MY SWEETIE BOYFRIEND
Byur ... !
Dion mengusap wajahnya yang terkena siraman air dingin dari atas sana, ia melihat seorang wanita memakai gaun tidur dengan rambut dicepol asal dan tengah berkacak pinggang.
"Kalau kamu tidak pergi dari sini, Tante akan panggil pihak keamanan untuk membawamu ke hotel prodeo, mau kamu?!" pekik Dila dari atas balkon kamar.
"Dila ... terima cintaku. Harus dengan apa aku membuktikannya, jika aku jatuh cinta padamu. Jika kamu menginginkanku tidur di hotel prodeo, aku menerimanya dengan ikhlas asal kamu bahagia," tutur Dion dengan lemah lembutnya.
"Dion," teriak Dila, "kamu ingin membuatku jantungan?!" Dila menarik napas panjang lalu mengembuskannya secara perlahan, ia tidak tahu harus dengan apa mengusir pria yang seumuran dengan putranya itu.
"Jangan, Sayang. Kita belum menikah dan aku ingin sehidup-semati denganmu," ucap Dion dengan senyum manis di bibirnya.
Dila memijat dahinya yang semakin pusing karena ulah pria muda itu, ia tidak mengerti mengapa Dion terus-terusan mengejar dirinya. Pria itu mengatakan mencintai dirinya dan ingin menjadikannya sebagai istri, Dila mengira itu benar-benar keinginan yang sangat konyol.
Dila Alberto Pratama seorang wanita karier yang sukses, ia menikah dengan suaminya Alberto Pratama diusia yang terbilang sangat muda yaitu dua puluh tahun dan melahirkan satu orang putra yang bernama Reyhan Alberto Pratama.
Sejak usia Reyhan belasan tahun, Alberto dipanggil oleh yang maha kuasa meninggalkan istri dan anaknya. Sebagai seorang ibu tunggal, Dila menghidupi putranya dari harta peninggalan sang suami.
Hati Dila seolah tertutup untuk pria lain meski saat itu Rey mengizinkan dirinya untuk menikah lagi. Tidak ada pria manapun yang bisa mengantikan Albert dari dalam hatinya, meski saat itu banyak pria yang menyatakan cinta padanya.
"Maumu apa sih, Dion?" kesal Dila.
"Berkencanlah denganku," pintanya dengan kedua tangan menangkup di depan bagian atas tubuh tanda memohon.
Dion sendiri adalah sahabat dari Reyhan. Usia pria itu memang berbeda dua tahun dari Rey, yaitu tiga puluh tahun. Entah mengapa Dion sangat menyukai seorang wanita dewasa dan rata-rata kekasihnya adalah wanita di atas umurnya.
Dion Handoko telah ditinggal oleh sang ibu sejak pria itu masih di sekolah dasar. Ibunya tiada sebab mengalami kecelakaan lalu lintas dan ayahnya tidak lagi menikah meski kadang suka menjalin hubungan asmara dengan wanita lain.
"Dion ... aku ini Mama sahabatmu dan aku sudah menganggapmu sebagai anak," ujar Dila.
"Aku tidak mau dianggap seperti itu, aku maunya kita pacaran dan bila perlu menikah saja," tutur Dion.
"Terserah kamu, Dion," kesal Dila lalu masuk ke dalam kamar dan tidak lupa menutup pintu balkon. "Biar saja dia berada di luar."
Dila keluar dari kamar tidur, ia menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Dila ingin melihat penjaga gerbang dan bertanya mengapa Dion bisa masuk ke halaman rumah.
"Nyonya," tegur pelayan bernama Sari.
"Sari ... di mana Paijo? Kenapa dia malah mengizinkan Dion masuk ke halaman rumah kita?" tanya Dila dengan berkacak pinggang.
"Ayo Nyonya ... saya tunjukkan kondisi Paijo," ajak Sari.
Kening Dila mengerut, tapi ia tetap mengikuti langkah kaki Sari. Gorden jendela disibak sedikit dan Dila mengikuti ibu jari Sari yang menunjuk Paijo.
Mata Dila terbelalak melihat pria paruh baya tengah berdiri di depan gerbang dengan kondisi kedua tangannya terikat ke belakang.
"Astaga! Apa yang Dion lakukan pada Paijo?" tanya Dila dengan mengelengkan kepalanya merasa ia tidak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya saat ini. "Aku harus keluar."
"Jangan, Nyonya," cegah Sari.
"Kenapa?" Dila menatap Sari dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Jika Nyonya keluar, maka tuan Dion bisa menemui Nyonya," ujar Sari.
"Betul juga yang kamu katakan," sahut Dila dengan mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke dagu. "Terus bagaimana sekarang?"
"Biar saya saja yang keluar," ujar Sari.
"Iya ... lepaskan Paijo, kasihan dia," kata Dila.
Dila mendaratkan tubuhnya di sofa, ia memejamkan mata seraya menarik napas panjang. Dila begitu pusing menghadapi Dion yang selalu mengejarnya, ia bersedia menjadi mama bagi pria itu dan memberi kasih sayangnya agar Dion bisa merasakan kehadiran seorang ibu, tapi ini malah Dion ingin menjadikannya seorang kekasih.
Jika Dila masih berumur tiga puluh tahun, mungkin ia mau menjadi kekasih seorang Dion, tapi ini umurnya sudah empat puluh delapan tahun dan lebih cocok jika Dila dan Dion menjadi ibu dan anak.
Dila mengerjap tak kala merasakan sentuhan dingin di pipinya, ia meraih tangan kekar itu lalu membuka matanya.
"Akhhhh!" Sontak Dila menepis tangan itu dan bangkit dari duduknya menghadap pria yang tengah kedinginan. "Dion ... bagaimana kamu bisa masuk?"
"Kan tadi pelayanmu keluar," ucap Dion menyengir.
Dila mendengar Sari mengedor pintu rumah dan ternyata Dion mengunci pintu dan membiarkan pelayan wanita itu berada di luar.
"Apa yang kamu lakukan pada Sari, Dion?" tanya Dila dengan lirihnya.
"Ini untukmu ... maaf, bunganya layu karena terkena air," ucap Dion sembari memberikan sebuket bunga mawar yang layu karena disiram air.
Dila menghela dan ia memandang kondisi Dion yang kedinginan. Dila beranjak pergi, tapi Dion menahan lengannya.
Plaak ... !
"Ish ... kenapa dipukul?" tanya Dion.
"Jangan pegang-pegang dan tunggu di sini," perintah Dila.
"Aku akan setia menunggu," jawab Dion.
Dila mendumel sepanjang ia melangkah ke arah dapur dan itu membuat Dion semakin gemas kepadanya.
"Kekasihku benar-benar mengemaskan," gumamnya dengan terkekeh kecil.
Bagi Dion, ibu sahabatnya itu sangat cantik meski usianya tidak muda lagi. Wajah dan tubuh Dila tidak seperti wanita yang seumuran dengannya, sebab tentu Dila selalu merawat diri agar awet muda dan kencang.
"Pakai handuk ini dan minum teh hangat jahenya," kata Dila sembari menaruh handuk dan secangkir teh jahe di meja.
"Terima kasih, kamu sangat perhatian padaku," ucap Dion.
"Setelah ini pulanglah, Tante mau tidur," tutur Dila.
"Aku tidak akan pulang sebelum kamu terima cintaku," tolak Dion.
Dila mengembuskan napas kasar. "Tante akan makan malam denganmu, tapi pulanglah setelah ini."
"Yang benar?" tanya Dion dengan mata berbinar.
"Iya, besok malam kita pergi makan malam," kata Dila.
"Terima kasih, Dila. Aku akan datang menjemputmu." Dion senang bukan main sebab baru kali ini Dila memenuhi keinginannya.
"Sekarang pulanglah, Tante tidak mau kamu sakit. Nanti kita tidak bisa makan malam," tuturnya.
"Aku pulang sekarang. Selamat malam Dila cantik, mimpi indah." Dion berlari membuka pintu yang ia kunci dan keluar dari rumah dengan senyum mengembang di bibir.
"Tuan ... lepaskan Paijo," pekik Sari.
"Lepaskan saja sendiri," sahut Dion.
Sari mengerutu karena ia masih dendam dikunci diluar. Saat ia ingin melepaskan ikatan Paijo, saat itu juga Dion menyelinap masuk ke dalam rumah dan bodohnya Sari yang tidak mengira jika Dion masih berada di sana.
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ta..h
dulu baca Reyhan anna dan aku kaget ada pilm serisnya di Wtv tapi g nonton g punya aplikasinya.
setelah itu aku mau coba bertemu kk othor lagi dan mau baca karya2 nya yang lain dan ini asisten Reyhan yang jatuh cinta pada ibu sahabtnya kocak.
novel nya udah tamat jadi g nunggu2 buat bca 🤩🤩.
2024-10-26
3
Lili Herawati Siregar
Thor aku penasaran sama dimas dan tere
2024-11-08
0
Teh Yen
xixixi d sini Dion yg bucin smaa Dila yah 🤭🤭
2024-10-30
1