Dunia Isani seakan runtuh saat Yumi, kakak tirinya, mengandung benih dari calon suaminya. Pernikahan bersama Dafa yang sudah di depan mata, hancur seketika.
"Aku bahagia," Yumi tersenyum seraya mengelus perutnya. "Akhirnya aku bisa membalaskan dendam ibuku. Jika dulu ibumu merebut ayahku, sekarang, aku yang merebut calon suamimu."
Disaat Isani terpuruk, Yusuf, bosnya di kantor, datang dengan sebuah penawaran. "Menikahlah dengaku, San. Balas pengkhianatan mereka dengan elegan. Tersenyum dan tegakkan kepalamu, tunjukkan jika kamu baik-baik saja."
Meski sejatinya Isani tidak mencintai Yusuf, ia terima tawaran bos yang telah lama menyukainya tersebut. Ingin menunjukkan pada Yumi, jika kehilangan Dafa bukanlah akhir baginya, justru sebaliknya, ia mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Dafa.
Namun tanpa Isani ketahui, ternyata Yusuf tidak tulus, laki-laki tersebut juga menyimpan dendam padanya.
"Kamu akan merasakan neraka seperti yang ibuku rasakan Isani," Yusuf tersenyum miring.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Yusuf tersenyum melihat Isani yang tampak kebingungan. Ia melepaskan tangan Irene yang ada di lengannya, namun bukan untuk menunjukkan pada Sani jika tak ada apa-apa diantara mereka. Begitu tangan Irene lepas, ia memeluk pinggang ramping wanita cantik itu, mengecup pipinya.
Isani melongo, beberapa detik kemudian, tertawa karena tak tahu harus berekspresi seperti apa. "Cukup!" ia berjalan mendekati keduanya. "Ini udah keterlaluan. Lepaskan tanganmu dari wanita itu, aku sedang tidak ingin bercanda," ujarnya lantang dengan dada bergemuruh hebat.
Irene menahan tawa, ia melepas lengan Yusuf yang melingkar di pinggangnya. Memutar badan menghadap laki-laki itu, dengan gerakan slow motion, berjinjit, lalu mencium bibir Yusuf.
Deg
Lutut Sani sampai mendadak lemas melihat keduanya berciuman panas.
"Hentikan!" teriak Sani sambil memejamkan mata sesaat. Namun bukannya berhenti, Yusuf malah terlihat menahan tengkuk Irene, memperdalam ciuman mereka.
Tak mau basa-basi, Sani menarik rambut Irene hingga pagutan bibir keduanya terlepas, lalu menamparnya.
PLAK
Irene yang syok, langsung memegang pipinya yang panas. Tangannya naik, hendak membalas Isani, namun rupanya, seseorang sudah lebih dulu membalaskan untuknya.
PLAK
Isani sampai oleng akibat tamparan yang begitu kuat dari Yusuf. Tubuhnya bergetar hebat, dan air matanya langsung menetes. Saat menyentuh sudut bibir, ada darah di jari telunjuknya.
"Beraninya kamu menampar istriku," Yusuf menarik Irene agar berada sedikit di belakangnya, menjadi garda untuk melindungi istri mudanya tersebut.
"Is-tri?" Sani sampai melongo. Ia sudah tak menganggap semua ini candaan, karena tamparan Yusuf begitu real.
"Iya, aku dan Irene sudah menikah 2 hari yang lalu."
"Ha!" Sani terkejut, mulutnya menganga, namun sesaat kemudian tertawa. "Ha- hahaha." Ia tertawa, namun air matanya tetap mengalir.
Yusuf mendekati Isani, membelai rambutnya lalu berbicara pelan di dekat telinganya. "Aku membawakanmu oleh-oleh yang sangat manis. Madu! matanya membulat sempurna. " Manis sekalikan?" ejeknya, mundur sambil tersenyum miring.
"Apa maksud ini semua?" Sani menatap Yusuf nyalang. "Jelaskan padaku, ada apa ini!" ia mengatur nafas sambil meremat gaunnya.
"Sayang, aku capek banget," ujar Irene manja, memeluk lengan Yusuf.
Yusuf mengambil ponsel di kantong celana, menelepon seseorang, menyuruhnya masuk.
"Jelaskan Yusuf, apa ini semua?" Sani kembali bertanya. "Apa maksud ini semua?" ia menarik kedua sisi jas Yusuf, mencengkeram kuat. Nafas Isani memburu, menatap Yusuf dengan tajam.
Yusuf tak menjawab, ia hanya tersenyum.
"Permisi Pak, apa yang harus kami lakukan?" tanya 2 orang laki-laki berkaos hitam dan bertubuh gempal yang baru masuk.
Yusuf menarik lepas jasnya dari cengkeraman Sani, lalu mendorong wanita itu hingga terjatuh.
"Keluarkan barang-barangnya dari kamarku!" menatap Sani, tersenyum sinis. Dua orang bodyguard tersebut langsung mengangguk dan berjalan cepat menuju kamar Yusuf. "Ayo Sayang, kita istirahat," merangkul pinggang Irene, membawanya pergi meninggalkan Isani yang masih terduduk di lantai.
Sani yang pantatnya sakit karena jatuh didorong Yusuf, bangun perlahan-lahan. Ia kemudian menyusul mereka ke kamar.
BUGH
"Aww...! Sani kembali terjatuh saat dia mau masuk kamar, kepalanya dilempar tas ransel oleh Irene.
Isani terduduk di lantai, memegangi kepala yang terasa pusing. "Ya Allah, ada apa ini sebenarnya?" gumamnya, sambil berusaha untuk bangkit. Ia melihat bodyguard berpakaian hitam tersebut memasukkan barang-barangnya ke dalam kantong plastik sampah. Ia tak bisa mencegah, hanya bisa diam sambil menyaksikan karena kepala dan tubuhnya sakit akibat jatuh dua kali dan timpukan tas.
"Bawa sampah itu beserta pemiliknya ke tempat yang seharusnya," titah Yusuf.
Kedua bodyguard langsung mengangguk, seseorang membawa barang-barang Sani yang ada di kantong sampah, seseorang lagi, memegang kedua lengan Sani lalu menariknya meningalkan kamar Yusuf.
"Lepas! Lepaskan!" teriak Sani sambil berontak. "Lepaskan aku!" dengan seluruh tenaga yang ia punya, berusaha untuk lepas, sayang tenaganya kalau jauh dari bodyguard gempal tersebut.
Bruk
Sani didorong masuk ke dalam paviliun belakang rumah yang kondisinya seperti gudang. Barang-barangnya lalu dilempar begitu saja ke sebelahnya. Kedua bodyguard itu tertawa lalu menutup pintu kembali.
Sani buru-buru bangkit, berlari ke arah pintu, menarik handlenya.
Ceklek ceklek ceklek
Sani panik saat pintu tak bisa dibuka.
Brak Brak Brak
Sani menggedor-gedor pintu. "Buka, buka pintunya!" teriaknya. "Buka! Yusuf, buka pintunya! terus berteriak hingga tenggorokannya terasa sakit. "Aaa!!" belum hilang paniknya karena dikunci dari luar, ia melihat seekor tikus berjalan di kakinya. Buru-buru Sani menyingkirkan makhluk menjijikkan tersebut. Tubuhnya gemetaran hebat, ketakutan saat menyadari, paviliun itu bukan hanya gelap karena hanya ada 1 lampu remang-remang, namun di dalam sana, juga banyak tikus dan kecoa.
Ia terus berteriak-teriak sambil menghalau tikus dan kecoa yang silih berganti mendekatinya. Berusaha mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk memukul hewan-hewan tersebut. Sebenarnya ia tak tega membunuh sesama makhluk hidup, tapi mau bagaimana lagi, mereka terus mendekatinya. Dengan tubuh gemetar, Sani memukul satu persatu tikus dan kecoa menggunakan raket tenis yang ia temukan di dalam paviliun.
Tenaga Sani sampai habis terkuras akibat bertarung dengan tikus dan kecoa. Perutnya keroncongan karena hanya makan pagi tadi saja, dan tenggorokannya kering, haus. Disaat seperti ini, hal yang paling ia butuhkan justru tidak ada. Ponsel, benda miliknya tersebut tertinggal di sofa ruang keluarga.
Isani yang lelah, naik ke atas meja yang usang dan kotor, duduk disana dengan raket tetap dia pegang agar sewaktu-waktu ada tikus mendekat, ia bisa langsung memukulnya. Air matanya mengalir bersama dengan keringat. Selain agak gelap, kotor dan bau, tempat ini juga panas.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku Yusuf?" Sani menyeka air mata, menyandarkan punggung ke dinding. Ada apa dengan Yusuf? Itu pertanyaan terbesarnya. Yusuf memiliki kepribadian ganda, jelas itu tidak mungkin, ia sudah mengenal laki-laki itu 3 tahun lamanya. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi, apa dia punya salah? Kalau pun benar ia punya salah, tak seharusnya Yusuf melakukan ini padanya. Ini sudah diluar batas, sangat keterlaluan.
Buk
Sani memukul tikus yang hendak mendekatinya hingga kepala tikus tersebut berdarah. "Maafkan aku tikus," ia merasa jadi orang paling jahat karena sudah membunuh banyak sekali tikus dan kecoa hari ini.
"Jika niat kamu menikahiku hanya untuk menyakitiku, aku pastikan bangkai-bangkai tikus ini akan berpindah ke kamarmu!" telapak tangan Isani terkepal kuat.
Tinggalkan rumah Ucup
ayo Sani....kamu pasti bisa....ini br sehari....yg bertahun tahun aja kamu sanggup
gimana THOR