NovelToon NovelToon
MY SWEETIE BOYFRIEND

MY SWEETIE BOYFRIEND

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Contest
Popularitas:6.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: renita april

Follow IG : renitaria7796
Sekuel dari novel Jangan Salahkan Aku Selingkuh.

Dion sendiri tidak tahu apa yang ia sukai dari wanita yang berumur lebih tua. Ia tertarik pada Dila Alberto Pratama yang merupakan ibu dari sahabatnya sendiri, yaitu Reyhan. Perjalanan cinta tidak mulus seperti apa yang diharapkan. Dion harus berjuang mendapatkan Dila dari tangan sang ayah dan restu dari Reyhan sendiri. Kisah yang manis akan dimulai antara Dion dan Dila. Simak kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JURANG PEMISAH

"Sekarang kamu puas karena telah menghancurkan hidupku?! Aku ini Papamu, Dion. Papa kandungmu!" kata Bastian menegaskan siapa dirinya.

"Aku tahu itu. Aku tahu!" sahut Dion. "Bukan aku yang membuat hubungan percintaan Papa kandas, tetapi Papa sendiri yang menyebabkan itu semua. Papa sudah menyakiti hati Dila," berang Dion.

Bastian semakin kesal mendengarnya. Jelas-jelas kandasnya hubungan itu, karena Dion yang ikut mengincar wanita yang selama ini menjalin kasih bersamanya.

"Tidak sadar diri. Ini semua karena kamu! Berhenti untuk mencintai Dila. Karena sampai kapanpun, Papa tidak akan pernah merestui hubungan kalian!" murka Bastian. "Jika Papa tidak bisa mendapatkan Dila, maka kamu juga tidak akan pernah bisa untuk mendapatkannya."

"Setuju atau tidak setuju, aku akan tetap mengejar Dila," tegas Dion.

"Anak kurang ajar!" Bastian mengangkat satu tangan untuk memukul Dion. Namun tangannya hanya sampai di udara karena sebuah deringan ponsel menghentikan niatannya itu.

Bastian mengeser tombol hijau, kemudian menempelkan ponsel itu ke telinga. Pria paruh baya itu kaget, matanya melotot memandangi Dion. Ponsel yang berada di tangan terjatuh bebas meluncur ke bawah lantai.

Plaak ... plaak ... !

Bastian mengumpat setelah memberi dua tamparan di pipi Dion. Napasnya naik turun karena amarah dalam dirinya tengah meletup-meletup saat ini.

"Kamu telah membuat malu Papa, Dion. Tega sekali sebagai anak kamu berbuat hal seperti itu," marah Bastian.

Dion tertunduk. Ia mengerti apa yang dimaksud oleh Bastian. Mendengar dari sekilas panggilan yang pria itu terima, Dion yakin jika itu adalah suara dari orangtua Rosa.

"Aku tidak mencintai Rosa," ungkap Dion.

"Lalu kenapa kamu setuju dengan perjodohan itu, huh?!" Bastian terduduk di sofa.

Dion segera pergi ke dapur mengambil air putih agar Bastian tenang. "Papa ... minum dulu."

"Jangak sok baik." Bastian menepis gelas dari tangan Dion, hingga gelas kaca itu terlepas dan jatuh di lantai.

Bastian menarik napas panjang lalu mengembuskannya secara perlahan. Ia tertunduk dengan memijat kepalanya yang tiba-tiba berdenyut.

"Dengan tangan ini aku membesarkanmu, Dion. Memberimu segalanya. Aku bahkan tidak ingin menikah karena rasa takut akan dirimu. Tetapi, lihat dirimu. Aku hanya meminta satu hal, agar kamu menerima perjodohan itu. Namun lagi-lagi kamu menolaknya," tutur Bastian dengan suara melemah. "Aku tidak pernah meminta apa-apa padamu. Tolong ... penuhi permintaanku. Anggap saja itu sebagai permintaan terakhirku."

"Papa," seru Dion dengan menundukkan wajahnya.

Bastian beranjak dari sofa. Ia melangkah keluar dari rumah Dion. Pria itu kecewa akan sikap putranya sendiri yang memutuskan secara sepihak perjodohan yang ia atur.

Tadinya Bastian akan senang karena sebentar lagi dirinya akan mempunyai menantu. Dengan begitu, harapannya untuk memiliki cucu akan segera terlaksana. Namun apalah daya, jika Dion malah memilih Dila dan memutuskan perjodohan itu.

...****************...

"Ada apa kamu mengajakku bertemu?" tanya Dila tak kala keduanya telah sampai di taman pinggiran kota.

"Maaf sudah malam-malam mengajakmu keluar," ucap Dion tak enak hati.

"Katakan saja ada apa? Jika ini mengenai masalahku dengan papamu, ya ... kami sudah berpisah dan ini merupakan keputusanku sendiri," beber Dila.

Dion tersenyum mendengarnya. Dila bisa memutuskan apa yang terbaik untuk hidup serta kebahagiannya. Bukan karena Dion senang karena keputusan ini, tetapi Bastian memang tidak cukup baik untuk Dila.

"Aku hanya ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan. Kita duduk dulu, yuk!" ajak Dion.

Dila duduk di bangku taman tepat bersebelahan dengan pria muda yang telah mengisi hatinya saat ini.

"Ada apa?" tanya Dila. "Kamu seperti berada dalam kebimbangan." Dila sedari tadi melihat raut wajah bimbang dari Dion.

"Apa yang akan kamu lakukan, jika orangtuamu meminta suatu hal sebagai balas budi?" tanya Dion.

"Tidak ada orangtua yang menginginkan balas budi. Mereka kadang memaksakan apa yang menjadi kehendaknya, tetapi itu agar anaknya menjadi seseorang yang lebih baik," kata Dila mengutarakan pendapatnya.

"Kamu mendidik Reyhan dengan baik. Apa kamu pernah meminta sesuatu padanya?" kembali Dion bertanya.

"Tentu. Saat dia beranjak remaja, aku memintanya untuk tidak menjadi anak nakal. Lalu ketika dia menjadi dewasa dan jatuh cinta, aku memintanya untuk setia." Dila mengerutkan kening menyadari setiap pertanyaan yang diutarakan Dion seperti mengutarakan sebuah perasaan antara dua pilihan. "Ada apa, Dion?"

"Aku sudah memutuskan perjodohan dengan Rosa, tetapi." Dion berhenti meneruskan ucapannya.

Dila tersenyum seakan ia tahu apa lanjutan dari kalimat yang sebentar lagi akan Dion ucapkan. "Turuti apa kata orangtuamu. Dia orangtuamu satu-satunya. Kapan lagi kamu membalas jasa-jasanya." Dila menjawab dulu sebelum Dion meneruskan kata-katanya. Ia tidak ingin sakit hati mendengar hal itu secara langsung.

"Lucu sekali. Aku bahkan memutuskan untuk mengejarmu," lirih Dion.

Dila tertawa. "Apa sih yang kamu suka dariku? Aku bahkan sangat penasaran."

Dion mengedikan bahu. "Apa aku perlu pergi ke dokter mata? Kamu juga bingung, tetapi hatiku menginginkanmu."

Dila menepuk pundak Dion. "Lupakan perasaan itu. Lambat laun ketika Rosa bersamamu, kamu akan lupa jika pernah mengencani ibu dari sahabatmu." Dila beranjak dari duduknya. "Sudah malam. Tidak baik kita terus di sini. Aku pulang duluan."

Dila melangkah tanpa mendengar terlebih dulu sahutan Dion yang mengizinkannya atau tidak untuk pergi. Satu tetes air mata bergulir di pipi Dila dan inilah yang terbaik untuknya.

Mau bagaimanapun, ia dan Dion tidak pernah bersatu. Jurang pemisah antara mereka sangat besar dan susah untuk disatukan. Sebagaimana Dion dan ia meraihnya, jurang itu bukan mendekat, tetapi malah semakin jauh dan dalam.

"Dila ... aku bahkan belum memutuskannya. Kenapa kamu pergi?" lirih Dion.

Dion hanya meratapi kepergian Dila. Ia ingin mencegahnya, tetapi untuk apa? Dirinya saja belum bisa menentukan pilihan antara Bastian dan Dila.

...****************...

Dear kekasih hatiku.

Aku mengalami suatu dilema di antara dua pilihan. Antara dirimu dan orangtuaku, mana yang harus kupilih? Aku mencintaimu dan aku juga menyayangi orangtuaku. Meski papaku telah menyakiti kita berdua, tetapi dia adalah papaku. Pria itu yang membesarkanku dan memberikan segalanya hingga aku menjadi seperti sekarang.

Aku tidak bisa melakukan ini. Aku menginginkanmu, sungguh aku sangat tersiksa dengan perasaan ini. Aku ingin membunuhnya atau bahkan aku sendiri ingin lenyap dari dunia ini hanya karena rasa cinta. Kekasih hatiku Dila. Sampai kapanpun dirimu akan selalu ada di hatiku. Entah aku bersama orang lain sekalipun, aku tetap mencintaimu.

Dion menutup buku diary miliknya, setelah menuliskan segala rasa gundah gulana yang terasa sangat menyiksakan. Ia memeluk buku itu sebelum kembali menyimpannya di dalam laci lemari.

"Aku tidak bisa Dila. Aku tidak bisa." Isakan tak dapat tertahankan dari mata Dion. Ia bersedih. Sedih karena cintanya.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

1
yn
dion kamu harus tanggung jawab karena membuatku gila tertawa terbahak bahak malam malam.... setress nya minum sirup merah yg byk2 ya dion..... bagus dion good job
yn
ini kisah romantis atau kisah komedi.... mau sedih tapi kok aq jadi ketawa terbahak bahak ya.... sakit perut aq..🤣🤣🤣
Umiati Ati
Istighfar Dion
Ikhlaskan Dila
Dila pun pasti sedih melihatmu terpuruk
Yanti Suwanti Tjia
baca nya aja meleleh.
pen punya stokan kaya dion, satu aja
Lilinana
Luar biasa
Umiati Ati
bibit pelakor di singkirkan
Umiati Ati
aamiin
Umiati Ati
tenang Dion ..zaman canggih ini ..
semua ada solusinya
Umiati Ati
baru kali ini ,baca novel yg bikin hatiqu puas
Umiati Ati
sedah limit suami macam ini...
bukan tidak ada
Umiati Ati
😭😭🥰🥰 ..berasa ngupas bawang
Umiati Ati
Syukur Alhamdulillah...sampai nangis AQ .. padahal ini cuma novel..
tq Thor 😭😭😭
Umiati Ati
Aah .si Dion So Sweat banget
Umiati Ati
Semoga Dila bisa hamil Thor...
Tetanggaku hamil umur 50 thn..,melahirkan Caesar,bayi dan ibunya selamat Alhamdulillah
Yanti Suwanti Tjia
minta 1 yg kaya dion dong.
Katherina Ajawaila
lucu juga Dion, cari figur ibu. ya ngk gitu 2 amatjugax
Indah Martin
Luar biasa
Surya Hermawan
/Sob//Sob//Sob/
Edi Diana
kampret ampe mewek ini bacanya...keren thor
Umiati Ati
nah gitu dong Dion
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!