Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan untuk Hanafi
Tepat jam 3 pagi, tanpa sebuah alarm Insha sudah terbangun dari buaian mimpi.
"Hoooamm.."
Menguap sambil menggeliat pelan.
ehh apa ini...
Di pandangnya sebuah kaki dan tangan tepat berada di atas tubuhnya. Ya itu adalah kaki Hanafi yang memeluknya erat meski saat tertidur pulas.
Ya tuhan bagaimana aku bangun...aku harus memindahkan kaki dan tangan ini..tapi bagaimana kalau mas han bangun nanti..astaga berat sekali sih..
Insha hanya bisa menggeliat ke kanan dan ke kiri, ia tak bisa memindahkan tangan atau kaki hanafi karna tubuh hanafi jauh lebih besar darinya. Hanafi pun tinggi, jika berdiri Insha hanya sebatas bahunya
Dengan segala usahanya Insha akhirnya bisa beranjak dari tempat tidur tanpa membangunkan Hanafi. Ia segera mandi dan turun ke lantai bawah tepatnya di dapur.
Terpampang jelas dapur yang begitu luas dengan semua peralatan modern di dalamnya, tampak bersih dan tertata rapi pula.
"Mau memasak apa aku ini..dan bahan-bahannya juga ada dimana ya, dapur ini luas sekali..aku juga tak tahu makanan kesukaan mas han.."
Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat ke arah dapur.
"loh sedang apa nona Insha di dapur.."
"Ntah lah sepagi ini sudah bangun, mungkin ada yang di butuhkan..nona terlihat kebingungan.."sahut Risna.
Mereka pun sudah berada di dekat Insha, tetapi Insha tak menyadarinya karna dia tengah sibuk membuka lemari-lemari kecil disana mencari bahan makanan yanh bisa ia masak.
" Nona Insha.."
Insha pun terperanjak karna tiba-tiba mendengar suara dari belakangnya.
"Ehh..iya..."
"Maaf nona mengejutkan anda.."
"Lagian kamu sih gak bisa pelan-pelan apa manggilnya kan nona jadi kaget begitu.."
Fatimah cemberut sendiri menyalahkan rekan kerjanya yang memang dari dulu selalu sulit untuk menjaga sikap.
"Apa ada yang nona butuhkan, sampai nona bangun sepagi ini.."
"Iya..iya...maaf ya nona membuat anda kaget.."jawab Risna merasa bersalah akan sikapnya.
"Hehe iya gapapa kok..saya yang salah gak menyadari kalau kalian datang.."
"Apa ada yang nona butuhkan..nona kok sudah ada di dapur sepagi ini.."
tanya Fatimah lagi.
"Tidak mbak...saya memang biasa bangun jam segini untuk memasak dan menyiapkan keperluan ayah dulu waktu di desa.."
"Oh..iya nona...tapi sekarang nona tak perlu repot-repot bangun pagi lagi..kan sudah ada kami disini.."
jawab Risna sudah beranjak dengan rutinitas paginya memasak.
"Benar nona..sekarang nona kembalilah ke kamar kami yang akan memasaknya.."
"Saya sudah tidak bisa tidur lagi di jam segini..hehe sudah terbiasa bangun pagi..saya bantu masak ya.."
"Jangan nona ...nanti kami malahan yang di marahi oleh mas Hanafi, karna membuat nona bekerja di dapur..kan ini sudah tugas kami.." sudah gusar Fatimah menghadang Insha yang akan membantu Risna.
"Sudah tidak apa-apa kita masak sama-sama kan lebih cepat selesai.."
Akhirnya Risna dan Fatimah pun menyerah dan memperbolehkan Insha untuk memasak bersama.
"Hmm..boleh saya tau mbak..makanan kesukaan mas Han apa ya..?"
"Tentu saja nona.."
Fatimah menjawab tanpa melihat karna dia sedang memanggang daging di sebuah panggangan.
"Tidak ada menu pasti Kesukaan sih buat kesukaan mas Hanafi nona...Tapi beliau lebih suka sesuatu yang berkuah..seperti sup atau apapun yang berkuah...lebih-lebih beliau suka sekali dengan sup daging buatan bu Ririn.."
"Sup daging.."
"Iya sup daging..bu Ririn sih pernah bilang bahwa itu masakan yang sering di masak oleh mamanya mas Hanafi dulu..jadi bu Ririn sering memasaknya untuk mas Hanafi jika beliau memintanya.."
"Oh gitu ya.."
"Iya non..dulu mamanya mas Hanafi lebih suka memasak makanan berkuah, Mas Hanafi jadi terbiasa sampai sekarang Mas Hanafi lebih suka makanan berkuah dari pada makanan yang kering.."
sangat berbanding terbalik ya dengan aku..aku lebih suka makanan kering seperti ayam goreng dan sambal...sedangkan mas han lebih suka yang berkuah...tapi mas han bilang waktu makan bersama kemarin dia juga menyukai apa yang aku sukai...hmm aneh sekali..Insha
"Nona..kenapa melamun.."
Fatimah menepuk pelan bahu Insha,
"jangan melamun pagi-pagi begini non..gak baik.."
"Eeh iya mbak maaf...saya akan belajar membuat sup daging nanti sama bu Ririn...oh iya kemana ya bu Ririn kok gak kelihatan.."
"Anu nona ..bude sedang gak enak badan..jadi kami biarkan istirahat dulu ..biar kami yang mengerjakan semua hari ini.."
Risna menjawab dengan mimik wajah yang terlihat penuh kesedihan.
"Memang bude sakit apa mbak kalau saya boleh tau.."
"Ya bude akhir-akhir ini memang sering begitu sih non..menurut saya karna faktor usia saja..kan memang bude sudah lumayan berumur.." sahut Fatimah sekenanya.
"Iya non..jadi kami sering menyuruh bude istirahat..kami kasian non...maaf ya..mungkin nanti kalau bude sudah baikan nona bisa minta buat di ajarin memasak sup.."
"Gapapa kok mbak...biarkan bude istirahat dulu aja..kan bisa kapan-kapan juga gak harus sekarang.."
Fatimah menaruh bahan makanan untuk membuat sandwich di samping Insha juga di letakkan daging yang tadi sudah di panggang di dalam piring.
"Nona ini dagingnya sudah selesai saya panggang..tinggal menaruhnya dengan isian yang lain.."
"Mau buat apa ini mbak fat.."
"Ini mau buat sandwich dengan daging panggang buat mas Hanafi non...kalau pagi mas Hanafi tidak suka sarapan dengan nasi...beliau selalu sarapan dengan sandwich daging begini dan susu hangat lalu berangkat bekerja.."
"Oh iya mbak...sini saya bantuin..tapi bagaimana caranya mbak..hehe ajarin ya..saya gak pernah membuatnya di rumah.."
"Tentu saja non..saya akan ajarin nona Insha..sana kamu minggir.."
mendorong Fatimah yang masih menata daging di piring.
"Iih kamu ini awas ya.."
Fatimah dan Risna memang suka menggoda satu sama lain, tak jarang mereka juga bertengkar jika salah satunya kelewatan saat menggoda. Tetapi jika salah satu dari mereka tidak ada Fatimah atau Risna akan saling mencari. ya..mereka sudah seperti adik dan kakak yang suka bertengkar bila dekat dan mencari bila salah satu tiada.
Sandwich dan susu hangat pun sudah selesai di buat. Insha membawanya ke kamar untuk di berikan pada Hanafi plus membangunkannya karna adzan sudah terlewat.
"Mas han..bangun lah sudah pagi.."
Hanafi membuka matanya rupanya sedari tadi Hanafi sudah terbangun dan mendapati Insha yang tidak ada dalam pelukannya. Dia sedikit kesal karna sepagi itu Insha sudah hilang ntah kemana, dia sebenarnya juga sudah melarangnya untuk tidak mengerjakan semua pekerjaan rumah karna sudah ada beberapa pembantu di rumahnya. Tapi Insha masih saja bersikukuh untuk memasak di pagi buta dan meninggalkan Hanafi yang masih terlelap.
"Dari mana saja kamu..aku kan sudah bilang..jangan mengerjakan apapun lagi disini..kau hanya perlu melayaniku saja..biar mereka yang mengerjakan semuanya.."
Sudah menghardik dengan wajah cemberutnya tapi sambil memeluk pinggang Insha erat dengan posisi masih tertidur.
"Maafkan aku mas han.."
Merayu sambil mengelus-elus rambut Hanafi lembut.
"Aku ke bawah sebentar untuk membuatkan mas han sandwich ini.."
Hanafi pun mendongak dan melihat isi nampan yang di bawa Insha tadi, baru tercium wangi daging panggang dan gurihnya susu hangat saat Hanafi menyadari keberadaannya.
"Benarkah kau yang membuatnya..wahh terlihat lezat sekali..baiklah aku memaafkanmu sekarang..karna kau sudah membuatnya untukku.."
Sudah mau mengambil Sandwich tapi tangannya di tepis oleh Insha.
"Iih mas han mandi dulu sana...matahari sudah hampir cerah..cepat mandi dulu dan sholat nanti baru sarapan.."
"Iya..iya..aku mandi..memang kamu sudah mandi.."
berusaha bangun dan mencium aroma rambut Insha yang tertutup kerudungnya.
"Sudah mas..cepat mandi sana.."
"Iya..iya.."
Sudah menuju kamar mandi dengan bibir manyun.
Hanafi pun mandi dan Sarapan berdua dengan Insha di kamar dengan susu hangat dan sandwich, tak lupa di selingi dengan drama saling suap-suapan dan saling berbagi gigitan sandwich satu sama lain.
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.