Demi memenuhi wasiat sang ayah, Ziyana Syahira harus rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenali bernama Dirga Bimantara, seorang CEO yang terkenal dengan sikap dingin dan cuek.
Belum juga reda keterkejutan Ziyana akan pernikahan dadakannya bersama dengan Dirga. Ziyana kembali di kejutkan dengan sebuah kontrak pernikahan yang di sodorkan oleh Dirga. Jika pernikahan keduanya hanya akan terjalin selama satu tahun saja dan Ziya dilarang ikut campur dengan urusan pribadi dari pria itu.
Lalu, bagaimana jadinya jika baru 6 bulan pernikahan itu berjalan, Dirga sudah menjatuhkan talak pada Ziya dan diwaktu yang bersamaan Ziyana pun di nyatakan hamil?
Mampukah Ziyana jujur jika saat itu dia tengah hamil anak dari Dirga. Ataukah, Ziyana tetap memilih untuk pergi dengan merahasiakan keberadaan sang janin yang tumbuh dalam rahim nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SWA.Bab 15
"Saya, Arif. Saya dokter yang bertanggung jawab untuk menangani kasus nya Zingga," jawab dokter Arif, menyambut uluran tangan Dirga. Lalu, keduanya pun bersalaman.
"Kalau Dokter ada waktu. Apa bisa, kita bicara tentang Zingga?" tanya Dirga.
"Bisa. Saya bisa meluangkan waktu jika itu untuk kepentingan pasien pasien saya. Sebentar ya Pak, saya akan melihat keadaan nya Zingga terlebih dahulu,"
"Baik, Dokter. Silahkan."
Dokter Arif pun segera melangkah, mendekati Zingga yang masih terbaring di ranjang nya. Setelah berada di samping Zingga, dokter Arif pun segera memeriksa bagaimana keadaan Zingga saat ini.
"Wah, Zingga hebat. Hari ini hasil pemeriksaan nya cukup bagus. Sepertinya, ada hal yang membuat Zingga senang ya? Kalau boleh Om Dokter tahu, apa yang membuat Zingga senang?" ucap dokter Arif setelah selesai memeriksakan gadis kecil itu.
"Zingga sangat senang, Om Dokter. Karena akhirnya, Zingga ketemu sama Ayah dan Ayah janji kalau Ayah tidak akan pergi lagi," jawab gadis itu, dengan binar bahagia terpancar dari sorot matanya. Saat membahas sang ayah.
"Begitu rupanya. Baiklah, tetap pertahankan ya, biar Zingga bisa cepat pulih dan cepat pulang ke rumah bersama Ayah dan juga Bunda,"
"Iya, Om Dokter. Zingga juga sudah tidak sabar, Zingga ingin cepat cepat pulang. Biar Zingga bisa tidur sama Ayah dan Bunda, di kamar Zingga,"
"Iya, sayang. Terus semangat ya, kalau begitu Om Dokter pamit dulu ya. Om masih harus periksa pasien lain,"
"Iya, Om Dokter. Terim kasih,"
"Sama sama sayang. Om pamit ya, assalamualaikum,"
"Wa'alaikum salam, Om."
Setelah berpamitan dengan jingga dokter arif pun segera melangkah pergi mendekati Dirga yang sedang duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Mari Pak, kita bicara di ruangan saya saja. Agar lebih leluasa." ucap dokter Arif kepada Dirga. Yang langsung di setujui oleh Dirga.
Dirga pun langsung bangun dari duduknya untuk segera mengikuti dokter Arif yang mengajaknya pergi keruangannya. Namun, saat akan keluar dari ruangan, langka Dirga dan juga dokter Arif tiba-tiba saja terhenti.
"Ayah, Ayah mau pergi ke mana?" tanya Zingga dengan suara lirihnya. Menghentikan langkah Dirga dan juga dokter Arif.
"Ayah tidak akan kemana-mana, sayang. Ayah hanya akan bicara dengan Dokter Arif. Jika sudah selesai, Ayah akan kembali lagi kesini. Jadi, Zingga tunggu dulu di sini dengan bunda ya. Ayah tidak akan lama kok," jawab Dirga mencoba menenangkan putihnya. Yang sepertinya, takut kembali dia tinggalkan.
"Baiklah. Tapi janji ya, kalau Ayah akan kembali ke sini dan temani Zingga di sini,"
"Iya, sayang. Ayah tidak akan lama kok. Ziya, aku titip Zingga ya,"
"Iya, Mas."
Setelah menenangkan putrinya dan berjanji akan segera kembali. Dirga pun kembali melangkah mengikuti dokter Arif menuju kw ruangan nya.
*
*
"Apa, putri saya bisa di sembuhkan, Dokter?" tanya Dirga dengan suara yang berat dan juga lirih, setelah mendengarkan penjelasan dari dokter Arif mengenai keadaan Zingga dan juga penyakit yang di detita oleh gadis kecil itu.
"Untuk sementara, kita bisa melakukan kemoterapi secara rutin untuk membunuh sel kanker yang tumbuh dengan cepat. Namun, itu tidak bisa menjamin jika sel kanker itu akan hilang sepenuhnya dari tubuh Zingga,"
"Lalu, apa yang harus di lakukan agar Zingga bisa terbebas sepenuhnya dari sel kanker itu?"
"Untuk itu, kita bisa mencoba dengan transplantasi sel punca,"
"Transplantasi sel punca? Apa itu, Dokter?"
"Transplantasi sel punca adalah, pengobatan dengan menggunakan sel punca untuk mengganti sel sumsum tulang yang rusak dengan sel sumsum tulang yang sehat dan sel itu bisa didapat dari pasien itu sendiri atau dari pendonor,"
"Maksudnya, bagaimana Dokter? Bisa tolong jelaskan?"
"Transplantasi sel punca dapat dilakukan dengan menggunakan sel punca dari tubuh pasien sendiri (autolog) atau dari donor (allogenik). Sel punca yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti:
Sel punca embrio. Sel punca perinatal, yaitu sel punca yang berasal dari cairan ketuban atau tali pusat janin. Ada juga sel punca dewasa, yaitu sel punca yang berasal dari sebagian kecil jaringan tubuh, seperti lemak atau sumsum tulang,"
"Lalu, dari beberapa pilihan itu. Mana yang sekiranya persentasi keberhasilan nya cukup besar, Dokter?"
"Dari beberapa kasus dan beberapa pasien yang saya tangani dan sudah berhasil, yaitu transplantasi sel punca perinatal. Karena sel yang berasal dari cairan ketuban atau tali pusat janin, saya rasa jauh lebih efektif dalam pengobatan ini,"
"Lalu, bagaimana kita bisa mendapatkan sel itu, Dokter?"
"Itu, bisa di dapatkan kalau Zingga memiliki adik yang satu ayah, satu ibu,"
"Ma_maksud, Dokter,"
"Iya. Untuk mendapatkan sel itu, tentu saja anda dan Ziya harus kembali memiliki seorang anak. Dari tali pusat anak kedua kalian lah, Zingga bisa mendapatkan donor terbaiknya."
Deg...
Dirga terdiam membeku saat dokter Arif menjelaskan dari mana Dirga bisa mendapatkan donor terbaik untuk putrinya Zingga.
Bahkan, saking kagetnya dengan pernyataan dari dokter Arif. Dirga sampai tidak bisa berkata kata lagi. Dirga tidak menyangka, jika pengobatan terbaik untuk putrinya adalah dengan dia harus kembali memiliki seorang anak bersama dengan Ziya.
Yang jadi pertanyaan nya adalah. Akan kah Ziya bersedia kembali memiliki anak dari dirinya. Setelah apa yang Dirga lakukan di masa lalu sangatlah menyakiti dan menghancurkan hati seorang Ziya?
Lalu, akan kah Umi Aisyah kembali berkenan menerimanya sebagai seorang menantu setelah apa yang Dirga lakukan kepada Ziya, dulu?
Berbagai pertanyaan lain nya kini berkecamuk di dalam benak Dirga saat memikirkan pengobatan terbaik untuk putrinya. Perasaan ragu dan juga takut pun kini hadir di dalam diri Dirga. Saat akan mengutarakan niatnya, mengajak Ziya untuk kembali rujuk dengan nya demi menyelamatkan nyawa Zingga.
*
*
"Bagaimana? Apa, kamu sudah memikirkan saran yang di berikan oleh Dokter Arif tempo hari?" tanya Umi Aisyah, setelah keduanya selesai menunaikan ibadah magrib yang mereka lakukan di dalam kamar rawat inap Zingga.
"Ziya ingin sekali menyelamatkan Zingga. Apapun akan Ziya lakukan agar bisa membantu Zingga sembuh. Tapi, Umi Ziya tidak yakin dengan cara itu. Lagi pula, mana mungkin Mas Dirga mau. Mas Dirga, sangat tidak suka denganku, Umi. Dulu saja, Mas Dirga melakukan berbagai cara untuk menghindar dari aku. Lalu, bagaimana mungkin Mas Dirga mau melakukan itu. Belum lagi, aku tidak mau menyakiti perasaan pasangan Mas Dirga saat ini. Meski ini demi menyelamatkan nyawa seseorang, tapi tetap saja hal ini akan menyakiti hati seseorang dan Ziya tidak mau itu terjadi. Ziya, tidak mau jadi perusak rumah tangga orang, Umi,"
"Lakukanlah. Kalian harus melakukan itu demi Zingga. Lagi pula, kamu tidak akan merusak rumah tangga siapapun. Karena sampai detik ini, Dirga masihlah seorang diri."
Baik Umi Aisyah maupun Ziya sama sama terlonjak kaget saat mendengar seseorang yang menyela obrolan mereka. Umi Aisyah dan juga Ziya semakin di buat kaget saat melihat, siapa orang yang saat ini berbicara dengan mereka.
seyia menanti kelanjutan ceritanya..😍
anak adalah preoritas, tapi readersmu juga gak mau digantung 😅😅😅✌