DILARANG PLAGIAT YA!
Seorang lelaki berjaket hitam terduduk di lantai, dia membersihkan cairan merah kental yang menodai tangannya. Dia mengambil pisau dan tongkat kasti kesayangannya, siapapun yang berani melukai wanitanya maka orang itu akan ia bebaskan dari dunia ini.
Dia adalah Dave Winata, namanya jarang didengar karena identitasnya yang sengaja dirahasiakan. Wajah dan sorot matanya yang dingin menyerang siapapun dengan tatapan elang yang siap memangsa. Hanya ada satu kelemahannya, yaitu air mata wanitanya.
Penasaran kan? Lanjut yuk ke ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekar Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MALAM YANG TIDAK TERLUPAKAN PART 1
WARNING:
LIKE DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA, DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT AUTHOR.
HAPPY READING 😘
..........................
Dari kejauhan Dave memicingkan matanya. Ia mengunci pandangannya pada Reza dan Aryn yang asyik berfoto mesra. Ia mengepalkan kedua tangannya.
"Sial! Gua kecolongan!" Batin Dave.
Dave langsung bangkit dari duduknya, Zack sempat menahan Dave tapi Dave melawan dengan kuat. Ia bergegas menghampiri mereka berdua.
"Lo ikut gua!" Dave menatap tajam Reza.
Reza mengikuti Dave dari belakang dengan santai. Dave membawanya ke sudut halaman di bawah pohon yang rindang.
"Lo nekat, ya?" Dave menatap Reza dengan tatapan membunuh.
"Masalah buat lo? Bukannya lo cinta mati sama Elsa?" Jawab Reza dengan santai, sesekali ia memandang Aryn dari kejauhan.
"Dia istri gua sekarang! Jangan bikin gua lupa kalau lo sahabat gua!" Seru Dave yang menarik kerah Reza.
"Lo cemburu?" Ledek Reza.
"Gua nggak cemburu sama sekali!" Jawab Dave.
"Iyalah, lo nggak cemburu! Lo cinta matinya sama si Elsa! Jadi Aryn buat gua aja ya?" Ucap Reza dengan senyuman khasnya.
Bug,
Dave melayangkan sebuah pukulan maut tepat di pipi kanan Reza. Reza jatuh terguling.
"Ini peringatan! Kalau lo berani mendekati dia, gua ambil jantung lo buat makan siang harimau Silvi!" Dave berjalan meninggalkan Reza yang masih terduduk di rumput.
Reza tersenyum smirk menatap Dave yang berjalan kembali bergabung dengan anggota Red Blood yang lain.
"Kita lihat aja Dave! Lo atau pebinor tampan ini yang menang!" Gumam Reza.
Reza bergegas berdiri, ia membersihkan celananya sebentar. Lalu ia bergabung dengan anggota Red Blood lainnya. Ia bersikap biasa saja dengan Dave, begitu juga sebaliknya.
Tamu undangan yang merupakan sahabat Dave, berangsur pulang meninggalkan acara. Menyisakan anggota Red Blood yang menikmati minuman mereka.
"Samuel mana nih, dari tadi nggak kelihatan hidungnya!" Seru Zack.
"Gua suruh jinakin ular berbisa hahaha!" Jawab Dave terkekeh.
"Anaknya Hans!" Celetuk Ken.
"Hans?" Seru anggota lain serempak.
"Kita tunggu kabar baik dari Samuel!" Jawab Dave.
"Now, Cheers!" Seru Zack mengangkat gelasnya yang berisi b*r.
"Cheers!" Seru semua orang serempak.
Mereka merayakan pernikahan Dave dan Aryn dengan b*r yang dibawa Zack. Mereka menghabiskan puluhan botol sekaligus.
Sementara Aryn, ia sedang membersihkan diri di kamarnya. Ia menghapus make up dari wajahnya, ia juga sudah berganti pakaian.
Tok...tok...tok
Baru saja Aryn akan mengistirahatkan tubuhnya, pintunya diketuk seseorang dari luar. Ia bergegas turun dari ranjang dan membuka pintunya.
"Kak Aryn gimana sih?" Silvi mengomel saat pintu baru saja di buka Aryn.
"Gimana apanya?" Jawab Aryn yang bingung.
"Kenapa kakak tidur di sini?" Tanya Silvi.
"Karena ini kamar kakak!" Jawab Aryn dengan nada datarnya.
Silvi menepuk jidatnya pelan, kakak iparnya ini benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu.
"Kita mau kemana?" Tanya Aryn kebingungan karena Silvi menarik tangannya.
"Sekarang kamar kakak itu disini!" Ucap Silvi yang membuka pintu kamar Dave.
"Tapi aku dan Dave hanya menikah kontrak!" Seru Aryn.
"Mau kontrak kek, nyewa kek, ataupun ngekos sekalipun kakak tetep istrinya Kak Dave. Kalian sudah sah tadi." Jawab Silvi.
Aryn memutar bola matanya malas, ia tidak sudi sekamar dengan pria macam Dave. Ia teringat cerita Silvi, Dave suka bermain dengan wanita. Aryn tidak tahu sudah berapa kali Dave meniduri wanita yang berbeda.
Blam,
"Selamat malam, kakak!" Seru Silvi dari luar kamar, ia mengunci pintunya dari luar.
"Silviii!!!" Teriak Aryn dari dalam.
Silvi berlari cekikikan menuju kamarnya. Apapun yang terjadi Dave dan Aryn harus bersama.
Aryn menghembuskan napasnya dengan kasar. Pintunya dikunci dari luar. Dan sekarang badannya terasa sangat lelah. Akhirnya Aryn menurunkan egonya, ia memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya di ranjang Dave. Toh Dave masih bersenang-senang dengan temannya. Dalam lima menit, Aryn sudah tidur dengan nyenyak di ranjang milik Dave.
Pukul tujuh malam Dave, Zack, Ken, dan anggota lain teler di kursi masing-masing. Mereka meracau tidak jelas. Hanya Reza yang tidak menyentuh minuman itu. Karena mamanya sudah melarang keras Reza untuk ikut minum. Reza sampai mengganti ponselnya dengan mode silent. Mamanya selalu menelponnya untuk memastikan anak kesayangannya tidak minum.
"Hey anak mami! Nyokap lo nelpon terus tuh!" Seru Zack yang sudah tidak kuat mengangkat kepalanya.
"Banyak bacot lo! Lo angkat kepala lo dulu tuh baru ngeledek gua!" Jawab Reza.
"Gua mau pulang ah! Gua ada janji ketemuan sama selingkuhan nomor 3! Seru Zack yang berusaha berdiri.
"Wah selingkuhan nomor 3! Ada berapa lusin tuh selingkuhan lo?" Reza terkekeh.
"Berisik lo!" Teriak Zack.
Zack sudah berhasil berdiri, tapi sulit untuk menyeimbangkan tubuh saat mabuk seperti ini.
"Ini tanah nggak biasa diem? Susah nih mau jalan!" Keluh Zack yang selalu hampir jatuh saat mau melangkahkan kakinya.
"Lo harus pegangan kayak gini!" Sahut Ken yang berjalan dengan berpegangan pada meja.
Sementara anggota lain sudah berjalan meninggalkan halaman. Mereka terlihat biasa saja, tidak berlebihan seperti Zack dan Ken. Mungkin karena mereka berdua tidak terbiasa minum sebanyak ini.
"Mafia abal-abal!" Seru Reza yang terpingkal melihat Zack dan Ken.
Zack berjalan dengan sempoyongan menghampiri Ken. Hap! Zack memegang erat bahu Ken.
"Harus diabadikan!" Gumam Reza yang mulai merekam tingkah konyol kedua sahabatnya itu.
"Makanya kalau nggak biasa minum nggak usah sok-sokan!" Seru Reza.
Melihat sudah tidak ada orang di sekelilingnya, Dave bergegas melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion. Langkah Dave sedikit sempoyongan, tapi ia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.
Ceklek,
Dave berhasil membuka pintu kamarnya yang dikunci dari luar. Kamar Dave tidak dihias seperti kamar pengantin pada umumnya. Dave menolaknya karena dirinya dan Aryn akan tidur di kamar masing-masing.
"Elsa?" Langkah Dave terhenti saat melihat seorang wanita tertidur di ranjangnya.
Karena mabuk, Dave melihat Aryn sebagai Elsa.
Dave semakin mendekat dengan langkah gontainya. Tidak salah lagi wanita itu adalah Elsa, wanita yang Dave cintai.
Ekspresi menunjukkan kalau ia sedang marah saat ini. Wajahnya memerah. Di kepalanya Ia hanya teringat penghianatan yang Elsa lakukan.
"Bangun kau!" Teriak Dave menggema di kamar.
Aryn terlonjak kaget mendengar teriakan Dave.
"Dave?" Sahut Aryn.
"Jangan kau sebut namaku dengan bibir bekasmu itu!" Seru Dave.
"Apa maksudmu Dave?" Aryn kebingungan dengan ucapan Dave. Bibir bekas? Bahkan ia belum pernah mencium siapapun.
"Belum puas kau mengkhianatiku? Sekarang kau kembali seenaknya!" Dave melotot ke arah Aryn.
"Apa maksudmu Dave? Aku tidak pernah mengkhianatimu!" Seru Aryn.
"Hentikan sandiwaramu Elsa!"
*Deg,
"Elsa? Siapa Elsa?" Batin Aryn*.
"Aku Aryn, Dave! Aku bukan Elsa, aku Aryn!" Seru Aryn dengan suaranya yang tidak kalah keras dengan suara Dave.
"Apa-apaan ini? Jelas-jelas kau adalah Elsa!"
"Aku Aryn, Dave!" Seru Aryn.
Dave naik ke ranjang, ia mendekati Aryn. Aryn dapat mencium aroma alkohol dari tubuh Dave. Dave mabuk.
"Dimana pria itu menyentuhmu? Dia mencumbumu seperti ini, kan?" Seru Dave.
Dave mencium paksa bibir dan leher jenjang Aryn. Aryn berusaha melawan Dave tapi sia-sia, tenaga Dave lebih kuat. Ditambah Dave sedang dalam pengaruh alkohol.
"Apakah dia juga menciummu disini?" Tanya Dave yang menunjuk noda merah yang ia ciptakan di leher Aryn.
"Aku sudah menghapus jejaknya!" Dave tersenyum smirk.
"Sekarang katakan! Kenapa kau mengkhianatiku?" Seru Dave yang sekarang mencekik leher Aryn.
"Lepaskan Dave! Kau menyakitiku!" Aryn meneteskan air matanya.
Dave sama sekali tidak terpengaruh dengan air mata Aryn. Emosinya benar-benar sudah menguasai dirinya. Yang ada dipikirannya sekarang adalah penghianatan Elsa.
"Katakan!" Bentak Dave.
Aryn menggelengkan kepalanya, Dave semakin murka melihat jawaban Aryn.
Pyar,
"Aaaa...." Teriak Aryn yang terdengar pilu.
........................
Jangan lupa like dan vote ya ❤️
Mampir juga ke novelku yang berjudul"Stuck With Mr Arrogant"