Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunga Mawar
Cherin sangat senang Erlan memberikan dia bunga mawar merah yang begitu segar dan sangat wangi. Cherin suka dengan baunya sampai-sampai dia tidak berhenti menciumi baunya. "Honey, makasih ya?" ucap Cherin setelah puas menciumi bau bunga mawar tersebut kemudian memeluk lengan Erlan.
"Kamu ngapain kesini? Katanya sakit," tanya Erlan kemudian melangkah menuju tempat parkir dengan Jio di belakang Erlan yang hanya menggelengkan kepalanya karena kedatangan Cherin yang tiba-tiba juga merusak mood sang Bos.
"Aku nggak pa-pa. Cuma kangen aja, tapi sebenarnya mau ajak kamu nonton juga. Ada drama on going yang lagi viral. Kita langsung ke bioskop ya?" jawab Cherin masih dengan rasa bahagianya.
"Maaf, aku nggak bisa ikut. Nenek minta buat pulang cepat karena ada yang mau dibicarakan katanya," sahut Erlan menolak dengan halus.
"Jadi kamu sekarang lebih pilih Nenek kamu dari pada aku? Terus ngapain kamu beli bunga mawar merah ini. Bunga ini kan lambang cinta, nggak mungkin untuk Nenekmu kan? Atau ... atau jangan-jangan ini bukan untukku tapi untuk istri kamu, hah?" tanya Cherin menghentikan langkahnya dan merubah raut wajahnya menjadi kesal. Buket bunga yang dia peluk juga mulai bergelantungan di tangan karena Cherin benar-benar kesal.
"Cherin, kamu tahu Nenek adalah direktur utama di perusahaan ini. Jabatan aku hanya CEO. Kalau aku nggak nurutin Nenek, gimana kalau aku dipecat dan terjadi sesuatu dengannya?" Erlan merengkuh kedua bahu Cherin.
"Bagus dong, jadi nggak akan ada lagi yang menghalangi hubungan kita. Kita bisa bahagia bersama, Honey!" jawab Cherin dengan wajah memelas. Erlan bukannya senang dengan jawaban Cherin, tetapi malah kesal karena dia tidak mau menerima keluarganya, tidak seperti Diandra yang begitu tulus menyayangi Nenek juga Maminya.
"Kamu lupa? Aku bahkan menentangnya agar aku bisa menikahimu, tetapi kamu lebih pilih kariermu dari pada menikah denganku. Aku hampir malu karena keegoisanmu. Sekarang aku nggak bisa menolak apa pun mau Nenek karena kesehatannya buruk. Dan ingat! Kalau kita mau bahagia, kamu harus bersikap baik dengan Nenek dan Mami. Kalau kamu belum bisa, kita nggak akan pernah menikah." Erlan pun berlalu meninggalkan Cherin begitu saja.
Tentu saja Cherin marah bahkan melemparkan buket bunga mawar merah itu ke lantai dan menginjaknya beberapa kali sebagai pelampiasan amarahnya. "Brengsekk! Nggak! Kamu tetap milikku. Aku harus hamil anakmu, Erlan. Harus!" gumam Cherin seraya mengepalkan tangannya.
...***...
"Bos, gimana kalau Nona Cherin bertingkah? Apa tidak sebaiknya bicara baik-baik sama dia. Saya takut dampaknya terhadap Nona Diandra juga Nyonya-nyonya, Bos?" tanya Jio yang ikut sedih melihat sikap Erlan. Sejak masuk dalam mobil, dia hanya diam dengan menopang kepalanya dengan tatapan kosong.
"Diandra akan aman selama tetap tinggal di rumah. Nggak mungkin juga dia berani macam-macam dengan Nenek dan Mami. Apa menurutmu aku jatuh cinta pada wanita itu? Aku merasa sikapku selama ini aneh. Bahkan wanita itu sangat menggairahkan. Aku selalu tidak tahan untuk menggaulinya. Apa iya aku mencintai gadis yang aku beli karena terpaksa?" kata Erlan yang fokus menatap keluar jendela mobil.
"Biasanya orang jatuh cinta itu sering senyum-senyum sendiri kalau jauh dari doinya. Sering deg-degan kalau dekat dengannya. Bawaannya pengen cepet pulang atau pengen cepet ketemu kalau lagi kerja. Cuma liat dia senyum aja, dunia serasa dipenuhi bunga karena saking indahnya melihat senyum itu. Tapi dari sikap Bos hari ini berubah total, sudah bisa dipastikan kalau Bos jatuh cinta pada Nona Diandra."
"Kamu pernah merasakan jatuh cinta dan bersikap hal konyol demi wanitamu?"
"Nggaklah. Gimana aku bisa begitu kalau waktuku aja hampir dua puluh empat jam sama lo Erlangga,"
"Brengsekk! Cepet beli buket bunga lagi. Aku mau liat Diandra tersenyum saat aku memberikan bunga itu. Senyumnya sangatlah manis."
"Bucin lo sekarang?"
"Apa bucin?"
"Dasar lo emang pantes disebut CEO KEJAM. Bahasa cinta aja nggak paham,"
"Sialann! Gue bukan kejam, tapi gue tegas. Kalau gue nggak begitu, mana mungkin perusahaan bisa kayak sekarang."
"Ya ya ya ... terserah Tuan Erlan saja."
"Mau mati?"
"Nggaklah. Gue belum kawin,"
...***...
Erlan tiba di rumah dengan memeluk buket bunga mawar merah yang dia beli dalam perjalanan pulang. Wajahnya berseri bahkan Erlan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena senyum manis terus terpancar jelas. "Apa yang harus aku katakan pada istriku?" tanya Erlan ragu untuk turun dari dalam mobil.
"Bunga ini adalah bukti cintaku padamu, Sayang," jawab Jio dengan suara mendayu dan membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari Erlan. "Apa? Kamu nanya, ya aku jawab. Salah?" Erlan pun mengehela nafas.
"Apa ini cukup buat nebus rasa bersalahku padanya karena telah menyakiti dia waktu itu?" tanya Erlan lagi dengan nada lemah.
"Ya udah lo kasih tuh semua aset lo atas nama dia. Kasih isi dompet lo. Beliin kalung berlian atau diamond. Beliin mansion, mobil, apartemen, mall sekalian beli sama isinya, bereskan? Dih! Kesel gue ngadepin orang bucin!" jawab Jio seraya memukul kemudinya dan segera keluar dari dalam mobil karena malas mendengarkan pertanyaan Erlan lagi. "Aneh dia nih, ya jelaslah seiket bunga aja nggak cukup buat minta maaf. Ajak dinner kek, atau apa. Bener-bener Bos yang kurang cerdas," gumam Jio, tetapi di dengar oleh Erlan.
"Lo ngatain gue goblokk?" tanya Erlan dengan wajah penuh aura membunuh.
"Siapa yang ngatain goblokk? Bos cuma kurang cerdas, dah buruan masuk ketemu pujaan hati sana!" Jio hanya bisa memijat pelipisnya.
"Gue pecat juga lo," ancam Erlan.
"Pecat aja kalau berani," tantang Jio.
"Gue pecat lo detik ini juga dan balik lagi setelah satu menit," jawab Erlan kemudian melangkah masuk menuju rumah.
"Bos kurang waras!" Jio hanya menggelengkan kepalanya.
"Lo ngatain gue gilaa?"
"Nggak! Tuan salah dengar. Mari masuk Tuan!" ajak Jio pura-pura ramah dan senyum yang terpaksa.
"Asisten gilaa. Untung aja lo pinter. Tapi apa ada orang gilaa tapi pinter? Ah terserahlah!" jawab Erlan kemudian masuk ke dalam rumah dan menyapu seluruh ruangan dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. "Kemana dia? Kok sepi!" tanya Erlan keheranan di dalam rumah tidak ada seorangpun.
"Mungkin di kamar Bos," jawab Jio asal.
"Hm. Anda pulang aja. Saya tidak butuh anda saat ini Tuan Serjio," kata Erlan segera menaiki anak tangga.
"Dasar Bos kurang satu ons," gumam Jio dan pulang.
Erlan perlahan membuka pintu kamarnya dan benar saja jika Diandra ada di kamar. Dia sedang berdiri di balkon seperti menikmati menikmati senja yang sebentar lagi datang.
"Sayang!" panggil Erlan dan Diandra pun menoleh.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚