Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Kamu bicara apa Cel!"
Fatur menatap Celine dengan tajam. "Sashy tidak mungkin seperti itu." Tukasnya lagi.
Wajah Celine di tekuk, "Kamu bisa bicara seperti itu karena kamu masih mencintainya Mas! Lalu aku hanya kamu gunakan untuk mesin pembuat anak!" Celine meninggikan suaranya dengan gemetar.
Fatur yang duduk langsung berdiri, dan menyentuh bahu Celine.
"Kamu bicara apa! Aku kenal Sashy sudah lama. Untuk selingkuh itu tidak mungkin, mungkin saja dia ada pekerjaan-"
"Terus saja kamu bela dia Mas!" Celine menepis kedua tangan Fatur di bahunya. Wanita itu menatap tajam dengan air mata bercucuran. "Masak sendiri kalau mau makan!" Serunya lagi sebelum meninggalkan Fatur seorang diri dengan kefrustasiannya.
"Celine! Hey kamu-"
Brak!!
Fatur menutup mata saat pintu tertutup rapat didepan wajahnya, pria itu menghela napas berat dan merasakan kepalanya yang pusing.
...
Sedangkan di Perusahaan suasana ruangan meeting sudah penuh, semua kursi sudah terisi kecuali kursi Sashy dan calon Dirut baru mereka. Pak Setyo sudah berada di sana dengan para jajaran staf dan manager, pria itu duduk dan saling diskusi.
Gita juga hadir di jajaran staf, setelah Sashy berpindah tugas Gita lah yang akan menggantikan Sashy.
"Sas lu di mana?" Gita mengirim pesan.
"Gue tiba-tiba mules Git, sorry gue belum bisa balik mules banget ini."
Gita hanya bisa menghela napas, wanita itu cukup panik melihat kursi sebelahnya masih kosong, yaitu tempat duduk Sashy.
"Moga aja di ngak kena masalah kalau belum datang," ucap Gita berdoa.
Sedangkan di lantai bawah sebuah mobil berhenti didepan lobby dan seorang pria keluar lebih dulu untuk membukakan pintu.
"Silahkan Tuan." Ucap pria yang memabukkan pintu dengan kepala menunduk.
Pria itu tidak berani menatap bosnya setelah mendapat ultimatum yang membuatnya tidak bisa membela yang ada bonusnya justru terpotong hanya karena ucapanya yang di anggap meledeknya.
Dengan langkah lebar dan tatapan lurus dan dingin, Arga Bramantara berjalan tanpa keraguan. Wajahnya yang rupawan sorot mata yang tajam, rahangnya yang tegas dengan tubuh tinggi dan tegap. Wanita siapapun mengidolakan sosok Arga Bramantara. Pria yang tidak bisa disentuh meskipun hanya ujung jasnya saja. Arga terkenal dengan otaknya yang cerdas dalam berbisnis. Tidak ada skandal ataupun kecacatan yang terekspos di dunia maya. Lahir dari keluarga kaya memiliki banyak anak perusahaan dan bisnis berkembang sampai manca negara. Hanya saja Arga tak terlihat memiliki pasangannya kencan ataupun kekasih di usianya yang sudah kepala tiga. Pria yang menjalani hidupnya tanpa adanya waktu bermain-main. Arga terkenal sebagai pria Workaholic.
Ehem
Mirza berdehem guna mengisi tenggorokannya yang terasa kering, pria itu terlihat tertekan saat berdiri didepan atasannya saat di dalam lift. Meskipun berdiri dibelakangnya, tapi Mirza merasakan punggungnya yang dingin, mata tajam Arga seperti peluru yang menusuk punggungnya sampai ke jantung.
"Bos, saya sudah minta maaf loh, jangan tatap saya seperti itu terus." Ucap Mirza tanpa berani menoleh, pria itu hanya berani melirik atasannya dari kotak besi didepanya.
Sedangkan Arga tetap memasang wajah datar dan tatapan dingin menusuk, membuat Mirza benar-benar tak bisa berkutik.
Ting
Pintu lift terbuka, Mirza lebih dulu keluar dan mempersilahkan Arga berjalan lebih dulu.
"Ingat bonus akhir bulan potong lima puluh persen."
Mirza hanya mengangguk dengan menelan ludah, lima puluh persen sama saja dirinya tak mendapat apapun, karena lima puluh persen tersisa sudah ada jatah sendiri untuk membayar cicilan.
"Ya Tuhan malang sekali nasibku, semoga ada Dewi Fortuna yang menjadi pawang pria kejam itu." Batin Mirza sambil menatap punggung atasannya.
Saat akan membuka pintu, suara derap langkah terburu-buru memecah keheningan lorong, Mirza menoleh pada sumber suara sedangkan Arga sudah lebih dulu masuk setelah Mirza berhasil membuka pintu.
"Mbak!"
Sashy yang berlari kecil dengan wajah menunduk itu mendongak, dan mendapati sosok pria yang tadi pagi ia temui.
"Loh, bapak!" Sashy menunjuk wajah Mirza terkejut, namun Mirza justru tersenyum. "Mbak kerja disini?" Tanya Mirza.
"Ah, iya..saya bekerja di sini." Balas Sashy.
"Mau rapat?"
Sashy kembali mengangguk, "Kalau begitu masuk lah." Mirza membuka pintu lebar-lebar, membuat Sashy tersenyum lalu permisi untuk masuk.
Saat masuk pandangan Sashy hanya mengarah pada kursi duduknya, ia tak menyadari sepasang mata elang menatapnya sejak melewati pintu.
"Lu lama amat si Sas?" Bisik Gita sambil melirik sekitar.
"Sorry, panggilan alam yang ngak bisa gue tunda." Balas Sashy juga berbisik.
Dan sambutan pun dimulai, mereka mengucapkannya selamat datang untuk Dirut baru mereka. Sashy begitu fokus menatap lurus, tak melihat sosok orang yang akan menjadi atasannya. Hingga namanya di panggil untuk maju kedepan. Dan saat itulah Sashy diperkenalkan dengan Dirut baru yang membuat kedua matanya membulat sempurna dan wajah yang terkejut.
Tubuh Sashy mematung, ucapan ramah yang sudah ia siapkan pun hilang begitu saja, yang ada hanya otaknya berpikir kenapa bisa pria itu ada di sini.
"Sashy, ini pak Arga Bramantara. Beliau yang memegang direktur utama di sini, dan beliau juga pemilik perusahaan." Tutur pak Setyo pada Sashy untuk mengenalkan.
Namun Sashy yang masih syok pun tak bisa menjawab, wanita itu terpaku menatap pria yang tak pernah akan muncul kembali di depannya.
"Saya Arga, semoga kamu bisa bekerja dengan baik dan memuaskan."
Uhuk...uhuk...
Sashy terbatuk-batuk setelah mendengar ucapan Arga yang terakhir, hanya sebuah ucapan namun seperti tersirat makna yang membuat tubuh Sashy meremang.
"Minum dulu nona." Mirza yang cekatan, memberikan gelas berisikan air. Sashy berusaha mengontrol degup jantungnya yang berdebar cepat. Wanita itu berusaha tenang meskipun tak bisa ia pungkiri jika jantungnya sedang tak baik-baik saja.
Sedangkan Arga hanya bisa menarik sudut bibirnya tipis saat melihat bagaimana reaksi wajah Sashy yang terkejut. Arga juga tak menyangka jika wanita yang membuatnya mabuk kepayang itu kini muncul didepanya, bahkan mereka akan berada dalam satu ruangan setiap hari dengan status atasan dan bawahan.
"Takdir yang tidak terduga, sesuai janji yang pernah aku katakan. Jika bertemu lagi kau akan menjadi milikku." Batin Arga menatap Sashy intens penuh rencana.
"Sashy kamu baik-baik saja?" Tanya pak Setyo.
Sashy yang tersadar menatap pak Setyo dengan senyum kaku.
"Saya baik-baik saja pak, maaf saya kurang fokus." Tuturnya dengan kedua tangan terkatup dan tatapan tulus.
"Sashy, ini pak Arga. Semoga kamu bisa memuaskan pak Arga." Ucap pak Setyo yang lagi-lagi membuat mata Sashy membulat sempurna.
"Em, maksudnya, memuaskan pak Arga dalam pekerjaan, seperti sebelumnya." Pak Setyo terkekeh saat melihat wajah Sashy yang tegang.
Perkenalan dan tujukan misi dan misi pun berjalan dengan lancar. Dan pemindahan jabatan antara Sashy dan Gita juga berjalan lancar, kini Sashy resmi menjadi Aspri untuk Dirut baru mereka.
Setelah selesai, satu persatu orang meninggalkan ruangan rapat tersebut, begitu juga dengan Sashy yang mengekor dibelakang Arga dan pak Setyo.
"Bukan begitu nak Sashy!"
Hah!
Wajah Sashy tampak bingung, matanya melirik pak Setyo bergantian Arga yang berhenti didepannya.
"Sashy sepertinya hari ini kamu tidak fokus, apa ada yang menganggu pikiran mu?" Tanya pak Setyo. Membuat mata Sashy tampak tegang, apalagi tatapan Arga yang selalu membuatnya tak bisa berkata.