IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 (Mengukur baju pengantin)
Syafira berjalan di bawah teriknya matahari, ucapan Mia di kampus tadi masih terngiang di kepalanya. Tentu saja ia shock saat mengetahui kalau orang yang selama ini dia suka ternyata adalah sahabat dari calon suaminya.
"Lelucon macam apa ini? Hah Konyol!" Syafira menertawakan nasibnya yang kurang beruntung menurutnya tersebut.
Syafira terus berjalan menapaki jalan yang kebetulan sedang sepi. Ia tak mengendarai sepeda motornya karena tadi berangkat ke kampus di jemput okeh Mia.
"Ayah, Fira lelah. Hanya lelah, iya hanya lelah, bukan berarti Fira menyerah," gumamnya lesu.
Untuk meluapkan isi hatinya, Syafira menendang botol minuman bersoda yang ada di depannya.
Plethak! botol minuman itu mengenai kepala seseorang laki-laki.
"Woi! Siapa yang melempar botol sialan ini!" teriak orang tersebut. Dari penampilannya seperti seorang preman.
"Maaf, saya tidak sengaja. Saya kira tidak ada orang karena jalanan sepi," ucap Fira meminta maaf.
"Maaf-maaf, tanggung jawab!" gertak orang tersebut sambil memegangi kepalanya.
"Tanggung jawab apa? Saya sudah minta maaf, apa lagi? kamu kan tidak kenapa-kenapa?" tanya Syafira.
"Kasih duit!" ucap laki-laki tersebut.
"Wah malak, apes bener," gumam Fira.
"Duit, duit, duit! Kenapa semua serba duit. Apa sehebat itu benda bernama duit hah!" Syafira tiba-tiba malah mengumpat, ia teringat kekesalannya, karena duit hidupnya menjadi serba susah.
"Kenapa jadi galakan situ? Ngajak ribut?" tantang laki-laki tersebut.
Syafira yang sedang butuh pelampiasan untuk kelelahannya, menerima tantangan laki-laki yang tidak di kenalnya tersebut.
"Ayo siapa takut," ucap Syafira.
"Cih, cewek. Kalau cowok udah aku pukul kamu," ledek laki-laki tersebut.
"Emang kenapa kalau saya cewek? Saya tidak takut,"
"Berani ya kamu....!" laki-laki itu hampir memukul Syafira, tapi Syafira berhasil menghindar, ia justru membanting tubuh laki-laki itu ke jalan.
"Gadis bar-bar," gumam Bara yang ternyata sejak tadi memperhatikan Syafira yang bertengkar dengan laki-laki asing tersebut dari dalam mobilnya.
Saat laki-laki tak di kenal tersebut ingin membalas Syafira, Bara membunyikan klakson mobilnya. Laki-laki tersebut langsung pergi meninggalkan Syafira.
"Untung ada orang, kalau nggak, habis kamu," ucap laki-laki itu sebelum pergi.
Bara menjentikkan jari telunjuknya, memberi kode supaya Syafira mendekat ke mobilnya.
"Hish, om duda lagi," Syafira menghentakkan kakinya lalu mendekat ke arah Bara.
"Kamu bisa berantem? kenapa waktu itu tidak melawan ketika mereka mengacak-acak toko?"
"Om kepo! tadi itu namanya gerakan reflek, the power of kepepet kan tadi saya sendiri, kalau waktu itu kan ada om," sahut Syafira. Sebenarnya dia bisa sedikit silat karena waktu SMA dia menekuni ekstra kurikuler silat di sekolahnya.
"Ck.dasar!" decak Bara.
"Apa om? kenapa mencari saya? Kangen?" ucap Syafira.
"Masuk!" perintah Bara.
"Jangan bantah!," Sambung Bara sebelum Syafira membantah perintahnya.
Syafira berdecak lalu masuk ke dalam mobil.
"Om kenapa selalu muncul di mana-mana sih, secara tiba-tiba pula," ucap Syafira.
Bara melajukan mobilnya tanpa menyahut ucapan Syafira.
"Om kita mau kemana? Ini bukan arah ke rumah saya, om mau nyulik saya kemana?" tanya Syafira ketika ia memperhatikan jalan bukan ke arah rumah ataupun tokonya.
"Kita ke rumah, mama sudah menyuruh orang buat mengukur baju buat pernikahan kita. Tad saya ke rumah toko dan rumah kamu, tapi kamu tidak ada," sahut Bara yang tetap fokus menatap jalanan di depannya.
"Harus banget ya om ukur baju? Enggak bisa gitu beli aja, di pasar atau di mall juga ada yang murah," ucap Syafira polos. Dalam bayangannya jika sampai pesan ke designer pasti mahal. Duit lagi duit lagi, pikirnya.
"Jangan norak! Ikut saja dan diam," ucap Bara jutek.
Syafira pun diam, ia sibuk memilih disc, memperhatikan dan membaca satu persatu list lagu yang tertulis di disc tersebut.
"Mau ngapain?" tanya Bara melirik ke arah Syafira yang sibuk sendiri.
"Menyalakan musiklah om, sepi gini horor berasa kayak deket memedi," ucap Fira.
"Memed apa?" tanya Bara tak paham.
"Memedi om, Syaiton syaiton," timpal Syafira.
"Ini aja lagunya enak di dengar, nyalain yang ini ya om," menunjukkan kepada Bara.
"Hem," sahut Bara.
Beberapa saat setelah menyalakan musik, Syafira diam tak bersuara sama sekali. Bara penasaran, kenapa tak ada lagi suara bar-bar menurut versinya tersebut, lalu ia menoleh dan ternyata Syafira sudah tidur pulas.
Bara langsung mematikan musiknya, supaya tidur Syafira tidak terganggu. Ia tahu gadis itu seorang pekerja keras, mungkin dia kelelahan pikir Bara.
🌼🌼🌼
Sekitar lima belas menit kemudian, Mobil bara masuk ke halaman kediaman Osmaro.
Ia menghentikan mobilnya, dilepaskannya sabuk pengaman. Saat Bara akan turun dari mobil, ia menoleh ke Syafira yang masih tidur.
"Tidur atau pingsan nih anak?" batin Bara.
Kemudian, pelan-pelan Bara mendekatkan tangannya ke wajah Syafira.
"Aw!" pekik Syafira saat tangan Bara memencet hidungnya, sehingga Syafira terbangun.
"Sakit om!" Syafira memegangi hidungnya.
"Salah sendiri tidur kayak orang pingsan, cepat turun!" ucap Bara, ia langsung keluar dai mobil dan di susul Syafira. Bara melempar kunci mobil ke penjaganya untuk diparkirkan.
"Om, lain kali jangan mau terima, kalau ngasihnya di lempar begitu," bisik Syafira kepada penjaga tersebut. Penjaga tersebut hanya diam menunduk tak berani bersuara, ia langsung masuk ke mobil. Sementara Bara hanya mengernyit mendengar apa yang barusan Syafira ucapkan.
Nala langsung berlari menyambut kedatangan Syafira. Sementara Nathan berjalan dengan santai menyusul Nala.
"Kakak syantik!" Nala langsung memeluk Syafira.
"Kau sudah datang," sambut bu Lidya ramah. Ia langsung mengajak Syafira dan si kembar masuk karena sudah di tunggu oleh designer yang secara khusus akan mengukur baju pengantin untuknya dan Bara.
Bara tampak kaku saat badannya diukur. Antara geli dan malas disuruh putar sana putar sini oleh designernya.
Syafira sendiri merasa ini seperti mimpi, baru kemarin ia menyetujui untuk menikah dengan Bara, hari ini langsung di suruh mengukur baju pengantin. Secepat itu?
"Pasti kamu bertanya kenapa saya langsung menyuruh kamu kesini buat ukur baju kan?" tanya Bu Lidya yang mengerti isi di kepala Syafira.
"Jujur, iya saya masih tidak percaya bu, ini seperti mimpi, cepat sekali," jawab Syafira.
"Ibu tahu, tapi dua minggu itu waktu yang sangat singkat untuk menyiapkan sebuah pernikahan," ujar Bu Lidya.
"Iya sih bu, tapi beli di pasar atau mall aja yang murah cukup bu, tadi saya bilang begitu sama om duda, eh om Bara malah saya di bilang norak bu," Curcol Syafira.
"Astaga apa menantu ganteng ku setua itu? sehingga di panggil om sama calon istrinya," batin bu Lidya merasa lucu.
"Jangan masukkan ke hati omongan Bara, dia memang seperti itu, tapi sebenarnya dia baik, sangat baik jika sudah mengenalnya. Dan ibu ingin yang terbaik buat kamu, makanya ibu minta designer langganan keluarga untuk membuatkan baju pengantin buat kalian," ucap bu Lidya.
"Tidak perlu yang mewah bu, yang sederhana saja,"
"Tidak terlalu mewah, tapi semua harus ibu siapkan sebaik mungkin sayang. Ini memang pernikahan kedua Bara, tapi ini adalah pernikahan pertama kamu dan semoga menadi yang pertama dan terakhir buat kamu. Ibu ingin semuanya sempurna, dan lancar. Ibu sudah menganggap kamu seperti anak ibu sendiri," ucap Bu Lidya tulus.
Syafira terharu mendengar ucapan Syafira. Bu Lidya yang baru mengenalnya saja bisa setulus itu terhadapnya bahkan menganggap dia seperti putrinya, sementara ibunya sendiri? Entah keberadaannya ada di mana sekarang. Apa dia ingat dengan Syafira dan adiknya? Entahlah, Syafira tak ingin berharap banyak dari ibu yang sudah lama tak ia jumpai tersebut.
"Mau ngobrol terus atau mau di ukur?" tanya Bara jutek.
"Om sudah selesai?" tanya Syafira.
"Udah dari tahun lalu," jawab Bara asal.
Syafira berdecak menatap ke arah Bara sambil berjalan mendekati designer.
🌼🌼🌼
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.