix!!”
Felixpun mendekat pada sosok gadis cantik, yang kini makin cantik dengan balutan seragam sekolah mereka. Saat dipakai dia, seragam itu malah terlihat seperti seragam yang mewah.
“Lianna.. kamu –”
“Iya! Aku sekolah disini sekarang” jawab Lianna menyela ucapan Felix.
Kemudian pintu mobil mewah yang ada di belakang Lianna terbuka, menampilkan seorang nenek yang sepertinya familiar di mata Felix... tapi siapa ya?
“Ya ampun.. kamu anak ganteng yang waktu itu nolongin nenek kan?” kata nenek itu
“Oh! Nenek di supermarket ya? Apa kabar nek?”
Lianna yang melihat Felix akrab dengan neneknya menatap interaksi mereka tidak suka “Kok grandma bisa kenal Felix sih?” tanya Lianna
“Kan grandma udah bilang waktu itu... ada anak ganteng yang nolongin grandma, harusnya grandma yang nanya kenapa kamu bisa kenal dia” balas nenek.
“Jadi nenek ini neneknya Lianna?” kini Felix yang terkejut dengan kenyataan yang baru ia ketahui tersebut. Berarti dia waktu itu bukan menolong nenek yang kesusahan, tapi menolong nenek konglomerat! Penampilan sederhana nenek benar-benar menipu.
“Nak ganteng kaget ya? Mulai sekarang, jaga cucu nenek disini ya? Jangan sampai dia terluka.. nenek percaya sama kamu nak ganteng..”
“Panggil saja Felix nek”
Kemudian Lianna memisahkan Felix dari neneknya “Lix, kamu masuk kelas aja dulu, aku dan grandma harus pergi ke ruang guru” kata Lianna
“Gak mau ku anter?” usul Felix, tapi Lianna menggeleng kemudian menunjuk beberapa bodyguard yang sudah siap menunggu mereka.
Felix yang mengertipun akhirnya berpamitan pada mereka lalu pergi menuju kelasnya sendiri.
“Gimana Lianna? Kali ini kamu yang kalah kan?
Kelihatannya kamu menyukai Felix” kata nenek saat Felix sudah pergi “Katanya kamu akan membuktikan jika dia bukan pemuda yang sebaik grandma kira?” tambah nenek.
Lianna yang mendengar itu makin kesal dibuatnya, dia tau neneknya kali ini benar.
“Baiklah, kali ini aku kalah dan grandma menang.. grandma puas?”
Nenek terkekeh melihat cucunya yang terlihat kesal itu “Lianna menyukai nak Felix?” tanya nenek.
Lianna mengangguk malu-malu dan pelan, tapi nenek tersenyum bahagia melihatnya. Lianna ini tidak suka menyembunyikan perasaannya, dia akan bertingkah jujur dan apa adanya terutama dengan orang yang dia percaya. Seperti dirinya, Lianna tidak mudah percaya pada orang lain. Sejak bertemu Felix, nenek percaya dia akan cocok dengan cucunya.
“Grandma harap, kalian berteman dengan baik..”
“Tapi Grandma..” Kali ini suara Lianna mengecil dan terdengar seperti gumaman, namun nenek di dekatnya bisa mendengar dengan baik.
“Kenapa?”
“Felix itu anak yatim piatu, dia tidak memiliki apapun... maksudku, tidak apa aku berteman dengan dia?”
Nenek tersenyum mendengarnya, setelah
itu ia usap kepala Lianna dengan lembut dan penuh kasih “Sayang.. uang dan kedudukan bisa didapat dengan mudah, namun memiliki seorang teman baik yang dapat dipercaya itu sangat sulit. Lagipula sejak kapan grandma peduli dengan status orang?”
“Tapi.. mama dan papa –”
“Orangtuamu sangat sibuk untuk memikirkan itu.. kau saja dititipkan padaku bukan? Biarkan mereka sibuk di London. Mereka melepasmu karena percaya padamu, jadi kau bisa melakukan apapun yang menurutmu terbaik”
Lianna tersenyum setelah itu “Terima kasih Grandma”
“Ayo kita ke ruang guru..”
“Grandma rahasiakan ini dulu dari Kak Jean ya?”
“Eh? Kenapa begitu?”
“Aku selalu mengejek Kak Jean yang bucin.. jika dia tau aku sekolah karena seseorang dia akan membalasku”
Nenek tertawa mendengar alasan konyol cucunya “Hahaha kalian ini... baiklah baiklah, Grandma tidak akan mengatakan apapun padanya”
.
.